Tak sampai sepekan, dua pemain asing yang diseleksi Persela Lamongan akhirnya resmi dicoret. Mereka tak mampu memenuhi harapan yang diinginkan tim pelatih Laskar Joko Tingkir.
Eks pemain Timnas Maroko, Mohammed Amine El Bakkali, meski terlihat bagus di sesi latihan tapi tak bisa bergabung. Kabarnya, usia menjadi faktor utama membuat rekan bek Juventus, Medhi Benatia, ini batal memperkuat Persela. Sementara untuk Kim Dong Hyeon, tim pelatih Persela menilainya kurang memenuhi harapan.
"Keduanya sudah kami pulangkan, yang jelas keputusan ini kami ambil karena kami menilai mereka masih kurang memenuhi apa yang kami cari," kata Aji Santoso, seperti dikutip Surya Malang, Selasa (02/01/18).
"Untuk Bakkali sebenarnya visi bermain bolanya lumayan bagus. Tapi usianya sudah hampir 34 tahun. Sebelumnya saya lihat dia di video dan dia bagus, tapi kenyataannya berat untuk bisa gabung. Untuk Kim sebenarnya bagus, tapi kecepatannya kurang," tambah eks pelatih Arema FC tersebut.
Aji Santoso mundur dari kursi pelatih Arema FC.Padahal, sebelumnya kedua pemain asing itu akan menjalani seleksi bersama Persela hingga Piala Presiden. Namun, ternyata putusan pencoretan datang lebih cepat.
"Persaingan seleksi pemain asing semakin ketat. Kami juga harus benar-benar jeli memanfaatkan situasi ini, karena kami ingin mendapatkan pemain yang terbaik sesuai skema tim," terang manajer Persela Yunan Achmadi, dinukil situs resmi klub.
Pagi ini (29/12/17) Mohammed Amine El Bakkali sudah bergabung dalam latihan bersama tim persela di stadion surajaya#persela #Lamongan pic.twitter.com/NORsbdFOyL
— PerselaFC (@PerselaFC) December 29, 2017
El Bakkali merupakan pemain berpengalaman baik liga domestik maupun laga internasional bersama Timnas Maroko. Dirinya melakoni debut bersama Timnas Maroko pada 9 Februari 2011, ketika menang 3-0 melawan Niger di laga persahabatan.
Pada laga debut tersebut, El Bakkali juga bermain bersama sejumlah pemain bintang seperti Medhi Benatia, yang saat ini memperkuat Juventus dan menjadi kapten Timnas Maroko. Lalu juga ada Adel Taarabt dan Marouane Chamakh, yang kala itu tengah berada di puncak karier mereka.