In-depth

Frank Lampard yang Semakin Hari Makin Mirip Ole Gunnar Solskjaer

Minggu, 15 Desember 2019 17:15 WIB
Editor: Juni Adi
© Christoper Lee/GettyImages
Frank Lampard, pelatih klub Liga Inggris, Chelsea. Copyright: © Christoper Lee/GettyImages
Frank Lampard, pelatih klub Liga Inggris, Chelsea.

INDOSPORT.COM - Chelsea harus kembali menelan pil pahit kala menjalani laga lanjutan Liga Inggris pekan ke-17, pada Minggu (15/12/19). Bermain di depan publiknya sendiri, di Stadion Stamford Bridge, tuan rumah kalah dengan skor 0-1 dari AFC Bournemouth.

Padahal, Chelsea mampu mendominasi jalannya laga sepanjang 90 menit, dengan presentase 68 persen, berbanding 32 persen. Namun, penyelesaian akhir yang buruk membuat mereka sulit mencetak gol.

Hal itu bisa dilihat dari 18 tembakan ke arah gawang hanya 5 yang tepat sasaran. Sementara Bournemouth, yang banyak bertahan dan mengandalkan serangan balik, hanya melepaskan 11 tembakan dimana 2 diantaranya on target.

Ini merupakan kekalahan kedua secara beruntun yang dialami Chelsea, sekaligus kekalahan ketiga mereka di kandang musim ini di Liga Inggris. Sebelumnya, The Blues kalah 1-3 saat bertandang ke markas Everton pekan lalu.

Pasang Surut Performa Chelsea

Performa menurun yang dialami Chelsea akhir-akhir ini, tentu membuat publik khususnya pendukung setia mereka terkejut. Pasalnya, mereka sempat tampil menggebrak di awal musim bersama pelatih Frank Lampard.

Bayangkan saja, Lampard yang diprediksi akan kesulitan menangani tim besar karena minim pengalaman, ternyata mampu menjawab keraguan bersama para pemain mudanya.

Dalam lima pertandingan awal, Chelsea dibawanya meraih 2 kemenangan, 2 hasil imbang dan baru 1 kalah. Torehan 7 poin membuat mereka bertengger di papan atas masuk 3 besar.

Frank Lampard yang semula diragukan, kini mulai diperhitungkan. Rasa optimis membumbung tinggi di dada para pendukung Chelsea, setelah performa impresif timnya terus berlanjut.

Memasuki pekan ke-6, Chelsea sempat dibuat membumi oleh Liverpool karena kalah 1-2. Namun setelah itu, mereka kembali tinggi rasa, lantaran berhasil kembali ke jalur positif.

Kemenangan demi kemenangan mereka raih tanpa satupun kekalahan atau hasil imbang, dari pekan ke-7 hingga pekan ke-12 Liga Inggris.

Mereka menang atas Brighton &Hove Albion 2-0, Southampton 4-1, Newcastle United 1-0, Burnley 4-2, Watford 2-1, dan Crystal Palace 2-0. Langkah impresif Chelsea lagi-lagi harus terjegal oleh tim tangguh lagi, kali ini Manchester City.

The Blues kalah 1-2 dari Manchester City di pekan ke-13. Sayangnya, mereka tak bisa bangkit di laga-laga selanjutnya, saat menjamu West Ham, Aston Villa, Everton dan Bournemouth.

Pertandingan-pertandingan tersebut dilalui Chelsea dengan hanya mampu meraih 3 poin, karena cuma menang satu kali dari empat laga terakhir, yakni menang 2-1 atas Aston Villa. Sisanya kalah 0-1 dari West Ham, 1-3 dari Everton, dan 0-1 dari Bournemouth.

Kondisi itu membuat Chelsea semakin jauh tertinggal dari pemuncak klasemen Liga Inggris, Liverpool. Sebelum jeda internasional pada awal November lalu, mereka hanya berjarak 8 poin. Sekarang, selisih itu melebar hingga 20 poin. 

Posisi Chelsea yang saat ini menempati urutan ke-4 dengan 29 poin, mulai terancam dengan kehadiran sejumlah tim yang belakangan mulai tampil baik, seperti Sheffield United, Manchester United, hingga Tottenham Hotspur. 

