In-depth

Gemerlap Sepak Bola Thailand yang Bikin Pemain Indonesia Banyak Kepincut

Selasa, 23 Juli 2019 12:29 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© The Bangkok Post
Skuat Buriram United. Copyright: © The Bangkok Post
Skuat Buriram United.

INDOSPORT.COM - Sepak bola di Asia Tenggara mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade terakhir. Salah satu yang paling maju dan mungkin yang terbaik adalah negara Thailand

Sebagai penyandang lima gelar juara Piala AFF, Thailand membuktikan dirinya dengan tak main-main dalam mengembangkan kompetisi sepak bola lokal. 

Memasuki tahun 2009 kompetisi sepak bola Thailand mengalami titik balik dengan dibentuknya Thai Premier League. Asosiasi Sepak Bola Thailand merevolusi sistem liga dan memberlakukan aturan baru yang mendorong klub-klub menuju era modern.

Namun, embrio dari majunya sepak bola Thailand sesungguhnya sudah terlihat sejak awal dan pertengahan tahun 2000-an. Pembinaan usia dini dengan jenjang umur dan kompetisi yang profesional telah mereka terapkan mulai dari tahun 2003. 

Hal ini diikuti dengan reformasi di tubuh federasi dengan mengganti pejabat-pejabat korup sampai ke level ketua umum. 

Pada tahun 2009, Thai Premier League dibentuk setelah terjadi integrasi liga dua tahun sebelumnya. Sejak saat itu investasi besar-besaran masuk ke dalam klub-klub peserta. 

Perkembangan ini didukung penuh oleh pemerintah dengan melibatkan banyak aspek mulai dari kementerian olahraga, kementerian pendidikan, pemerintah lokal, serta operator liga dan klub-klub profesional. 

Thai Premier League pun langsung menjadi primadona dengan pengelolaan klub yang profesional ala klub Eropa serta infrastruktur memadai sebagai wujud masuknya investasi. 

Klub-klub seperti Chonburi FC, Muangthong United, Buriram United, dan lainnya dikelola dengan modern dan profesional. 

Masing-masing klub tersebut memilki hak penuh pengelolaan stadion, merchandise store, sampai tim usia muda yang berjenjang.  

© TAT Newsroom
Stadion Thunder Castle, markas Buriram United. Copyright: TAT NewsroomStadion Thunder Castle, markas Buriram United.

Menjadikan Inggris sebagai kiblat, Liga Thailand mampu menjamin kesehatan finansial klub-klub peserta. Para pemain pun mendapat bayaran tinggi. Di Liga Thailand, tak ada lagi kita temukan penyusunan jadwal yang berantakan seperti di Liga 1 saat ini. 

Dalam waktu dua tahun setelah terbentuk, Thai Premier League langsung dapat jatah di kompetisi Liga Champions Asia. Prestasi klub Thailand di Asia pun terbilang tak mengecewakan. 

Koefisien Thailand dengan mudah menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara dan bahkan masuk 8 besar di Asia. Setiap tahun Thailand selalu mengirim wakilnya ke babak grup Liga Champions Asia tanpa perlu mengikuti kualifikasi. 

Sederet kelebihan di atas jelas membuat Thailand jadi destinasi favorit para pemain asing, baik itu dari barat maupun Asia. 

Tak hanya merasakan kompetisi profesional dengan bayaran besar, mereka juga berkesempatan main di kompetisi besar seperti Liga Champions Asia. 

Indonesia sebagai negara tetangga pun tak luput dari hingar bingar gemerlap sepak bola Thailand. Secara berkala, pemain-pemain terbaik Indonesia mengadu nasib di sana.

Sebut saja nama-nama seperti Irfan Bachdim (Chonburi FC), Victor Igbonefo (PTT Rayong FC), Yanto Basna (Sukhothai), Terens Puhiri (Port FC). Selain keempat pemain tersebut, ada pula satu pemain yang main di Thailand namun memperkuat tim kasta kedua, yakni Ryuji Utomo (PTT Rayong FC). 

Nama Yanto Basna sendiri langsung melejit meski kasta tertinggi sepak bola Thailand belum dimulai. Ia masuk calon pemain yang bakal bersinar musim 2019.

Akun resmi Liga Thailand @thaileague pernah merilis starting eleven atau susunan tim pemain yang diprediksi akan bersinar di Liga Thailand.

Peringkat Liga Thailand yang melejit di posisi delapan Asia menjadi salah satu alasan utama Yanto Basna mantap berkarier di Negeri Gajah Putih. Hal tersebut pernah diungkapkan langsung olehnya dalam unggahan instastory pribadinya. 

"Thailand top," tulis Yanto sembari menunjukan peringkat rangking liga terbaik di Asia.

Selain itu, Yanto Basna pun menikmati persaingan yang ketat dengan pemain level tinggi di Thailand. 

"Tekanan pasti ada yah namanya juga sepak bola. Tapi sampai sekarang bisa atasi tekanan tersebut, karena dari tekananlah mental kita akan terbentuk," ujarnya dalam menjawab minimnya jam terbang di awal musim. 

Sebagai sebuah kompetisi, Liga Thailand yang kini bernama Toyota Thai League memiliki market value yang tinggi. Dengan mengakumulasi nilai pasar pemain di 16 klub peserta, Toyota Thai League kini memiliki market value sebesar 69,18 juta euro (data Transfermarkt) atau senilai Rp1,1 triliun. 

Sebagai perbandingan, saat ini Liga Indonesia atau Shopee Liga 1 memiliki nilai pasar 61 juta euro (Rp 978 miliar) dari 18 klub peserta. 

© foxsportsasia
Buriram United Tengah Merayakan Keberhasilan Menjuari Liga 1 Thailand Copyright: foxsportsasiaBuriram United Tengah Merayakan Keberhasilan Menjuari Liga 1 Thailand

Kloter pemain Indonesia yang bermain di Liga Thailand pun diprediksi akan bertambah. Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) mengumumkan akan ada tambahan kuota bagi pemain ASEAN di liga utama. 

Mulai musim 2019 dan kedepannya, FAT akan memberlakukan formula 3+1+1 (tiga mancanegara, satu Asia, dan satu ASEAN). Bahkan, jumlah ini bisa bertambah karena ada wacana federasi ingin agar ada 3 kuota pemain ASEAN di klub peserta Toyota Thai League