Egy Maulana Vikri: Antara Sambel, Pacar, dan Piala Dunia
Bagaimana perjalanan kamu masuk Timnas U-19?
Kita seleksi langsung dari Diklat Ragunan. Dikumpulin di Sawangan, banyak juga yang diseleksi, susah juga, tapi Alhamdulillah bisa lolos.
Tantangan waktu seleksi?
Makanan paling, tenaga harus kuat. Makanan paling dijaga, disiplin juga paling keras. Dari mulai kasur, lemari harus rapi. Makanan ada sambel sedikit aja, diomelin, nggak boleh. Padahal suka pedes, tapi peraturan di sini harus diikuti, nggak boleh sedikitpun. Katanya pedes itu pengaruh sama perut, tenaga juga makin sedikit. Makanan di sini kan udah diatur gizinya, jadi ikutin aja, tenaga nanti pasti ada dari makanan itu.
Bagaimana tanggapan keluarga setelah tahu kamu masuk Timnas U-19?
Seneng, tapi tetep (berpesan), jangan cepet puas karena masih banyak saingan, target-target juga masih ada. Pokoknya jangan cepet puas dengan capek sekarang.
Harapan di Timnas?
Target utama kita di Piala Dunia, tapi sebelum itu kita harus lewatin AFF, kualifikasi-kualifikasi AFC dan AFC. Target utamanya, ya harus menang di kompetisi itu.
Kalau target pribadi?
Nggak ada, tetep lolos dulu ke Piala Dunia. Kita nggak ada target pribadi, kita target sama-sama tim.
Dulu kan pernah di U-16, ada perbedaan cara melatih antara pelatih Indra Sjafri dengan Fahri Husaini
Sama aja, mereka suka main bola-bola pendek.