Liga Indonesia

Dominasi di Leg Kedua Final Piala Presiden 2019, Apa yang Salah dari Persebaya?

Sabtu, 13 April 2019 08:47 WIB
Editor: Matheus Elmerio Giovanni
© Fitra Herdian/INDOSPORT
Damian Lizio (tengah, putih) bersusah payah mencoba merebut bola dari kaki pemain Arema FC (Fitra Herdian/INDOSPORT) Copyright: © Fitra Herdian/INDOSPORT
Damian Lizio (tengah, putih) bersusah payah mencoba merebut bola dari kaki pemain Arema FC (Fitra Herdian/INDOSPORT)

INDOSPORT.COM - Pertandingan leg kedua final Piala Presiden 2019 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya baru saja berakhir dengan skor agregat 4-2 untuk kemenangan Singo Edan, Jumat (12/04/19) kemarin.

Pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya ini dihelat di Stadion Kanjuruhan yang dipadati oleh puluhan ribu Aremania yang langsung datang ke stadion.

Pertandingan berlangsung sengit hingga pada menit ke-43, Nur Hadianto mencetak keunggulan 1-0 untuk Arema FC yang akhirnya disempurnakan oleh gol Ricky Kayame di penghujung pertandingan.

Permainan agresif sebenarnya ditunjukkan oleh Persebaya Surabaya sebagai tim tamu menghadapi tuan rumah Arema FC.

Namun, beberapa kali peluang matang didapat Persebaya Surabaya berhasil dipatahkan oleh pertahanan Arema FC yang dikawal oleh Hamka Hamzah, wajar jika eks Persija Jakarta ini jadi pemain terbaik di turnamen ini.

Tak hanya babak pertama, di babak kedua Persebaya Surabaya ternyata mampu mendominasi jalannya pertandingan. Hal tersebut terlihat dari statistik pertandingan yang dirilis oleh @labbola.

Dikatakan dalam statistik tersebut, Persebaya bahkan memiliki presentase penguasaan bola sebesar 55%. Tidak hanya penguasaan bola, dominasi Bajul Ijo juga ada pada beberapa hal.

© Fitra Herdian/INDOSPORT
Pemain Persebaya, Abu Rizal (putih) menggiring bola (Fitra Herdian/INDOSPORT). Copyright: Fitra Herdian/INDOSPORTPemain Persebaya, Abu Rizal (putih) menggiring bola (Fitra Herdian/INDOSPORT).

Seperti akurasi umpan, skuat Persebaya Surabaya bisa memainkan bola dari kaki ke kaki sebanyak 290 umpan, presentase kesuksesan umpan sebesar 77%. Arema FC cukup kalah jauh, mereka punya akurasi umpan sebesar 71%.

Lalu, untuk jumlah shots on target, Persebaya Surabaya juga unggul jauh dengan enam tendangan ke arah gawang Arema FC. Sebaliknya, Singo Edan hanya berhasil mendaftarkan tiga shots on target.

Melihat beberapa keunggulan Persebaya di pertandingan final Piala Presiden kemarin, sebenarnya apa yang salah dengan permainan tim asuhan Djadjang Nurdjaman?

Jika melihat beberapa cuplikan serangan Persebaya Surabaya, bisa dikatakan bahwa lini serang mereka terlihat tidak berkembang. Formasi tiga penyerang, Irfan Jaya, Amido Balde dan Manucheckhr Dzhalilov tidak berhasil kali ini.

Ketiganya nampak tidak padu untuk sebuah tim yang memainkan formasi tiga penyerang. Seperti contohnya, Irfan Jaya saat membawa bola untuk penetrasi ke kotak penalti Arema FC.

© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Irfan Jaya menjadi pemain muda terbaik Piala Presiden 2019. Herry Ibrahim/INDOSPORT Copyright: Herry Ibrahim/INDOSPORTIrfan Jaya menjadi pemain muda terbaik Piala Presiden 2019. Herry Ibrahim/INDOSPORT

Irfan Jaya acapkali tak memiliki back-up atau rekan setim yang berada di dekatnya. Alhasil, Irfan Jaya harus berusaha sendirian membongkar pertahanan Arema FC yang berujung bola berhasil direbut dan serangan terpatahkan.

Serangan dengan dribel bola jarang berhasil sepertinya disadari oleh Djanur. Dia mencoba untuk melakukan serangan lewat umpan silang ke kotak penalti Arema FC.

Meski punya sosok besar dalam diri striker mereka, Amido Balde, melihat duet bek Arema FC yang diisi oleh Hamka Hamzah dan Arthur Cunha da Rocha, umpan silang Persebaya Surabaya juga beberapa kali tidak berhasil.

Kesialan Persebaya Surabaya yang terakhir mungkin terletak pada pergerakan gelandang asing andalan mereka, Damian Lizio. Terlihat Lizio tiga sampai empat kali kehilangan bola sebelum berhasil melepaskan umpan ke lini depan.

© Fitra Herdian/INDOSPORT
Djajang Nurdjaman dalam jumpa pers usai laga. Fitra Herdian/INDOSPORT Copyright: Fitra Herdian/INDOSPORTDjajang Nurdjaman dalam jumpa pers usai laga. Fitra Herdian/INDOSPORT

Bahkan hal ini diakui oleh sang pelatih, yang mengatakan bahwa akan terus memikirkan solusi permasalahan umpan dari lini tengah kerap kali tersendat ke lini depan.

"Hal itu yang juga menjadi pemikiran kami, nanti kami akan perbaiki lagi," ujar pelatih yang akrab disapa Djanur itu, pada Jumat (12/04/19).

Memadukan formasi tiga penyerang, strategi umpan membongkar pertahanan dan tidak bergantung pada satu gelandang saja bisa menjadi evaluasi Djanur sebelum Liga 1 2019 dimulai pada awal Mei mendatang.

Liga 1 2019 sendiri akan dimulai pada tanggal 8 Mei 2019 mendatang dengan partai pembuka ialah Persija Jakarta vs Semen Padang menurut draft PT. LIB.

Sementara Persebaya, akan memulai Liga 1 2019 dengan menghadapi TIRA-Persikabo di Gelora Bung Tomo pada tanggal 11 Mei 2019 mendatang.

Terus Ikuti Berita Sepak Bola Liga 1 dan Piala Presiden 2019 Lainnya Hanya di INDOSPORT