Liga Indonesia

Deretan Pelatih Persija Era Ferry Paulus, Siapa yang Paling Sukses?

Selasa, 1 Oktober 2019 14:37 WIB
Editor: Juni Adi
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
CEO Persija Jakarta, Ferry Paulus saat memberikan keterangan terkait batalnya laga final Piala Indonesia 2019 di kantor Persija, Jakarta, Selasa (30/07/19) Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
CEO Persija Jakarta, Ferry Paulus saat memberikan keterangan terkait batalnya laga final Piala Indonesia 2019 di kantor Persija, Jakarta, Selasa (30/07/19)

INDOSPORT.COM - Berikut deretan pelatih Persija Jakarta dibawah kepemimpinan Ferry Paulus sebagai Presiden klub. Siapa yang paling sukses?

Beberapa hari lalu Persija Jakarta memperkenalkan pelatih baru mereka yakni Edson Tavares, sebagai pengganti Julio Banuelos untuk mengarungi sisa musim Liga 1 2019 pada Minggu (29/09/19) lalu.

Bagi pria asal Brasil itu, sepak bola Asia bukanlah sosok yang asing karena dirinya sudah cukup lama berkecimpung melatih mulai dari klub hingga tim nasional di Benua Kuning.

Di level klub, ia pernah membawa Al Hilal juara Liga Champions Asia tahun 1991, dan membantu Yokohama FC promosi ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Liga Jepang.

Sedangkan untuk tim nasional, pencapaian terbaik Tavares adalah membawa Vietnam menjadi runner-up di LG Cup tahun 2004 lalu.

Terakhir sebelum berlabuh ke Persija, ia merupakan juru taktik dari klub Liga 2 di Jepang yaitu Yokohama FC mulai dari musim 2017 hingga Mei 2019. 

Pengalaman tersebut diharapkan mampu meningkatkan performa Macan Kemayoran, dan menyelamatkan tim dari ancaman zona degradasi. 

“Saya sangat senang bergabung dengan Persija. Saya berharap dapat membawa Persija keluar dari situasi sulit ini. Saya ingin meraih banyak kemenangan di sini,” ujar Tavares.

Edson Tavares Pelatih ke-10

Edson Tavares sendiri adalah pelatih ke-10 dalam sejarah Persija di era Ferry Paulus, sejak dirinya terpilih menjadi Presiden klub pada tahun 2011 lalu.

Adapun juru taktik yang pertama diboyong oleh Ferry Paulus adalah Iwan Setiawan. Di musim pertamanya melatih, Iwan sempat kesulitan membawa Persija bersaing merebut gelar juara, karena banyak memainkan pemain muda. 

Hingga akhirnya di akhir kompetisi ISL 2011-2012, Macan Kemayoran hanya mampu finis di peringkat ke-5. Di musim kedua, karier Iwan tak berjalan mulus pada ISL 2013.

Persija terseok-seok di papan bawah, sebelum akhirnya Iwan Setiawan memutuskan mundur dan digantikan oleh Benny Dollo. Di bawah komando Bendol -sapaan karibnya- Persija berhasil diselamatkan, ancaman degradasi karena finis di posisi ke-11.

Membawa angin segar untuk tim Ibu Kota, Bendol di pertahankan untuk melatih di ISL musim 2014 dimana saat itu kompetisi kembali dibagi menjadi dua wilayah yakni Barat dan Timur.

Sayang, tangan dingin Bendol tak berbuah manis. Persija gagal dibawanya lolos ke babak 8 besar, karena menempati urutan ke-5 di wilayah barat, dari 4 tim yang layak lolos.

Ferry Paulus pun kemudian mengganti Benny Dollo dengan mantan pelatih Timnas Indonesia, Rahmad Darmawan untuk kompetisi musim 2015.

Sayang, karier pria yang karib disapa RD itu tak berlangsung panjang karena kompetisi dihentikan oleh operator, akibat pembekuan PSSI oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan FIFA.

Setelah satu tahun PSSI dibekukan, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) saat itu, Imam Nahrawi mencabut pembekuan tahun 2016, diikuti oleh FIFA.

Hal tersebut membuat para pengurus PSSI dan operator liga langsung bergerak cepat, untuk menyusun formula liga baru, yang lahirlah Liga 1 tahun 2017 lalu.

Namun sebelum Liga 1 dimulai, sejumlah turnamen sempat digelar oleh swasta guna mengisi kekosongan kompetisi akibat banned.

Pada saat itu, Persija ditukangi oleh Bambang Nurdiansyah atau Banur, untuk melatih Persija di sejumlah turnamen. Akan tetapi posisinya langsung diganti, oleh Paulo Camargo saat ada Indonesia Soccer Championship (ISC) A.

Sama seperti pendahulunya, karier Camargo tak bertahan lama. Ia didepak saat ISC A hendak mengakhiri putaran pertama, dan digantikan oleh Muhammad Zein Al Hadad alias Mamak.

Mantan juru taktik Deltras Sidoarjo itu membawa Persija mengakhiri kompetisi di peringkat ke-14 dari total 18 peserta. Kontrak Zein Al Hadad pun tidak diperpanjang.

Hanya Stefano Cugurra Teco yang Sukses

Memasuki kompetisi resmi Liga 1 2017, Persija mulai berbenah diri. Ia memboyong pelatih asing yang tak banyak dikenal namun sarat pengalaman, Stefano Cugurra Teco.

Sebelum melatih Persija, ia lama berkecimpung di dunia kepelatihan sepak bola Thailand. Di musim pertama, Teco memang belum memberikan hasil yang memuaskan. Persija mengakhiri persaingan di peringkat ke-4. 

Di musim keduanya, Teco mulai menemui titik cerah dalam kariernya. Kompetisi musim 2018 disambut suka cita, kala membawa Macan Kemayoran meraih dua gelar pramusim yakni Boost Sports Fix Super Cup di Malaysia dan Piala Presiden 2018.

Torehan manis itu juga rupanya menular di kompetisi sesungguhnya, Liga 1 2018 setelah dirinya berhasil membawa Persija juara dan mengakhiri puasa gelar sejak tahun 2001.

Selain itu, Persija juga dibawanya melangkah jauh di Piala AFC 2018 sebelum dihentikan oleh Home United di babak semifinal zona ASEAN.

Usai musim 2018 berakhir, kontrak pelatih asal Brasil itu tak diperpanjang dan hijrah ke Bali United. Tahun 2019 ini, Ferry Paulu yang masih menjabat sebagai Presiden klub, mendatangkan Ivan Kolev untuk Liga 1 musim ini.

Namun pelatih asal Bulgaria yang pernah menukangi Timnas Indonesia tahun 2007-2008 gagal. Persija tak merasakan kemenangan di tiga laga awal (1 imbang, 2 kalah), serta tersingkir di Piala AFC, dan Piala Presiden.

Hal tersebut membuat Kolev mundur, dan digantikan oleh mantan asisten Luis Milla, Julio Banuelos. Dari 15 laga yang sudah dilakoni, Persija hanya meraih empat kemenangan di semua kompetisi, dan terseok-seok di papan bawah.

Tak ingin lebih jatuh lebih dalam, Ferry memutuskan memecat pelatih asal Spanyol itu dan mengangkat Edson Tavares sebagai pelatih baru.

Menarik untuk ditunggu, apakah Tavares mampu menyelamatkan Persija dan mengangkat peforma tim?  atau malah menjadi korban pemecatan selanjutnya?