In-depth

Cerita Peri Sandria, Legenda Bandung Raya yang Kesejahteraannya Pernah Diingkari PSSI

Senin, 7 Oktober 2019 16:30 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Ginanjar/INDOSPORT/beritagas
Cerita Peri Sandria, legenda Bandung Raya yang kesejahterannya diingkari PSSI. Copyright: © Ginanjar/INDOSPORT/beritagas
Cerita Peri Sandria, legenda Bandung Raya yang kesejahterannya diingkari PSSI.

INDOSPORT.COM - Peri Sandria, namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu penyerang lokal terbaik yang pernah dimiliki sepak bola Indonesia. 

Tahun 1994, saat sistem kompetisi sepak bola Indonesia untuk kali perdana menggunakan format liga, nama Peri Sandria langsung melejit. Peri Sandria tampil begitu tajam untuk Bandung Raya dengan koleksi 34 gol, sekaligus menyabet penghargaan top skor.

Mungkin Peri Sandria kala itu tak pernah menyangka, bahwa torehan golnya musim 1994/95, akan menjadi rekor yang bertahan sangat lama. Kurang lebih selama 12 tahun, Peri Sandria menyandang status sebagai top skor dengan jumlah gol terbanyak dalam semusim di Liga Indonesia.

Rekor Peri Sandria baru bisa pecah pada Liga 1 2017 lalu. Penyerang Bali United, Sylvano Comvalius, menjadi top skor dengan catatan 37 gol, dan mengakhiri dominasi rekor Peri Sandria.

Prestasi mentereng Peri Sandria tak berhenti sampai di situ. Musim 1995/96, peran Peri Sandria di lini depan berhasil mengantarkan Bandung Raya menjuarai Liga Indonesia.

Bahkan bila jauh ke belakang lagi, tepatnya pada tahun 1991, Peri Sandria mampu memberikan kejayaan untuk Timnas Indonesia. Peri Sandria masuk ke dalam jajaran pemain Skuat Garuda yang meraih medali emas SEA Games 1991.

Cerita Peri Sandria semasa masih bermain memang terlihat begitu indah. Memiliki naluri mencetak gol tinggi dan bergelimang prestasi, jelas menjadi catatan karier yang terbilang sempurna.

Tapi ternyata kisah Peri Sandria tak semulus kejayaan yang nampak. Beberapa cerita miris penuh perjuangan juga harus dihadapi Peri Sandria.

© The Beautiful Game
Peri Sandria, legenda sepak bola Indonesia. Copyright: The Beautiful GamePeri Sandria, legenda sepak bola Indonesia.

Peri Sandria mengalami era yang mana kompetisi sepak bola Indonesia masih terbagi ke dalam dua sistem, yakni Perserikatan dan Galatama. Nama Peri Sandria sendiri dahulu lebih memilih berkarier di kancah Galatama, dengan membela sejumlah klub, seperti KTB Bekasi, Assyabaab Surabaya, serta Putra Samarinda.

Kala melanglang buana menghiasi pentas Galatama, tingkat kesejahteraan Peri Sandria sebagai pemain sepak bola terdengar miris. Ia mengaku mendapat gaji yang sangat kecil, yakni sekitar Rp200 ribu per bulan.

Kondisi baru membaik ketika Perserikatan dan Galatama bersatu menjadi Liga Indonesia. Jumlah gaji per bulan Peri Sandria mulai meningkat drastis.

"Kalau zaman saya Liga Dunhill saja yang lumayan, waktu Galatama saya cuma digaji 200 ribu sebulan. Paling besar saya terima Rp4 juta waktu di Bandung Raya tahun 1994," ungkap Peri Sandria.

Namun cerita miris dari Peri Sandria belum berhenti. Peri Sandria pernah pula merasa diingkari oleh pihak PSSI.

Tepatnya saat Peri Sandria menjadi top skor, PSSI berjanji bakal memberikan hadiah berupa sepatu dan uang. Sayangnya, hingga momen pemberian penghargaan rampung, uang yang dijanjikan tak sama sekali datang.

"Dulu dikatakan oleh PSSI, selain dapat sepatu saya juga dapat uang Rp50 juta. Begitu saya terima sepatunya, uangnya tidak ada," jelas Peri.

"Janji PSSI tidak komit, saya kecewa. Padahal saya berjuang untuk itu," lanjutnya.

Peri Sandria lantas berusaha mencukupi kehidupannya dengan mengandalkan gaji dan klub. Khusus perihal bonus, Peri Sandria bisa mendapatkan sekitar Rp1 juta tiap pertandingannya.

Pria berusia 50 tahun itu pun menyebut pendapatannya dari klub seringkali lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan anak dan istri. Fasilitas klub era Liga Indonesia disebutkan Peri Sandria sangat membantu tingkat finansial keluarganya.

"Kadang masih ada lebih buat keluarga, karena saya makan dan semuanya ditanggung di tim. Selain gaji, bonus juga lumayan di Bandung Raya, di atas satu juta per pertandingan," ucap Peri Sandria.

