x

Istora Saksi Bisu Sejarah Kelam Bulutangkis Indonesia 1967, 'Dipaksa' Kalah dari Malaysia

Selasa, 13 Juni 2023 18:05 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti | Editor: Indra Citra Sena
Suasana Istora Senayan jelang Indonesia Masters 2022, Senin (06/06/22). Foto: Herry Ibrahim/Indosport.com

INDOSPORT.COMIstora Senayan yang saat ini menjadi tuan rumah Indonesia Open 2023 ternyata pernah menjadi saksi kelam bulutangkis Indonesia yang pernah ‘dipaksa’ kalah dari Malaysia di tahun 1967.

Diketahui, Indonesia juga menjadi salah satu negara bulutangkis karena memiliki sederet nama pemain bintang dengan catatan dan prestasi mentereng sejak dulu.

Tak hanya itu, Indonesia juga dikenal memiliki penggemar dan masyarakat yang gila akan bulutangkis, dan sudah dikenal luas oleh dunia.

Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya penonton Indonesia yang senantiasa memberikan dukungan di berbagai kompetisi bulutangkis yang digelar di berbagai negara di penjuru dunia.

Termasuk berbagai turnamen yang digelar di Istora Senayan, Jakarta yang dikenal dengan keangkerannya bagi pebulutangkis luar negeri.

Baca Juga

Bagaimana tidak, gemuruh dan ‘galak’nya penonton Indonesia yang memberikan dukungan untuk atlet Tanah Air sudah melegenda sejak dahulu.

Namun siapa sangka dukungan dari penonton tuan rumah di Istora Senayan pernah menjadi salah satu faktor terjadinya sejarah kelam bulutangkis Indonesia yang dikenal dengan julukan ‘Tragedi Scheele’.

Baca Juga

Saat itu Istora Senayan menjadi saksi sejarah kelam bulutangkis saat menjadi tuan rumah untuk Piala Thomas 1976 silam.

Momen ini terjadi saat partai final antara Indonesia vs Malaysia yang berlangsung amat panas apalagi kedua negara tersebut saat itu baru saja terlibat konflik politik dari tahun 1962-1966.

Gemuruh penonton tuan rumah di Istora Senayan saat itu ternyata membuat kesal Herbert Scheele yang menjadi wasit kehormatan di laga final Indonesia vs Malaysia di final Piala Thomas 1976.

Baca Juga

1. Gara-gara Wasit Scheele

Situasi pertandingan Piala Thomas 1967.

Laga final antara Indonesia vs Malaysia di Piala Thomas digelar selama dua hari pada 9-10 Juni 1967 silam yang berlangsung penuh drama.

Pada hari pertama, Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia yang menjadi musuh bebuyutannya setelah kalah 1-3 dari tim negeri Jiran.

Namun semuanya berubah pada hari kedua, tim mana Indonesia mulai bangkit berkat antusiasme penonton di Istora Senayan, Jakarta.

Saat itu Tim Merah-Putih berhasil mengejar ketertinggalan menjadi 3-4, apalagi saat pasangan ganda putra Indonesia Muljadi/Agus Susanto berhadapan dengan pemain peringkat satu dunia, Ng Boon Bee/Tan Yee Khan di laga kedelapan.

Awalnya Muljadi/Agus Susanto sempat tertinggal 2-10 kemudian mengejar dan berbalik unggul 18-13 di gim kedua sehingga membuat penonton bergemuruh untuk mendukung ganda putra Indonesia.

Baca Juga

Saat itu penonton pun langsung bersorak memberikan dukungan termasuk menyanyikan lagu yang membakar api semangat seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri, hingga Rayuan Pulau Kelapa.

Riuhan penonton ternyata membuat Herbert Scheele selaku sekretaris kehormatan merangkap wasit honorary IBF (saat ini BWF) mulai gerah dengan tingkah pendukung Indonesia karena dianggap menganggu konsentrasi pemain.

