F**k You, I'm Millwall: Kisah Fans Millwall Lawan Teroris London

Rabu, 7 Juni 2017 11:48 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Daniel Hambury/PA Images via Getty Images
Suporter Millwall. Copyright: © Daniel Hambury/PA Images via Getty Images
Suporter Millwall.

Siapa saja bisa menjadi pahlawan, tak terkecuali suporter sepakbola. Baru-baru ini, sosok Roy Larner mendadak menjadi figur paling dibicarakan tatkala ia dengan gagah berani melawan tiga teroris di London, Sabtu (03/06/17) kemarin.

Peristiwa teror di London Bridge yang lebih terkenal dengan nama London Attack itu menyebabkan sedikitnya 7 orang tewas dan 48 lainnya mengalami luka serius. Berdasarkan keterangan BBC, ketiga aktor utama yang akhirnya ditembak mati The Met (Metropolitan Police - polisi London) bernama Khuram Butt, Rachid Redouane, dan Youssef Zaghba).

© NEWS GROUP NEWSPAPERS LTD
Roy Larner terbaring di rumjah sakit akibat diserang teroris. Copyright: NEWS GROUP NEWSPAPERS LTDRoy Larner terbaring di rumjah sakit akibat diserang teroris.

Baca juga:

Kendati begitu, tajuk utama kemudian beralih menjadi cerita heroik dari Roy Larner, pria berusia 47 tahun yang nekat menghadapi tiga teroris tersebut. Mungkin, karena terbiasa berkelahi dengan sesama suporter sepakbola di Inggris (Millwall memiliki firm atau kelompok suporter garis keras bernama Millwall Bushwackers), Larner dengan nyali besar nekat melawan ketiganya dengan tangan kosong.

Saat itu, Larner melihat Butt, Redouane dan Zaghba masuk ke restoran Black & Blue sambil mengancam orang-orang di sekitar Borough Market, sebuah area dekat London Bridge, tempat di mana London Attack terjadi. Ia lalu menghampiri ketiga teroris tersebut sambil berteriak "F**k You, I'm Millwall!", atau "Bajingan kau, saya Millwall!".

Karena kalah jumlah dan tanpa persiapan apa pun kecuali nyali, Larner babak belur dan mendapatkan sejumlah luka sayatan di sekujur tubuhnya, termasuk kepala bagian belakang yang harus dijahit.

© NEWS GROUP NEWSPAPERS LTD
Jahitan di kepala Roy Larner akibat diserang teroris London. Copyright: NEWS GROUP NEWSPAPERS LTDJahitan di kepala Roy Larner akibat diserang teroris London.

"(Mereka) seperti idiot. Saya balik teriak kepada mereka, dan langsung saya katakan 'Bajingan kau, saya Millwall'. Lalu mereka mulai menghajar saya," kata Larner seperti dilansir dari The Guardian.

"Saya berdiri di hadapan mereka semua, mencoba untuk melawan. Orang-orang yang takut berlarian di belakang saya. Akhirnya saya hanya sendiri saja, tak ada yang membantu, makanya luka saya parah sekali," lanjutnya lagi.

Larner juga mengatakan bahwa ia lega dirinya tidak tewas akibat serangan teroris yang meneriakkan kata-kata Islam saat menyerang membabi buta.

"Saya ditusuk sebanyak delapan kali. Kepala saya kena, dada, dan kedua tangan saya. Darah di mana-mana," lanjutnya bercerita.

© NEWS GROUP NEWSPAPERS LTD
Roy Larner, fans Millwall yang mendadak menjadi pahlawan berkat aksi heroiknya melawan teroris. Copyright: NEWS GROUP NEWSPAPERS LTDRoy Larner, fans Millwall yang mendadak menjadi pahlawan berkat aksi heroiknya melawan teroris.

"Mereka meneriakkan, 'Islam, Islam!', saya tidak gentar sedikit pun. Untungnya, saya tidak mati saat itu," sambung Larner penuh semangat.

Apa yang dilakukan Larner membuat namanya dielu-elukan, setidaknya di dunia maya. Ia bahkan mendapatkan 'gelar' The Lion of London Bridge, atau Singa dari London Bridge. Pemilihan singa bukan tanpa alasan, sebab, Millwall memiliki logo bergambar singa, sama seperti perlambangan Inggris (The Three Lions).

Di sisi lain, apa yang ditunjukkan Larner berimbas positif, terutama kepada suporter Millwall pada umumnya. Memang, mereka merupakan suporter paling disegani dan dibenci oleh kelompok suporter garis keras di Inggris.

Dengan tagline 'No One Likes Us, We Don't Care', reputasi buruk Millwall Bushwackers membuat nama mereka kerap bersinggungan dengan kejahatan di dunia sepakbola. Tapi tindakan heroik Larner sampai membuat Piers Morgan, seorang public figure, pembawa acara, dan fans Arsenal yang notabene musuh Millwall menaruh hormat.

Dalam sebuah program berita Good Morning Britain, di mana Morgan menjadi presenternya, ia mengatakan, "Fans Millwall mendapat stigma buruk, sebagian besar memang pantas disematkan akibat kebuasan mereka, tapi ada saat tertentu kita semua, rakyat Inggris, membutuhkan mereka".

602