Bola Internasional

Korban Tewas Meningkat, Buruh Piala Dunia Qatar 2022 Tak Dimanusiakan

Selasa, 6 Agustus 2019 13:38 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© StadiumDB
Stadion Internasional Khalifa, Qatar, untuk Piala Dunia 2022. Copyright: © StadiumDB
Stadion Internasional Khalifa, Qatar, untuk Piala Dunia 2022.

INDOSPORT.COM – Ribuan pekerja buruh Piala Dunia Qatar 2022  melakukan demo besar-besaran pada akhir pekan lalu, lantaran korban tewas meningkat dan merasa tak dimanusiakan oleh pemerintah Qatar.

Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh para buruh kontruksi tersebut merupakan bagian dari protes yang dilakukan lantaran upah yang tak sesuai dengan resiko bahaya yang dihadapi termasuk kematian.

Diketahui para buruh tersebut menerima upah sebesar 1 dolar AS (Rp14,200) per jam. Namun kompensasi upah tersebut sering tertunda, sebagaimana dilansir dari laman The18.

Upah yang minim namun keselamatan pekerja yang sangat tidak terjamin, dengan rata-rata satu pekerja setiap harinya sekarat selama pembangunan stadion. Bahkan sebuah laporan mengatakan bahwa sudah ada korban tewas mencapai 4 ribu orang sejak pembangunan dan renovasi dimulai.

Sebenarnya, aksi mogok kerja yang dilakukan oleh ribuan buruh bukanlah pertama kali terjadi. Sebelumnya pada April 2019 lalu, aksi protes yang sama juga sempat dilakukan.

Para buruh memprotes pemerintah Qatar lantaran banyak pekerja yang terluka parah dan dirawat di rumah sakit setempat. Ada beberapa usulan kenaikan upah oleh pemerintah Qatar sebagai jalan keluar, namun usulan tersebut hanyalah buaian belaka hingga saat ini.

Sejak awal terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 memang telah menuai protes dari berbagai pihak. Terutama adanya kecurigaan korupsi yang dilakukan oleh FIFA dengan menerima suap senilai 400 juta dolar AS (Rp5,6 triliun) untuk membuat Qatar menjadi tuan rumah.

Masalah cuaca panas di Qatar juga sempat menjadi perbincangan karena dianggap bisa membuat para pemain menghadapi resiko kesehatan. Infrastruktur yang dipaksakan dan membahayakan pekerja buruh semakin membuat Qatar dinilai tak siap untuk menjadi tuan rumah turnamen akbar tersebut.