Liga Indonesia

Bukan PSSI, PT LIB yang Lebih Membutuhkan Erick Thohir

Selasa, 22 Januari 2019 14:41 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© inter.it
Mantan Presiden Inter Milan, Erick Thohir. Copyright: © inter.it
Mantan Presiden Inter Milan, Erick Thohir.
1. Urgensi Perbaikan Liga Indonesia

Ada sebuah ungkapan yang berbunyi 'Timnas yang baik dihasilkan oleh liga yang baik'. Ungkapan tersebut sejatinya banyak benarnya. 

Bisa kita lihat bagaimana kehebatan timnas negara raksasa sepak bola di dunia yang memiliki kualitas liga lokal yang juga mumpuni. 

Sebut saja Inggris, Italia, Spanyol, Prancis, Belanda, Jerman, Argentina, Brasil, hingga negara Asia seperti Jepang, China, dan Korea Selatan. 

Semuanya memiliki liga yang tertata rapih dan menjadi tempat ideal bagi para pemain berkembang, terutama pemain muda. 

Hal ini sangat dibutuhkan di Indonesia. Liga Indonesia saat ini tertinggal oleh negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, atau bahkan Vietnam. 

Di sinilah peran seorang Erick Thohir dibutuhkan. Erick Thohir adalah sosok yang berpengalaman dalam memegang sebuah klub sepak bola modern. 

Tak tanggung-tanggung, ia pernah menjadi presiden klub sebesar Inter Milan. 

Ia juga pernah menjadi pemilik klub DC United. Saat ini ia pun masih mengelola sebuah klub di kasta ketiga Inggris, bernama Oxford United. 

Dengan pengalaman tersebut, Erick tentunya tahu bagaimana perjuangan memajukan sebuah klub. Mulai dari transfer pemain, ketersediaan fasilitas, legalitas, dsb.

Selain berpengalaman mengelola klub tingkat dunia, Erick juga pebisnis ulung yang tentunya piawai dalam urusan keuangan, sponsor, dan segala pembahasan di dalamnya. 

Mindset Erick yang terbiasa menangani klub-klub tingkat dunia bisa menjadi modal positif bagi kemajuan klub-klub lokal di Indonesia. 

Hal-hal bersifat teknis ini kini sangat dibutuhkan di PT Liga Indonesia Baru (PT LIB).  

Saat ini terbukti pengurus-pengurus di PT LIB tak cukup baik dalam menjalankan perannya, 

Terbukti PT LIB kesulitan mencari sponsor hingga liga harus berulangkali diundur. Jadwal liga pun berantakan. Bahkan kerap bentrok dengan agenda timnas.  

Pengelolaan keuangan pun sangat buruk di mana klub-klub terpaksa harus 'diutangi' oleh PT LIB soal hak rating dan ranking kompetisi.

Gagalnya PT LIB menciptakan kepastian di dalam kompetisi membuat klub-klub Liga 1 kerepotan dalam mencari sponsor. 

Banyak klub-klub yang terpaksa menunda menyerahkan proposal permintaan sponsor lantaran terkendala jadwal pembagian siaran tv yang belum keluar. 

Jika Erick mempimpin PT Liga Indonesia Baru, niscaya masalah-masalah ini akan terselesaikan.