In-depth

Jose Mourinho, Cermin Rahmad Darmawan yang Sudah Kedaluwarsa

Sabtu, 14 Desember 2019 16:51 WIB
Editor: Juni Adi
© Arif Rahman/INDOSPORT
Mantan pelatih klub Liga 1, Tira Persikabo, Rahmad Darmawan seusai pertandingan menghadapi Persib Bandung. Foto: Arif Rahman/INDOSPORT Copyright: © Arif Rahman/INDOSPORT
Mantan pelatih klub Liga 1, Tira Persikabo, Rahmad Darmawan seusai pertandingan menghadapi Persib Bandung. Foto: Arif Rahman/INDOSPORT

INDOSPORT.COM Rahmad Darmawan pernah mengalami karier kepelatihan yang sangat hebat seperti Jose Mourinho, namun perlahan magisnya mulai memudar di Liga 1.

Jelang berakhir kompetisi Liga 1 2019 yang hanya tinggal menyisakan dua pertandingan lagi, membuat sejumlah klub langsung tancap gas mempersiapkan tim guna menyongsong musim depan.

Salah satunya adalah Madura United. Tim bertabur bintang asal Pulau Garam itu mulai melakukan penjajakan, untuk mencari pelatih baru menggantikan caretaker Rasiman.

Nama yang santer segera merapat adalah Rahmad Darmawan. Hal itu diutarakan langsung oleh Presiden Madura United, Achsanul Qosasi usai menyaksikan laga Persija vs Madura United bersama RD, di Stadion GBK, Jakarta.

"Kami akan menunjuk pelatih lokal saja. Iya sudah bisa dipastikan dia (Rahmad Darmawan) menangani tim. Sudah coach, tidak usah ditutup-tutupi lagi," ucap Achsanul Qosasi, Jumat (13/12/19).

Rencananya mantan pelatih Timnas Indonesia ini akan dikontrak selama satu musim, dan akan segera mendampingi Madura United di dua laga sisa Liga 1 2019, yakni saat menghadapi PSIS Semarang  (17/12/19) dan Bali United (22/12/19).

Rahmad Darmawan sendiri sebelumnya sempat menganggur dalam beberapa pekan terakhir, setelah ia dipecat dari Tira Persikabo, karena mengalami rentetan hasil negatif di putaran kedua Liga 1 2019.

Tapi tepatkah Madura United memilih mantan anggota TNI AL itu sebagai pelatih baru mereka untuk mendulang prestasi? Jika dilihat dari aspek kualitas, keputusan tersebut sungguh tepat. 

Pasalnya, RD merupakan salah satu pelatih lokal terbaik di Liga Indonesia saat ini dengan prestasi mentereng yang pernah ditorehkannya.

Namun kalau mau realistis dilihat dari grafik kepelatihannya beberapa musim terakhir, rasanya Rahmad Darmawan bukanlah opsi yang bagus untuk menangani Madura United. Kok bisa? simak ulasannya:

Fenomenalnya Rahmad Darmawan

Rahmad Darmawan mengawali karier sebagai seorang pelatih saat menjadi asisten di Persikota Tangerang, mendampingi almarhum pelatih Andi Lala dan Sutan Harharah pada tahun 1998-2000.

Dua tahun menjadi asisten, diakui RD ia banyak mendapat pelajaran dan menyerap ilmu dari gaya kepelatihan seniornya itu. Dirinya juga terus memperkaya pengetahuan ilmu sepak bola baik di dalam maupun luar negeri, dengan mengikuti kursus pelatih hingga mendapat lisensi A AFC. 

Tak lama setelah mendapat 'ijazah' dari AFC, dirinya ditunjuk menjadi pelatih kepala Persikota menggantikan Sutan Harharah dari tahun 2002 sampai 2004.

Empat tahun menangangi Bayi Ajaib, Rahmad Darmawan berhasil menyulap Persikota menjadi salah satu tim tangguh di Liga Indonesia, dengan beberapa pemain hebat yang ia orbitkan salah satunya bek kiri Firmansyah.

Dari Persikota, Rahmad Darmawan berani melebarkan sayap kepelatihannya. Ia hengkang menuju Persipura Jayapura tahun 2005. Sebuah klub asal Indonesia Timur, yang di musim sebelumnya nyaris terdegradasi ke kasta kedua.

Di sana RD mendapat tantangan yang cukup besar. Dirinya ditargetkan membawa Persipura finis di papan. Tidak muluk memang, namun jika dilihat dari materi pemain rasanya sulit.

Karena Mutiara Hitam saat itu banyak dihuni pemain muda kurang pengalaman, seperti Boas Solossa, Ian Kabes, Korinus Fingkreuw, dan Cristian Worobai.

Akan tetapi tantangan tersebut berhasil dilalui oleh RD. Berkat tangan dinginnya, ia berhasil melampaui target manajemen hingga memberikan gelar juara Liga Indonesia, setelah mengalahkan Persija di final dengan skor 2-3.

Keberhasilan tersebut membuat nama Rahmad Darmawan fenomenal, dan mulai diperhitungkan sebagai pelatih di sepak bola Indonesia.

Dua tahun berselang, kesuksesan kembali ditorehkan RD bersama Sriwijaya FC. Laskar Wong Kito dibawanya menorehkan sejarah, yaitu jadi tim pertama di Indonesia yang berhasil mengawinkan gelar liga dengan copa.

