4 'PR' yang Wajib Digarap Timnas Indonesia dan Luis Milla

Kamis, 20 Juli 2017 13:03 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Grafis:Yanto/Indosport.com
Hansamu Yama, Evan Dimas dan Luis Milla. Copyright: © Grafis:Yanto/Indosport.com
Hansamu Yama, Evan Dimas dan Luis Milla.

Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23 kalah telak 0-3 atas Malaysia dalam laga perdana Kualifikasi Piala Asia U23 Grup H. Ada banyak pekerjaan rumah yang mesti digarap jika anak asuh Luis Milla ingin terus menjaga asa di event tersebut.

Bermain di National Stadium, Bangkok, Thailand, Malaysia sukses memberondong tiga gol ke gawang Satria Tama di babak pertama. Gol untuk tim Negeri Jiran diciptakan oleh Syafiq Ahmad di menit ke-5, Jafri Firdaus menit 19, dan Thanabalan di menit ke-30.

Luis Milla beralasan, kekalahan yang dialami anak asuhnya tak lepas dari gol cepat yang dicetak andalan Malaysia, Syafiq Ahmad. Ia menyebut gol tersebut meruntuhkan mental Garuda Muda.

Baca juga:

Selain itu, ketika banyak yang mengkritik keputusannya tidak memasang Evan Dimas dan Hansamu Yama, Milla mengklaim itu adalah bagian dari strategi tim. Nyatanya, ketika Evan masuk di babak kedua, permainan Timnas U-22 jauh lebih baik.

"Di babak kedua kami bermain lebih baik. Namun segalanya menjadi sulit karena kami ketinggalan tiga gol. Terkait Evan sama Hansamu yang tidak dimainkan dari menit pertama karena bagian dari strategi. Mereka pemain penting, saya memasukkan Evan di babak kedua dan permainan membaik tapi kondisi sudah sulit karena kami ketinggalan tiga gol," tukas Milla usai laga.

Tidak arif memang jika menyalahkan Luis Milla sebagai biang kekalahan meski pertanyaannya akan tetap sama, mengapa tidak memainkan Evan Dimas dan Hansamu Yama sejak awal laga.

Terlepas dari hal tersebut, pelatih berpaspor Spanyol itu memiliki setidaknya empat PR yang wajib digarap di sisa pertandingan. INDOSPORT mecoba melakukan analisis mengenai apa saja PR tersebut, berikut ulasannya:

Antisipasi Bola dan Koordinasi Lini Pertahanan

Lini pertahanan menjadi sorotan tajam penyebab gawang Satria Tama sangat mudah dibobol Malaysia di laga pertama tersebut. Tiga gol yang bersarang ke gawangnya memperlihatkan adanya kekurangpahaman pemain belakang dalam menjaga pergerakan lawan, baik itu dengan atau tanpa bola.

Penonton juga dapat melihat sendiri bagaimana Ricky Fajrin, Bagas Adi, Andi Setyo, dan Putu Gede salah dalam mengantisipasi datangnya bola. Singkatnya, mereka kerap terpaku pada datangnya bola, tapi melupakan lawan penjagaan tanpa bola.

Alhasil, tiga penyerang Malaysia, Thanabalan, Jafri Firdaus Chew, dan Muhammad Syafiq Ahmad bisa melakukan koordinasi untuk mengecoh pertahanan Timnas dengan sangat mudah. Sebab, bek Timnas terkesan berdiri sejajar namun melupakan betapa pentingnya perpaduan man marking dengan zonal marking.

Komunikasi wajib dibenahi oleh para pemain belakang Indonesia di laga melawan Mongolia. Masih ada kesempatan dan harapan untuk memperbaiki performa.

Kurangi Pelanggaran Tak Perlu dan Asah Kemampuan Menghalau Set Piece

Sudah bosan rasanya mendengar kalimat klise "kita kalah postur". Jika memang sudah tahu kalah duel udara, jangan biarkan lawan memanfaatkan kelemahan.

