In-depth

Seperempat Abad Era Profesional, Tahun Perak Sepak bola Indonesia

Rabu, 15 Mei 2019 12:30 WIB
Editor: Indra Citra Sena
 Copyright:
Era Profesional Dimulai

Setelah melalui pembahasan cukup panjang, palu pun diketuk dengan memutuskan sepak mula Liga Indonesia digelar pada 27 November 1994. Kampiun Perserikatan 1993/94, Persib, dan jawara Galatama 1993/14, Pelita Jaya, dipilih untuk saling bertarung dalam partai pembuka sekaligus gong era profesional sepak bola Tanah Air. 

Meski demikian, penyelenggaraan Liga Indonesia ini bukannya tanpa masalah. Kelayakan stadion, pengunduran diri peserta, sampai izin pemain asing berturut-turut merecoki revolusi sepak bola nasional dari amatir menuju profesonal.

Semua kendala itu nyatanya tidak bisa membendung perubahan zaman. Liga Indonesia 1994/95, yang identik dengan Liga Dunhill sesuai nama sponsor utama tetap bergulir pada 27 November 1994. Format kompetisi adalah dua wilayah (barat dan timur) menimbang kondisi geografis Nusantara.

"Bahwa ada kendala di sana-sini itu wajar. Persoalannya, seberapa jauh tekad dan komitmen kita untuk menyukseskan kompetisi ini," kata Agum Gumelar yang kala itu menjabat Ketua Liga Indonesia seperti dikutip dari Tabloid BOLA edisi 560 (Jumat, 25 November 1994).

Masing-masing wilayah terdiri dari 17 klub. Total 34 klub peserta Liga Indonesia 1994/95 merupakan gabungan Perserikatan dan Galatama yang dibagi rata berdasarkan keputusan PSSI dan operator kompetisi sewaktu merumuskan format wilayah.

Jebolan Perserikatan antara lain Persib, PSMS, PSDS Deli Serdang, Persija, Persita Tangerang, Persiraja Banda Aceh, Persija Timur, Persiku Kudus (wilayah barat), Persebaya, Persegres Gresik, PSIS Semarang, Persipura Jayapura, PSIM Yogyakarta, PSIR Rembang, PSM Makassar, Persiba Balikpapan, dan Persema Malang (wilayah timur).

Sedangkan alumni Galatama yaitu Semen Padang, Bandung Raya, Pelita Jaya, Arseto Solo, Medan Jaya, Warna Agung, BPD Jateng, Aceh Putra, Mataram Putra (wilayah barat), Assyabaab SG, PKT Bontang, Gelora Dewata, Arema Malang, Putra Samarinda, Petrokimia Putra, Barito Putera, dan Mitra Surabaya (wilayah timur).

Belakangan, Aceh Putra mengundurkan diri karena terbelit masalah finansial. Posisi mereka digantikan oleh PS Bengkulu yang aslinya dipastikan terdegradasi ke kasta kedua lantaran kalah bersaing di musim pamungkas Perserikatan (1993/94).

Jumlah 34 klub di kasta tertinggi disebut-sebut sebagai yang paling besar di dunia. Bisa dimaklumi karena liga-liga top Eropa seperti Premier League (Inggris), LaLiga (Spanyol), bahkan Serie A (Italia) saat itu maksimal hanya terdiri dari 18-22 klub saja.

Diprediksi bakal keteteran, dan memang terbukti banyak kekurangan sepanjang pelaksanaannya, namun musim perdana Liga Indonesia bisa ditutup dengan manis selepas pertandingan final yang berujung titel juara buat Persib berkat kemenangan tipis atas Petrokimia (1-0).