© Muhammad Effendi/INDOSPORT
Rahmad Darmawan saat ditemui awak media usai latihan. Copyright: Muhammad Effendi/INDOSPORTRahmad Darmawan saat masih menangani Sriwijaya FC di Liga 1 2018.

Prestasi itu terjadi pada tahun 2008. Sriwijaya meraih double winner, dan mengantarkan tim menjadi juara bertahan Copa Indonesia selama tiga musim beruntun (2008, 2009, 2010).

Sederet prestasi itu membuat Rahmad Darmawan dipanggil PSSI, untuk menjadi pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011 yang digelar di Jakarta.

Bermaterikan pemain muda, pelatih berusia 53 tahun ini mampu menyulapnya jadi tangguh hingga melangkah ke partai final. Sayang, gagal merebut emas karena kalah dari Malaysia lewat adu penalti dengan skor 4-3.

Rahmad Darmawan lalu diberi kepercayaan lagi oleh PSSI untuk mendampingi tim untuk SEA Games tahun 2013 di Myanmar. Skuat Garuda Muda lagi-lagi lolos ke final, tapi kalah dari Thailand sehingga harus puas dengan medali perak. 

Sederet prestasi itu membuat nama Rahmad Darmawan pun semakin berkibar, sampai jadi rebutan beberapa tim besar. Persija, Arema Cronus dan Pelita Jaya adalah beberapa tim yang pernah ditanganinya setelah dan sebelum melatih Timnas Indonesia U-23.

Rahmad Darmawan Kedaluwarsa

Sederet pengalaman dan reputasi sederet yang dimiliki Rahmad Darmawan di atas, membuat kehebatannya tidak perlu dipertanyakan lagi.

Tapi kini, melihat pencapaiannya dalam beberapa musim terakhir, grafik kepelatihannya mulai menurun tidak seperti dulu lagi. Buktinya, dari tiga kesebelasan yang terakhir dia tangani, dua diantaranya kini berstatus tim Liga 2 

Mereka adalah Sriwijaya FC dan Mitra Kukar. Rahmad Darmawan gagal membangkitkan Laskar Wong Kito dari papan bawah, dan hengkang ke Mitra Kukar di pertengahan Liga 1 2018.

Sayangnya, di Naga Mekes juga RD tak bisa menyelematkan tim dari ancaman degradasi, Sriwijaya FC dan Mitra Kukar pun harus turun kasta ke Liga 2. Memang, terdegradasinya dua tim di atas bukan sepenuhnya salah RD, tapi itu mencoreng nama baiknya.

Dilepas Mitra Kukar, Rahmad kemudian kembali melatih di Liga 1 2019 menangani Tira Persikabo. 13 pertandingan awal cukup mulus, karena Laskar Padjajaran tak terkalahkan hingga sempat memuncaki klasemen.

Akan tetapi, performa itu berbalik 180 derajat di putaran kedua, dimana Tira Persikabo tak pernah bisa meraih kemenangan dalam 14 laga, hingga membuat posisi mereka melorot ke papan bawah.

RD pun dipecat oleh manajemen Tira Persikabo pada 30 November 2019 lalu. Namun tidak butuh lama bagi dirinya untuk mendapatkan klub baru. Madura United selangkah lagi akan segera jadi pelabuhan barunya di Liga 1 musim 2020.

Seperti Jose Mourinho

Karier kepelatihan Rahmad Darmawan mengingatkan kita dengan Jose Mourinho yang mengawali kariernya sebagai asisten sebagai penerjemah, lalu mendulang sukses setelah memutuskan menjadi pelatih kepala.

Sebagai seorang pelatih, Jose Mourinho bukanlah juru taktik yang kacangan. Ia merupakan pelatih kelas dunia karena banyak meraih prestasi bergengsi.

Gelar demi gelar prestisius berhasil ia rengkuh, dari tahun 2004 hingga 2018. Sayangnya, dari tahun ke tahun gelar yang sukses digondol Mourinho tidaklah berjalan stabil, malah cendrung menurun pamornya.

Mulai dari Liga Champions, Mou kini hanya bisa membawa tim asuhannya bersaing untuk memperebutkan trofi Piala Liga Inggris saat bersama Manchester United musim lalu. Gelar terakhir yang bisa direbut sebelum menganggur.

© Tottenham Hotspur/GettyImages
Pelatih klub Liga Inggris, Tottenham Hotspur, Jose Mourinho. Copyright: Tottenham Hotspur/GettyImagesPelatih klub Liga Inggris, Tottenham Hotspur, Jose Mourinho.

Mourinho memang pelatih cerdas, akan tetapi ego kerap menyelimuti isi kepalanya, sehingga ia gagal bertransformasi dengan keadaan sepak bola modern.

Alih-alih mengevaluasi pendekatan kemampuan taktik dan manajerialnya untuk berevolusi, Mourinho justru lebih sering merengek untuk mendapatkan pemain baru, mengeluh soal kinerja para wasit, menyalahkan para pemainnya atas kekalahan timnya.

Untuk semua itu, Mourinho sebetulnya tak sadar bahwa ia bukan lagi seorang pelatih yang spesial. Seiring menurunnya prestasi dan meningkatnya ego, kalimat spesial itu sudah kedaluwarsa.

Sebuah hal yang patut jadi pertimbangan Tottenham Hotspur yang merekrutnya, seperti Madura United dengan segudang pemain bintangnya memilih Rahmad Darmawan di Liga 1.