Berkat Sosok Ini, Eks Murid Flandy Limpele Tak Takut Jadi Kuda Hitam di Olimpiade

Rabu, 14 Juli 2021 15:27 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor:
© Shi Tang/Getty Images
Pasangan ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty. Copyright: © Shi Tang/Getty Images
Pasangan ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.

INDOSPORT.COM – Ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, menyebut pelatih barunya memiliki peran penting selama persiapan Olimpiade Tokyo sejak berpisah dengan Flandy Limpele tahun lalu.

Sebagai satu-satunya wakil ganda putra India pada Olimpiade Tokyo, Satwiksairaj/Chirag dianggap sebagai kuda hitam karena tak diunggulkan memenangkan medali Olimpiade.

Kekuatan mereka pun saat ini tengah diragukan sejak mereka berpisah dengan pelatih asal Indonesia, Flandy Limpele, yang kini merapat ke bulutangkis Malaysia.

Keraguan ini diperparah dengan sedikitnya turnamen internasional yang mereka ikuti lantaran pandemi virus corona yang merebak sampai saat ini.

Namun, ganda putra peringkat 10 dunia ini siap membuktikan keraguan tersebut di ajang Olimpiade Tokyo nanti.

Adalah Mathias Boe, legenda ganda putra Denmark, yang kini mengambil alih tugas Flandy Limpele untuk melarih Satwiksairaj/Chirag sejak Januari lalu.

Diakui oleh Satwiksairaj, Mathias Boe telah mengubah semua metode latihan jelang Olimpiade dengan taktik yang sangat cerdas.

“Latihan cerdas Mathias Boe sangat bermanfaat bagi kami. Sesi durasi pendek, istirahat lebih sedikit, sesi lebih fokus dan tidak terlalu sulit tetapi sesi yang sangat berkualitas,” kata Satwiksairaj, dilansir dari The Hindhu.

Selain itu, Mathias  Boe rupanya juga memperbaiki metode serangan yang sejauh ini selalu menjadi kelemahan utama Satwiksairaj/Chirag.

“Berkat Boe, kami bermain jauh lebih baik, lebih percaya diri. Kita harus melihat bagaimana performanya di Olimpiade. Saya merasa poin kuatnya adalah serangan kami,” jelas Satwiksairaj.

“Jelas, kami agak mengubah permainan kami demi kebaikan. Kita harus melihat bagaimana taktik ini bisa bekerja atas lawan. Komunikasi yang sangat baik di antara kami menjadi kekuatan kami,” sambungnya.

“Kami tidak terlalu banyak berpikir. Kami hanya ingin memberikan yang terbaik, mengubah taktik sesuai tuntutan situasi dan tidak mengundang tekanan apa pun.”