In-depth

Philippe Coutinho, Si Jenius yang Jadi Korban 'Harapan Palsu' Barcelona

Senin, 19 Agustus 2019 18:37 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Quality Sport Images/Getty Images
Gaya selebrasi Philippe Coutinho dalam laga Liga Champions: Barcelona vs Manchester United di Camp Nou, Rabu (17/04/19). Copyright: © Quality Sport Images/Getty Images
Gaya selebrasi Philippe Coutinho dalam laga Liga Champions: Barcelona vs Manchester United di Camp Nou, Rabu (17/04/19).

INDOSPORT.COM - Barcelona akhirnya resmi melepas gelandang Philippe Coutinho, ke raksasa Bundesliga Jerman, Bayern Munchen, dengan status pinjaman selama semusim.

Kabar ini diumumkan langsung oleh Barcelona melalui akun Instagram resmi klub pada Senin (19/08/19). Philippe Coutinho akan datang ke Bayern Munchen dengan status pinjaman dari Barcelona yang dapat dipermanenkan pada tahun selanjutnya.

Ada pun, Bayern harus membayar biaya peminjaman sebesar 20 juta euro (sekitar Rp315 miliar) dengan opsi pembelian senilai 120 juta euro (sekitar Rp1,8 triliun) pada musim berikutnya.

Kepergian Philippe Coutinho ke Jerman tentunya cukup disayangkan oleh sebagian pihak mengingat bagaimana eks bomber Liverpool itu pernah sangat diburu Barcelona.

Ya, Philippe Coutinho belum genap dua tahun di Barcelona. Pemain asal Brasil itu didatangkan Blaugrana dari Liverpool pada bursa transfer musim dingin bulan Januari 2018. 

Kala itu Barca harus merogoh kocek dalam sebesar 142 juta pounds (Rp2,58 triliun) untuk membawanya ke Camp Nou. Angka itu sempat menjadikannya pemain termahal kedua di dunia. 

Hal itu dianggap cukup wajar mengingat performa Coutinho yang gemilang di Liverpool. Pada musim 2016/17 ia sanggup mencetak 13 gol dan 7 assist dari 31 laga. 

Sementara di paruh pertama musim 2017/18, ia membukukan 7 gol dan 6 assist dari 14 laga. Pemain yang berposisi di sayap kiri dan kanan ini pun seketika jadi primadona. 

Namun, bukan Barca namanya jika tak memberikan 'harapan palsu' bagi pemainnya. Barcelona ternyata menjadi 'kuburan' dalam karier Coutinho. 

Di tim tersebut sinarnya tenggelam di bawah bayang-bayang Lionel Messi, Luis Suarez, dan bahkan Ousmane Dembele. Padahal, ia tampil tak buruk-buruk amat, walau tak setajam saat di Liverpool. 

Pada paruh musim pertamanya di Camp Nou, Coutinho menyarangkan 8 gol dan 5 assist dari 18 pertandingan LaLiga. Ia juga menyumbang 2 gol dan 1 assist dari 4 penampilan di Copa del Rey. 

Di musim berikutnya, tanda-tanda 'kejatuhan' Philippe Coutinho mulai terlihat. Keran gol dan assist Coutinho mulai seret. 

Dimainkan sebagai sayap kiri dan terkadang gelandang serang, Coutinho total hanya mampu mencetak 11 gol dan 5 assist dari 55 penampilan di semua kompetisi. Terkhusus di LaLiga, ia hanya mencetak 5 gol dari 34 penampilan.

Jumlah ini kalah dari Dembele yang mampu membuat 14 gol dan 9 assist dari 42 laga di semua kompetisi. Walau sering diturunkan, namun pengaruh Philippe Coutinho masih kalah jauh dari Lionel Messi, Luis Suarez, atau bahkan Dembele. 

Philippe Coutinho pun mesti merelakan dirinya dipinjamkan ke raksasa Bundesliga, Bayern Munchen

Barcelona yang Doyan 'PHP' Pemain Bintang

Performa Philippe Coutinho memang menurun musim lalu. Namun untuk ukuran pemain pada umumnya, sejatinya raihan pemuda 27 tahun itu cukup baik. 

Buktinya, ia masih sanggup menciptakan gol-gol spektakuler untuk Barcelona. Di Timnas Brasil pada Copa America 2019 lalu ia menjadi pilar yang membawa negaranya juara. Namun, ketidaksabaran Barca membuatnya harus tersingkir. 

Sejatinya pemandangan seperti ini sudah cukup sering terjadi di Barcelona dalam satu dekade belakangan. Pemain bintang mahal berdatangan dengan pemberitaan heboh namun berujung flop.

Sebelum Coutinho, Barcelona pernah memberikan 'harapan palsu' kepada pemain seperti Gerard Deulofeu, Andre Gomes, Arda Turan, Paulinho, dan teranyar Malcom. 

Gerard Deulofeu merupakan produk asli La Masia yang digadang-gadang jadi pemain sayap papan atas Eropa. Namun ia dipinjamkan ke beberapa klub lain demi pengalaman. 

Ketika ia bersinar di Everton serta AC Milan, Barcelona pun merekrutnya kembali untuk kemudian mencadangkannya. Hal ini menimpa Deulofeu sampai dua kali hingga akhirnya ia pindah permanen ke Wolverhampton. 

Hal yang kurang lebih sama menimpa Andre Gomes dan Malcom. Didatangkan dengan nilai cukup tinggi, keduanya gagal mendapatkan kepercayaan pelatih.

Dengan status klub raksasa, tentunya Barcelona menjadi mimpi bagi banyak pemain di dunia. Namun, tak semua mimpi itu berujung indah. 

Ketika berhasil terwujud, mimpi yang indah pun bisa berubah menjadi malapetaka yang bahkan bisa menghambat perkembangan karier pemain. Philippe Coutinho dan pemain lainnya pernah merasakan hal ini. 

Terkhusus Philippe Coutinho, dengan kemampuan serta usianya yang masih cukup muda, ia diyakini bisa membangun karier gemilang di Jerman. Semoga saja.