Liga Indonesia

Pelatih Asing Ungkap Kejanggalan Liga 1 Indonesia, Singgung Nama PSS Sleman!

Kamis, 1 Agustus 2019 16:46 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Salah seorang pelatih asing asal Eropa ungkap kejanggalan yang ada di Shopee Liga 1 2019, bahkan menyinggung nama PSS Sleman dan Persija Jakarta.

Dalam sepekan terakhir, sepak bola Tanah Air memang menjadi buah bibir khususnya bagi para penggemar kompetisi Liga 1 2019. Sebab dua tim besar yakni Persija dan Persib, mengalami nasib kurang baik saat menjalani laga tadang.

Persija Jakarta misalnya, jawara Liga 1 musim lalu tersebut mendapat sambutan kurang hangat saat berkunjung ke Stadion Andi Mattalatta, kandang dari PSM Makassar dalam lanjutan leg kedua final Kratingdaeng Piala Indonesia.

Imbasnya, Persija Jakarta memutuskan menolak bertanding dan pulang ke Jakarta tepat saat kick off pertandingan bakal dimulai pukul 15.30 WIB pada Minggu (28/07/19) lalu.

Hal yang tak jauh berbeda juga dirasakan Persib Bandung baru-baru ini. Menjalani partai tandang ke Malang, tim Maung Bandung mendapat teror cukup menegangkan dari sejumlah suporter baik saat latihan hingga ke tempat penginapan.

Tak ayal insiden tersebut mendapat perhatian dari sejumlah pihak, termasuk salah seorang pelatih asing yang pernah mencicipi kerasnya kompetisi sepak bola Liga 1 di Indonesia, Fabio Lopez.

Kepada redaksi INDOSPORT.COM, Fabio Lopez pun menceritakan pengalamannya serta mengungkapkan sejumlah kejanggalan kala dirinya mentas di Liga 1 Indonesia.

Menurutnya, kualitas di Liga 1 Indonesia khususnya tingkat keamanan sangatlah rendah bahkan bisa dibilang kompetisi Liga 1 masih di level amatir.

"Pengorganisasian keamanan di stadion Indonesia tidak profesional dan tidak aman untuk tiap tim yang bertanding. Indonesia bisa dikatakan masih jauh dari sepak bola profesional, pengawasan sebelum masuk stadion sangat kurang, orang-orang dapat masuk ke dalam stadion sesuai yang mereka inginkan (tanpa tiket)" ucap Fabio Lopez.

Fabio pun menjelaskan jika dirinya pernah mengalami nasib kurang mengenakan saat membawa Borneo FC mentas di Piala Presiden tahun lalu, di mana ia dan timnya harus tertahan selama dua jam lebih di bus demi menunggu suporter Persija masuk stadion.

"Di Piala Presiden 2018 saya ingat setelah kalah melawan Madura United, kami keluar dari stadion dan harus menunggu selama 2 jam di bus karena suporter Persija masuk ke stadion untuk menonton pertandingan tim mereka', 

"Sehingga ada 4 suporter berbeda dari 4 klub di tempat yang sama, ini tidak mungkin terjadi di negara mana pun. Di stadion mana pun di dunia, para suporter tidak mempunyai akses ke area di mana tim sedang berada di stadion, apalagi membiarkan para suporter tersebut bertemu suporter lain dari klub yang berbeda", tambahnya.

Tak cuma masalah keamanan, mantan pelatih akademi AS Roma tersebut juga menjelasakan kejanggalan yang terjadi saat pertandingan berlangsung.

Disebutkan saat dirinya mendampingi Bornoe FC menghadapi PSS Sleman di leg kedua babak 16 besar Kratingdaeng Piala Indonesia di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Rabu (20/02/19) lalu, terdapat kejanggalan saat wasit tiba-tiba memberikan kartu merah untuk pemain Borneo FC.

"Saya ingat ketika kami bermain melawan Sleman di Piala Indonesia, wasit memberikan kartu merah kepada pemain Sleman, namun tiba-tiba staf Sleman masuk ke dalam lapangan dan menekan wasit,"

"Komisaris kemudian pergi ke ruang penyiaran dan melihat siarang ulang, setelah itu komisaris pertandingan mengatakan kepada wasit yang akhirnya memberikan kartu merah kepada pemain kami,"

"Ini tidak sah, di Indonesia tidak ada sistem VAR dan tidak diperbolehkan pengawas pertandingan menyaksikan tayangan ulang di ruang penyiaran dan mengatakan kepada wasit tentang keputusan yang harus diambil" tegasnya.

Beruntung dalam pertandingan tersebut Borneo FC berhasil menahan imbang PSS Sleman dengan skor 0-0, sehingga tim berjuluk Pesut Etam itu sukses melangkah ke babak 8 besar.

Sayangnya langkah Borneo FC terhenti di babak 8 besar lantaran mereka kalah oleh Persib Bandung, dan Fabio Lopez pun harus meninggalkan Liga Indonesia usai manajemen Borneo FC memutuskan menggaet Mario Gomez sebagai pelatih baru untuk Liga 1.

Meski tak banyak gelar atau prestasi yang ia raih saat main di Liga 1, namun Fabio Lopez cukup punya catatan manis selama karier kepelatihan.

Bagaimana tidak, dirinya berhasil membawa dua klub berbeda ke papan atas. Itu terjadi saat dirinya menukangi FK Siauliai, B.G, Sports Club, dan Al Ahli.

FK Siauliai merupakan klub yang bermain di Liga Lithuania. Bersama FK Siauliai, Fabio Lopez hanya bertahan satu tahun. Namun Fabio Lopez mampu membawa FK Siauliai ke peringkat ketiga di Liga Lithuania. Namun, prestasi terbaiknya ia raih saat menjadikan Al Ahli U-23 sebagai klub runner up Liga Arab Saudi.