Ranomi Kromowidjojo, Perenang Belanda-Jawa yang Sukses di Olimpiade

Jumat, 1 Mei 2020 19:02 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
© Lintao Zhang/Getty Images
Ranomi Kromowidjojo, perenang keturunan Indonesia di Kejuaraan Dunia Renang 2018. Copyright: © Lintao Zhang/Getty Images
Ranomi Kromowidjojo, perenang keturunan Indonesia di Kejuaraan Dunia Renang 2018.

INDOSPORT.COM - Nama Ranomi Kromowidjojo mungkin masih terdengar asing di pencinta olahraga Tanah Air. Tahukah Anda, atlet renang yang sukses dari Belanda ini memiliki darah keturunan Jawa.

Dilahirkan di Sauwerd, kota kecil di Belanda, pada 20 Agustus 1990, Ranomi mempunyai darah keturunan Jawa dari sang ayah, Rudi Kromowidjojo. Kakek Ranomi sendiri adalah tenaga perkebunan dari Jawa yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda ke Suriname.

Ayah Ranomi yang lahir Suriname lalu hijrah ke Belanda dan menikahi wanita asli Belanda, Netty Deemter. Dari pernikahan ini lahir Ranomi serta saudara laki-lakinya, Chjanoy Kromowidjojo. 

Ranomi mulai memasuki dunia renang pada usia tiga tahun ketika liburan ke Spanyol dengan keluarganya. Lalu di usia 8 tahun ia mulai mengenal lomba dan berkompetisi namun kalah.

Tetapi, saat berusia 15 tahun prestasinya di olahraga renang mulai terlihat dengan meraih medali perak gaya bebas tahun 2006 di Kejuaraan Eropa di Budapest. 

Setahun kemudian, Ranomi dan tim memperoleh medali perak untuk kedua kalinya dalam kejuaraan dunia Melbourne di nomor 4 x 100 meter gaya bebas. Tahun berikutnya, mereka sukses naik podium teratas dengan memecahkan rekor dunia di nomor yang sama pada Kejuaraan Eropa 2008.

© Lintao Zhang/Getty Images
Ranomi Kromowidjojo, perenang keturunan Indonesia di Kejuaraan Dunia Renang 2018. Copyright: Lintao Zhang/Getty ImagesRanomi Kromowidjojo, perenang keturunan Indonesia di Kejuaraan Dunia Renang 2018.

Beberapa hari sebelum ulang tahun ke-18, Ranomi menjadi juara Olimpiade Beijing 2008, dengan medali emas di nomor 4 x 100m gaya bebas bersama dengan timnya Inge Dekker, Femke Heemskerk, dan Marleen Veldhuis.

Tak berhenti di situ, Ranomi dkk kembali membuat kejutan ketika menggondol emas di kejuaraan dunia 2009 di Roma, Italia.

Nasib tak selalu mujur. Ranomi pernah terdeteksi mengidap penyakit meningitis yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit selama 9 hari. Akibatnya dia tidak bisa berlaga di Kejuaraan Eropa 2010.

Seolah tak patah arang, pada tahun yang sama dia kembali dan berhasil menyumbangkan emas pertama di nomor individu 50 meter dan 100 meter gaya bebas dalam kejuaraan dunia di Dubai.

Lalu di Olimpiade London 2012, Ranomi dan tim sebagai juara bertahan memasang target tiga medali emas di nomor 4 x 100 meter, 100 meter, dan 50 meter. Namun, di nomor 4 x 100 meter, mereka tak dapat mempertahankan gelar juaranya dan harus puas dengan medali perak.

Untuk diketahui, sampai saat ini Ranomi telah mengantongi 37 medali emas, 20 perak, dan 12 perunggu untuk level internasional.

Penulis: Maulana Yusuf