"Saya tidak pernah terlalu antusias dengan hasil-hasil positif yang kami dapat sebelumnya. Premier League itu keras, dan saya merasa tim ini masih perlu banyak perbaikan, dan itu terbukti benar belakangan ini," ujar Lampard seusai laga melawan Bournemouth (15/12/19).

Mirip Ole Gunnar Soslkjaer

Performa yang mulai menurun drastis dari Chelsea bersama Frank Lampard, tentu menyegarkan ingatan kita bagaimana kiprah Ole Gunnar Solskjaer bersama Manchester United musim lalu.

Kala itu Solskjaer yang ditunjuk sebagai caretaker menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018, berhasil memberikan dampak positif.

Ia berhasil membawa mantan klubnya itu meraih 14 kemenangan (11 diantaranya menang beruntun), 2 kali imbang dan hanya 3 kali kalah dalam 19 partai. Sebuah pencapaian yang manis, hingga membuat pria Norwegia itu dipuja-puja.

Torehan tersebut juga membuat Solskjaer mencatatkan presentasi kemenangan cukup besar yakni sekitar 73,7 persen. Namun sayang, romantisme tersebut langsung berubah seketika sejak dirinya dipermanenkan.

Kontrak permanen tiga tahun diberikan menjelang akhir Maret 2019 lalu atau di sisa musim 2018-2019. Laga perdana Solskjaer berakhir kemenangan 2-1 atas Watford. Meski demikian, setelah itu performa Man United malah naik turun.

Diawalil kekalahan 1-2 dari Wolves di liga, Man United kalah 0-1 dari Barcelona di leg pertama perempatfinal Liga Champions lalu menang 2-1 atas West Ham, sebelum disingkirkan Los Cules 0-3 di leg kedua.

Itu artinya sejak Solskjaer dipermanenkan, Man United kalah 3 kali dan cuma menang 2 kali dengan 5 kali membobol gawang lawan dan 8 kebobolan. Rataan poinnya hanya 1,2 poin, bandingkan saat masih jadi caretaker, Solskjaer punya rataan 2,32 poin per laga.

Chelsea Wajib Berbenah

Chelsea wajib segera berbenah diri jika mereka tidak ingin terlempar jauh dari zona Liga Champions. Apalagi menjelang akhir tahun, mereka akan dihadapkan dengan sejumlah pertandingan padat di periode natal sampai tahun baru dalam tajuk Boxing Day.

Selain itu, Frank Lampard juga wajib menambah aminusinya pada jendela transfer musim dingin Januari nanti, setelah larangan beli pemain mereka dicabut.

Lini tengah jadi fokus untuk dibenahi Lampard, karena sejauh ini gol-gol yang diciptakan oleh anak asuhnya, mayoritas tercipta tanpa melalui proses kerja sama tim yang 'indah'.

Melainkan lewat kelebihan individu pemain khususnya Tammy Abraham dan Mason Mount. Pada periode Agustus sampai September, keduanya sudah menciptakan 11 gol.

Tujuh diantaranya disumbang oleh Tammy, dengan kontribusi assist dari pemain yang berbeda-beda, yakni Jorginho, Mateo Kovacic, Marcos Alonso, dan Cesar Azpilicueta, masing-masing satu asisst.

Maka tak heran juga tak ada pemain Chelsea yang menonjol dari segi asisst. Hal ini tak seperti Manchester City, yang mempunyai playmaker berkualitas pencetak assist ulung, dalam diri Kevin de Bruyne dan David Silva. Keduanya masing-masing sudah mencatatkan 9 assist dan 6 assist sejauh ini.

"Chelsea punya banyak pemain muda dan kadang itu membuat mereka mudah dihadapi," kata mantan pemain Arsenal dan Timnas Inggris, Paul Merson seperti dikutip Metro.

"Saya pikir Chelsea perlu berbelanja bulan depan. Jika hasil-hasil tim lain tak seusai keinginan mereka, selisih poin mereka dengan tim-tim di bawahnya akan semakin kecil."

"Mereka akan menghadapi Tottenham di laga Liga Inggris berikutnya. Itu akan sulit bagi mereka. Chelsea harus segera berbelanja bulan depan. Buat saya, tim mereka saat ini tak cukup untuk bertahan di empat besar," sambungnya.