Kisah di Timnas Indonesia

Gemilang di level klub, jelas membuat Peri Sandria kerap mendapat tugas negara. Ia seringkali dipanggil untuk membela Timnas Indonesia.

Nama Peri Sandria bahkan turut masuk ke dalam skuat Timnas Indonesia peraih medali emas 1991. Ia kala itu berkerjasama dengan sejumlah nama beken, seperti Aji Santoso, Kashartadi, Robby Darwis, dan Rochy Putiray.

Akan tetapi, Peri Sandria mengaku malah mendapatkan tingkat kesejahteraan yang kurang baik ketika membela Timnas Indonesia. PSSI dinilainya lalai dalam memenuhi kewajibannya kepada pemain Skuat Garuda eranya.

"Sangat kurang, apalagi kalau kita sedang TC (pemusatan latihan), seharusnya PSSI ada perhatian buat keluarga kami, ini tidak sama sekali," ucap Peri Sandria.

"Waktu saya di Timnas, kalau tidak salah gaji saya Rp250 ribu sebulan," tambahnya.

Peri Sandria bercerita jika dirinya pernah menderita cedera tulang mata saat berlaga memperkuat Timnas Indonesia untuk ajang SEA Games 1993. Namun, PSSI justru tak memberikan bantuan dana untuk proses penyembuhan Peri Sandria.

Bantuan dana malah keluar bukan dari PSSI. Biaya pemulihan cedera justru berasal dari uang pribadi manajer PSSI kala itu, Nirwan Bakrie.

© Dokumen Pribadi
Peri Sandria, penggawa Timnas Indonesia yang sukses pada era 90-an. Copyright: Dokumen PribadiPeri Sandria ketika masih aktif menjadi pemain sepak bola.

"PSSI tidak membiayai. Waktu itu ketika di Singapura, kebetulan manajer Timnas Indonesia Nirwan Bakrie, saya langsung bicara sama beliau. Alhamdulilah beliau menolong dengan uang pribadi, bukan uang PSSI," jelas Peri Sandria.

Lebih lanjut, Peri Sandria menyebut perhatian PSSI untuk para legenda sepak bola Indonesia yang berprestasi juga masih sangat kurang. Sejak pensiun dari arena sepak bola, Perri Sandria belum pernah mendapatkan tunjangan PSSI.

Tunjangan malah didapatkan Peri Sandria dari perusahaan swasta. Namun bila berkaca pada kondisi perekonomian Indonesia saat ini, nominal tunjangan yang diberikan perusahaan swasta jumlahnya tak seberapa.

"Tidak ada (bonus dari PSSI dan Kemenpora). Kita dapat tunjangan dari Yasindo, per bulan dulu 50 ribu. Sekarang sudah naik 100 ribu, tapi ya sekarang angka segitu sudah tidak ada artinya," tutur Peri Sandria.

Beda Dulu dan Sekarang

Kondisi para pemain sepak bola Indonesia sekarang, jauh lebih enak ketimbang eranya Peri Sandria dulu. Pemain sepak bola profesional Indonesia yang kini aktif merumput, bisa mendapatkan gaji dengan nominal fantastis.

Bagi yang berhasil masuk Timnas Indonesia, bahkan masih akan mendapatkan tambahan menggiurkan berupa gaji dari PSSI. Namun Peri Sandria sangat menyayangkan, mengapa ketika kesejahteraan pemain sepak bola sudah lebih makmur, malah tak ada satupun prestasi yang muncul untuk Timnas Indonesia?

"Zaman sekarang kesejahteraan sudah cukup. Uang gaji jumlahnya besar dari klub, di PSSI dapat gaji gede pula dan dibayarnya per minggu," jelasnya.

"Saya per bulan dulu nunggu gajinya cuma Rp250 ribu dari PSSI. Mereka (pemain bola saat ini) sekarang per minggu bisa di atas 5 lima gajinya. Tapi pertanyaan sekarang, kemana prestasi Timnas Indonesia?" tegas Peri Sandria.

Masalah cedera Peri Sandria yang 'diabaikan' PSSI, sepertinya juga tak akan terulang lagi. PSSI kini sudah mempunyai sistem untuk membiayai pemain yang cedera saat membela Timnas Indonesia.

"Kalau pemain Timnas itu dicover oleh kita, kita punya kerja sama dengan asuransi, ada asuransinya yang menanggung rumah sakit, kalau dari Timnas cedera kita yang menanggung," ujar Direktur Media dan Promosi Digital PSSI, Gatot Widakdo.

Peri Sandria dengan segala cerita miris perjalanan kariernya, tetap akan selalu dikenang berkat torehan prestasi membanggakan. Namun, kembali lagi pada ucapan Peri Sandria, ketika sepak bola sudah lebih maju dan tingkat kesejahteraan pemain makin makmur, ke mana prestasi Timnas Indonesia?