Kerja di Man City, Orang Indonesia Ini Bagikan Tips dan Ceritanya
"Saya tinggal disana dua tahun lebih, saya tahu ya Manchester itu biru di hari pertandingan. Ya mohon maaf, karena kita stadionnya di City Central. Bukan di pinggir kota kayak Old Trafford."
"Jadi setiap hari pertandingan saya tahu itu ramenya seperti apa, mungkin buat temen-temen yang bilang Man City nggak ada fans-nya belum pernah kesana. Se-simple itu aja," tutur pria berbehel itu.
"Saya selalu lihat kursi di stadion selalu penuh, mungkin kalau di Liga Champions atau Piala FA mungkin karena orang kan udah beli tiket musiman. Dan itu kan jadi tiga hari sekali, bayangin Anda harus tiga hari sekali ke stadion itu kan effort ya, rata-rata juga kick offnya malem."
"Ketika 55 ribu orang keluar stadion keluar stadion bersamaan pasti macet. Gatau kan chaos-nya kayak gimana. Itu suporter yang pulang di menit ke-80, di menit ke-70 karena mereka takut bakal kena macet."
"Saya merasakan ketika selesai pertandingan saya buat naik kereta ke city central itu sampai berdiri tiga jam buat naik tram (Manchester Metrolink/kereta trem listrik). Mungkin orang-orang tidak kenapa ya ada satu section atau sedikit section dipojok ada kosong ya karena itu, orang ngejar waktu pulang."
"Mungkin kita lihat ya infrastruktur di London ada Tube (kereta bawah tanah), ada tram, ada bus. Kalo London ya mau macet aja impossible, beda sama Manchester."
"Adanya cuma tram satu dan itu jalurnya satu, kalo di Tube bisa naik di stasiun yang berbeda dengan jarak berdekatan. Atau kalo penuh bisa naik bus, atau taxi. Kalo di Manchester tidak bisa, cuma ada bus sama tram."
"Kalau bus tuh lewatnya setengah jam sekali. Setiap minggu saya kalo udah di Etihad itu kalo bubaran pertandingan udah penuh, saya lebih milih stay dikantor 2-3 jam nyelesain kerjaan baru pulang," tutupnya.