Baca Juga

Alhasil Scheele menilai bahwa pertandingan sudah tidak kondusif untuk dilanjutkan ke gim ketiga, sampai-sampai menegur penonton namun malah direspons dengan sorokan dari pendukung tuan rumah.

Scheele akhirnya meminta pertandingan di gim ketiga ditunda sampai esok hari tanpa kehadiran penonton, namun usulan tersebut ditolak pihak Indonesia sehingga membuat IBF turun tangan dan memutukan pertandingan dilanjutkan di Selandia Baru alias di tempat netral.

Namun tetap saja keputusan ini ditolak oleh pihak Indonesia, sehingga pertandingan di gim ketiga tidak pernah terjadi karena kemenangan di babak final diberikan kepada Malaysia yang menang dengan skor akhir 6-3 di Piala Thomas 1967.

Baca Juga

2. Rudy Hartono Ikut Kesal dengan Scheele

Legenda bulutangkis Indonesia, Rudy Hartono yang menjadi saksi dalam sejarah kelam bulutangkis Indonesia di Piala Thomas 1967

INDOSPORT sendiri sempat mewawancarai Rudy Hartono selaku salah satu pemain yang tampil di final Indonesia vs Malaysia di final Piala Thomas 1967.

Menurut Rudy Hartono saat itu pendukung Indonesia memang sangat bersemangat sehingga membuat Istora Senayan membara, namun baginya hal tersebut adalah hal yang wajar karena IBF (saat ini BWF) tidak menuliskan aturan konkret soal penonton bulutangkis.

“Kalau saya lihat begini, jujur saja kalau sekarang itu gak ada insiden seperti itu. Kala itu, penonton saking semangatnya mereka memberikan support berlebihan. Bahkan support berlebihan itu membuat lawan ini jadi gak bisa fokus,” kenang Rudy.

“Lawannya gak terima dan protes kepada juri dan wasit. Lalu, wasitnya bingung karena penonton disuruh diam malah gak mau, malah tambah diteriak-teriakin. Kalau mau serve, lawan diteriakin, jadinya serve mereka nyangkut, lalu marah,” lanjut Rudy.

Rudy saat itu mengaku ikut kesal dan sedih, namun apa boleh buat karena Herbert Scheele memiliki andil besar dalam pertandingan tersebut.

“Apa mau dikata, saat itu kuasa wasit kehormatan atau honorary referee ini bisa memberikan satu keputusan yang kuat, kita gak bisa apa-apa. Sedih dan kesal ya pasti, kalau saya bilang, saat kondisi penonton seperti itu, kita harap Indonesia bisa menang,”

“Tapi kenyataannya pertandingan di-stop dan harus bermain tanpa penonton, tapi kita gak mau. Akhirnya kita justru diminta main di luar Indonesia, tapi kita tetap gak mau,” jelas Rudy.

Selain itu, Rudy Hartono juga menyayangkan sikap pemain Malaysia yang tidak bisa mengendalikan diri saat menghadapi situasi sulit di final Piala Thomas 1967.

“Hak penonton itu jelas tetap ada dan di era sekarang ini, teriakan penonton itu gak masalah, bablas aja. Wong teriak itu haknya penonton kok, lihat saja kalo Indonesia main, semua teriak mendukung dan gak peduli,”

“Kalo udah serve ya serve aja gak peduli teriakan. Apakah lawan merasa keamanan dirinya mulai terancam gara-gara teriakan penonton? Nggaklah, kan itu karena mereka hanya merasa tidak biasa menghadapi situasi seperti itu,” tegasnya.

Hingga saat ini Tragedi Scheele di Istora Senayan masih sulit dilupakan dan menjadi salah satu kejadian kelam bulutangkis Indonesia di masa lalu.

Piala ThomasRudy HartonoIstora SenayanBulutangkisIndepth

Berita Terkini