Menghadapi Malaysia yang memiliki postur relatif setara, nyatanya tim yang katanya dianggap sebagai Garuda Asia itu justru tidak bisa terbang - selalu kalah duel udara melawan Harimau Malaya. Sudah begitu, Septian David Maulana cs acap kali memberikan peluang bagi lawan lewat skema bola mati.

Dua gol yang dicetak Malaysia bermula dari set piece. Gol kedua dari tendangan bebas, sedang gol ketiga berawal dari tendangan bebas. Ini menjadi tugas berat Luis Milla untuk membenahi anak asuhnya di laga melawan Mongolia berikutnya.

Optimalkan 'Garis Lapangan'

Mengusung skema 4-3-3, Indonesia gagal mengoptimalkan sisi sayap. Seharusnya, Febri Hariyadi dan Septian David lebih bisa bermain di sini. Marinus yang berperan sebagai lone striker bisa leluasa bergerak secara vertikal dan horizontal, menjemput bola ke dalam, atau sekadar menjadi tektok bola saja, tergantung dari pergerakan pemain tengah juga, yakni Hanif Sjahbandi, Gian Zola, dan Hargianto.

Namun demikian, tugas menyisir sisi lapangan tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Febri dan Septian David. Umumnya, dengan formasi 4-3-3, dua pengapit penyerang tengah ditugaskan untuk bergerak ke dalam, atau bahasa kerennya, cut inside. Jika sudah begini, maka dua bek sayaplah yang kemudian membantu dengan maju ke depan memeluk garis lapangan.

© Football Manager Story
Contoh pergerakan hug touchline tanpa bola, memanfaatkan lebar lapangan yang dimaksimalkan perannya oleh dua bek sayap. Penyerang sayap bertugas menarik lawan ke dalam. Copyright: Football Manager StoryContoh pergerakan hug touchline tanpa bola, memanfaatkan lebar lapangan yang dimaksimalkan perannya oleh dua bek sayap. Penyerang sayap bertugas menarik lawan ke dalam.

Sayang, hal itu tak terlihat di laga melawan Malaysia. Memang, tekanan dari lawan membuat Putu Gede dan Ricky Fajrin seakan malu-malu untuk pasang badan di area pertahanan Negeri Jiran. Ini menjadi pekerjaan rumah yang harus digarap di laga-laga berikutnya.

Perbaiki Skema, Ubah Formasi, Mainkan Pemain Terbaik

Terakhir, setelah Luis Milla menemukan apa yang salah dalam susunan pemain, formasi, dan strategi, barulah ia bisa melihat skema apa yang akan ia mainkan. Tanpa ada maksud menggurui, nampaknya tidak dimainkannya Evan Dimas dan Hansamu Yama benar-benar mempengaruhi permainan Indonesia.

Mengenai formasi, Milla bisa belajar dari tradisi baheula Indonesia dengan formasi tiga bek, lebih tepatnya skema 3-5-2. Formasi ini juga yang pernah membuat Petrokimia Putra juara Liga Indonesia di masa lalu.

© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT/Istimewa
Evan Dimas pada hari ini berulang tahun. Copyright: Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT/IstimewaEvan Dimas.

Malaysia di bawah Ong Kim Swee, dengan persiapan yang mepet, berani mengikuti jejak Antonio Conte dengan formasi 3-4-3. Formasi macam ini memang tengah populer, tapi bisa menjadi blunder besar jika benar-benar tak paham konsep dasar skema ini.

Milla juga bisa kembali ke pakem 4-2-3-1, seperti ketika Indonesia menahan Puerto Rico 0-0. Masalahnya, saat itu ada Irfan Bachdim yang berperan sangat baik sebagai defensive forward.

Yang jelas, menurunkan susunan pemain terbaik sejak menit awal bukan lagi opsi yang bisa ditawar. Menghadapi Mongolia yang mampu menahan imbang Thailand di laga lain, Indonesia harus segera berpikir keras, sembari tentu saja membenahi pekerjaan rumah yang menumpuk.

3K