3 Raksasa Bulutangkis yang Tersingkir Lebih Awal di Olimpiade Tokyo 2020

Jumat, 30 Juli 2021 14:46 WIB
Editor: Isman Fadil
© INDOSPORT
Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan Kento Momota Copyright: © INDOSPORT
Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dan Kento Momota

INDOSPORT.COM - Peristiwa mengejutkan datang dari cabang olahraga bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020, dimana para pemain unggulan tidak selalu menguasai pertarungan dan terpaksa tersingkir lebih awal dari kompetisi ini.

Mereka harus merelakan kepulangannya tanpa membawa medali untuk negaranya masing-masing, Berikut kami rangkum 3 raksaksa bulutangkis yang tersingkir lebih awal di Olimpiade Tokyo 2020:

1.   Kento Momota

Walaupun berlaga di kampung halamannya sendiri tak membuat Kento dapat mudah memenangkan pertandingan. Perjuangannya ini harus terhenti di babak awal.

Atlet berusia 26 tahun ini, dikalahkan oleh kontingen Korea Selatan Heo Kwang-hee, pada babak penyisihan grup dengan skor 15-21, 19-21 pada pertandingan terakhir Grup A yang berlangsung di Musashino Forest Sport Plaza, Rabu (28/07/21).

Gugurnya Kento Momota dari Olimpiade sempat mengejutkan semua orang, pasalnya pria ini merupakan unggulan pertama dan dikenal memiliki gaya bermain yang terampil namun tak kenal lelah di lapangan.

Dia telah memenangkan beberapa turnamen bulu tangkis besar termasuk dua gelar Kejuaraan Dunia, dua gelar Kejuaraan Asia, dan satu gelar All England.

2.   Yuki Fukushima/Sayaka Hirota

Peristiwa yang tak teduga pun terjadi pada ganda putri nomor satu dunia Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, mereka harus ditaklukan oleh wakil China Chen Qingchen/Jia Yifan di perempat final.

Sama seperti Kento, dua wanita cantik ini juga tak dapat membawa medali ke negaranya sendiri. Mereka kalah dengan poin 21-18 10-21 dan 10-21. Walaupun pada babak pertama pasangan Jepang tersebut berhasil unggul, namun Kontingen China bangkit di gim kedua dan memnangkan pertandingan tersebut.

Meskipun telah gugur, mereka tetap mendapat dukungan dari para penggemar yang merasa bangga atas perjuangan mereka sepanjang Olimpiade Tokyo, bahkan Sayaka harus terus dibalut dengan pelindung lutut saat pertandingan. Namun keduanya tetap membuktikan sebagai ganda terbaik di dunia.