Liga Indonesia

Mengenang Iswadi Idris, Si Anak Cikini Legenda Besar Persija Jakarta

Rabu, 2 Oktober 2019 13:32 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Wikimedia
Pemain legendaris Indonesia, Iswadi Idris Copyright: © Wikimedia
Pemain legendaris Indonesia, Iswadi Idris

INDOSPORT.COM - Persija Jakarta adalah salah satu tim sepak bola terbesar di Indonesia. Sebanyak 11 gelar sudah berhasil didapatkan dari era perserikatan sampai Liga 1 yang membuat mereka jadi tim tersukses Tanah Air. 

Persija juga sering meraih posisi runner-up dan konsisten bersaing di papan atas persepakbolaan Tanah Air.

Maka tak heran jika Persija sering dihuni nama-nama pemain yang ikonik dan melegenda. Banyak sudah pemain-pemain legendaris yang pernah memperkuat Persija, seperti Sutan Harhara, Sinyo Aliandoe, sampai Bambang Pamungkas. 

Namun, dari banyaknya nama tersebut, tentu fans tak akan lupa dengan sosok Iswadi Idris. 

Iswadi Idris merupakan salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia yang membela Persija Jakarta. Pemain ini membela Macan Kemayoran sejak tahun 1966 dan turut membawa Persija jadi juara Perserikatan tahun 1973 dan 1975. 

Lahir di Banda Aceh pada 18 Maret 1948, Iswadi Idris justru tumbuh besar di Cikini, Jakarta. Iswadi lahir dari klub internal Persija, Merdeka Boys Football Association (MBFA). 

Penampilannya yang gemilang di posisi gelandang membuatnya promosi ke tim Persija Jakarta pada tahun 1966 saat usianya masih 17 tahun. Iswadi mengawali debutnya di Persija dengan finis di peringkat keempat perserikatan tahun 1966. 

Prestasi puncak yang diraih Iswadi Idris di Persija tentu saja saat menjuarai Perserikatan tahun 1973 dan 1975. Pada tahun 1978 ia hampir meraih gelar ketiganya bersama Persija andai saja tak kalah di final lawan Persebaya Surabaya. 

Tak hanya hebat di level klub, Iswadi Idris juga bagian dari tim nasional Indonesia dari tahun 1968 sampa 1980. Bersama dengan  Soetjipto Soentoro, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, dikenal dengan sebutan "kuartet tercepat di Asia. 

Pada masanya, Indonesia memang dikenal sebagai raksasa Asia. Iswadi juga terkenal sebagai pemain yang memiliki visi yang luas, disiplin, keras, dan berkarakter, baik di dalam maupun luar lapangan. Ia pun terpilih sebagai kapten tim nasional dari awal 1970 sampai 1980. 

Pada 1978 Iswadi Idris memutuskan kembali ke Pulau Sumatera membela PSPS Pekanbaru. PSPS pun menjadi klub terakhirnya sebelum memutuskan pensiun pada 1980. 

Karier Pelatih dan Akhir Hidup

Selepas menjadi pemain Iswadi Idris sempat mencicipi peran sebagai pelatih. Ia pernah melatih tim Perkesa Mataram dan Mataram Putra. 

Ia juga pernah melatih tim nasional pra Olimpiade 1988 bersama dengan M. Basri dan Abdul Kadir. Pada tahun 1994 ia masuk ke dalam jajaran pengurus PSSI. Di PSSI ia sempat menjabat sebagai Komisi Disiplin sampai Direktur Teknik. 

Iswadi Idris terakhir tinggal di Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Ia meninggal dunia di Jakarta pada tahun 2008 silam karena penyakit stroke dan dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta