Liga Indonesia

INDOSPORT REWIND: Moment Penting di Sepak Bola Nasional Sepanjang 2019

Jumat, 27 Desember 2019 18:00 WIB
Penulis: Matheus Elmerio Giovanni | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Grafis: Ynt/Indosport.com
Terdapat sejumlah peristiwa penting di sepak bola nasional sepanjang 2019, mulai dari prestasi hingga kerusuhan suporter. Copyright: © Grafis: Ynt/Indosport.com
Terdapat sejumlah peristiwa penting di sepak bola nasional sepanjang 2019, mulai dari prestasi hingga kerusuhan suporter.

INDOSPORT.COM - Terdapat sejumlah peristiwa penting di sepak bola nasional sepanjang 2019, mulai dari prestasi hingga kerusuhan suporter yang terjadi saat Timnas Indonesia vs Malaysia.

Tahun 2019 semestinya mampu menjadi titik kebangkitan sepak bola nasional khususnya Timnas Indonesia. Bagaimana tidak, kita memiliki pelatih baru yakni Simon McMenemy yang efektif memainkan debutnya sebagai peracik taktik Timnas Indonesia di tahun ini.

Pada tanggal 25 Maret 2019 menjadi hari spesial bagi Simon McMenemy yang berhasil memenangkan laga debutnya sebagai pelatih Timnas Indonesia di laga persahabatan kontra Myanmar dengan skor 2-0.

Namun ternyata kiprah McMenemy sebagai pelatih Timnas Indonesia harus berakhir begitu cepat sebelum tahun 2019 berakhir. Yaitu di laga terakhirnya yang menelan kekalahan 1-3 dari Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.

Pemecatan Simon McMenemy juga dikarenakan desakan para suporter kepada PSSI, di mana pelatih asal Skotlandia itu membuat Timnas Indonesia kalah di semua 4 laga perdana mereka di fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.

Tapi tak selalu kegagalan, banyak peristiwa penting sepanjang tahun 2019 ini untuk sepak bola nasional. INDOSPORT telah merangkumnya dan simak selengkapnya di bawah ini.

Joko Driyono Tersangka Indikasi Pengaturan Skor Sepak Bola Indonesia

Belantika sepak bola Indonesia langsung diterpa masalah yang pelik di awal tahun saat mantan Plt Ketua Umum PSSI, Joko Driyono ditetapkan sebagai tersangka, tepat pada tanggal 14 Februari 2019.

Satgas Anti Mafia Bola pada Kamis (14/02/19) melakukan penggeledahan di kediaman Joko Driyono. Dari hasil penggeladahan itu, sejumlah barang bukti seperti laptop dan bukti transfer pun disita demi kepentingan pemeriksaan lebih lanjut.

Setelah sempat dinyatakan sebagai saksi dalam kasus perusakan barang bukti indikasi match fixing, status Joko Driyono pun berubah menjadi tersangka.

Selang 4 hari usai ditetapkan sebagai tersangka, tanggal 18 Februari, Joko Driyono langsung menjalani pemeriksaan perdana di Polda Metro Jaya.

Setelah yang pertama, Joko Driyono harus bolak-balik memenuhi panggilan dari pihak kepolisian untuk menjalani serangkaian pemeriksaan lebih lanjut di hari yang berbeda-beda. Secara total, Joko Driyono menjalani pemeriksaan sebanyak 5 kali.

Meski telah menjalani 5 kali pemeriksaan, Joko Driyono ternyata sempat mangkir juga dari panggilan pihak kepolisian. Meski begitu, Joko Driyono akhirnya tetap menjalani pemeriksaan hingga akhirnya ia ditahan tanggal 25 Maret 2019.

Hingga kabar terbaru pada akhir Oktober 2019, disampaikan oleh salah satu anggota Exco PSSI, Refrizal bahwa mantan Plt Ketua Umum PSSI itu akan segera bebas bersyarat dalam waktu dekat.

Refrizal menjelaskan, ia baru sekali bertemu dengan Jokdri (sapaan Joko Driyono) saat berada di kejaksaan. Namun, berdasarkan informasi yang didapat, Jokdri telah menjalani sepertiga masa hukuman dan bisa keluar dari hotel prodeo.

"Saya baru sekali ketemu pak Joko waktu masih di kejaksaan, kami besuk rame- rame. Tapi sebentar lagi dia keluar kan.  Gak lama lagi dia keluar, karena sudah jalani sepetiga masa hukumannya, mungkin Desember nanti," katanya.

Juara Piala AFF U-22 2019 - 26 Februari 2019

Usai ditetapkan Joko Driyono sebagai tersangka kasus pengrusakan bukti match fixing, sepak bola Indonesia seolah mendapat oase di dengan Timnas Indonesia U-22 berhasil menjadi juara Piala AFF U-22 2019, tepatnya tanggal 26 Februari 2019.

Komposisi skuat Timnas Indonesia U-22 saat menjuarai Piala AFF U-22 2019 pada Februari lalu sebenarnya tak banyak berubah dengan para pemain yang dibawa ke SEA Games 2019 awal Desember kemarin.

Masih dengan Andy Setyo Nugroho sebagai kapten tim, lalu Nurhidayat Haji Haris, Firza Andika, Asnawi Mangkualam di pertahanan. Witan Sulaeman, Sani Rizki Fauzi ditambah kehadiran Evan Dimas, Zulfiandi sampai Egy Maulana Vikri membuat lini tengah kita makin padu.

Di lini depan, masih ada Osvaldo Haay yang juga ikut juarai Piala AFF U-22 2019. Dilengkapi oleh Saddil Ramdani, Irkham Milla dan Muhammad Rafli. Secara keseluruhan, sebenarnya skuat AFF U-22 2019 kemarin masih mendominasi di SEA Games kemarin.

Di turnamen kategori U-22 negara-negara Asia Tenggara itu, Timnas Indonesia yang berada di Grup B bersama Kamboja, Malaysia dan Myanmar harus sedikit terseok-seok. Hingga mereka memastikan laju ke semifinal dengan status runner-up, sekali menang dan dua kali imbang.

Di semifinal Piala AFF U-22 2019, Timnas Indonesia juga harus bertemu dengan lawan kuat, yakni Vietnam. Beruntung, tim asuhan Indra Sjafri mampu menang tipis 1-0 dan memastikan diri ke babak final untuk berhadapan dengan Thailand.

Di babak final, Timnas Indonesia harus kebobolan lebih dulu dari Thailand menit ke-57. Tapi hanya butuh dua menit, untuk Sani Rizki Fauzi menyamakan kedudukan, hingga Osvaldo Haay menjadi pahlawan kemenangan dengan golnya menit ke-64.

Gelar ini sangat berarti, di mana ini merupakan kali pertama Timnas Indonesia U-22 menjuarai Piala AFF U-22. Selain itu, gelar individual juga diraih oleh striker Timnas U-22 saat itu, yakni Marinus Wanewar yang menutup turnamen dengan gelar top skor yakni mengantongi 3 gol.

Kerusuhan Suporter saat Timnas Indonesia vs Malaysia

Masih seperti tahun-tahun sebelumnya, jika Timnas Indonesia kategori usia, mulai dari U-16, U-19 sampai U-23 bersinar, entah kenapa level senior melempem. Itu pun terjadi pada tahun 2019, saat kita melihat penampilan Skuat Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia.

Terlebih lagi yang jadi sorotan adalah kekalahan Timnas Indonesia saat menjamu Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada tanggal 05 September 2019. Timnas Indonesia harus kalah dengan skor 3-2.

Saat itu, Timnas Indonesia sempat unggul lebih dulu dari Malaysia lewat gol striker naturalisasi, Beto Goncalves menit ke-12. Tapi sebelum turun minum, Malaysia berhasil samakan kedudukan menit ke-37 berkat gol Mohamadou Sumareh.

Namun,  skor itu tak berlangsung lama, sebab Indonesia kembali mencetak gol lewat aksi Beto di menit ke-39, sebelum akhirnya Malaysia mencetak dua gol tambahan lewat Sumareh dan Syafiq.

Tapi sangat disayangkan, kekalahan itu diwarnai dengan kerusuhan suporter Timnas Indonesia vs Malaysia di tengah laga. Saat laga berjalan, terdapat insiden memilukan di mana seorang suporter yang menjadi korban. 

Bahkan, dari laporan pandangan mata yang dihimpun INDOSPORT di stadion, seorang terduga suporter Malaysia terlihat mesti ditandu oleh pihak medis.

Tidak hanya itu, smoke bomb juga menyala di salah satu tribun SUGBK. Di mana kondisi jadi penuh dengan asap dan itu merupakan hal yang dilarang oleh FIFA.

Terkait kerusuhan yang membuat suporter negara tetangga menjadi korban, Menpora Malaysia, Syed Saddiq mengaku geram dan siap melaporkan ulah tak terpuji pendukung Timnas Indonesia di laga Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Syed Saddiq melalui unggahan lewat akun media sosial Instagram resmi pribadinya, Kamis (05/09/19).

Syed Saddiq memang hadir untuk menonton pertandingan Timnas Indonesia vs Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta.

"Objek besi, botol, dan suar dicampak kepada kami beberapa kali. Terdapat juga beberapa penyokong Indonesia juga cuba merempuh kawasan Malaysia dan perlawanan terpaksa dihentikan seketika," pengakuan dari Syed Saddiq.

Bahkan usai pertandingan berakhir, para suporter Malaysia dan juga sang Menpora tak bisa langsung keluar stadion. Mereka harus diamankan oleh pihak keamanan Indonesia untuk menunggu keadaan panas mereda.

Setelah kasus tersebut mereda dan Timnas Indonesia mendapat sanksi dari FIFA, ternyata kembali terjadi bentrokan suporter di pertemuan selanjutnya di Stadion Bukit Jalil, Malaysia pada tanggal 19 November 2019 lalu.

Seperti yang kita ketahui dari banyak video yang beredar di berbagai platform media sosial, bahwa laga Malaysia vs Timnas Indonesia dinodai oleh aksi pelemparan flare oleh oknum suporter tuan rumah.

Ketegangan itu terjadi di tribun Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia saat laga Kualifikasi Piala Dunia 2022. Usut punya usut, suporter Timnas Indonesia juga dilempari smoke bomb oleh oknum fans Malaysia di tribun seberang.

Aksi ini pun membuat suporter Timnas Indonesia tak terima dan berteriak ke arah tribun fans tim tuan rumah. Situasi ini membuat beberapa petugas keamanan meminta suporter Tim Garuda untuk tidak terpancing emosi.

Bahkan selain di tribun stadion, insiden pengeroyokan juga diakui terjadi sehari sebelum pertandingan dan korban melaporkan paspornya diambil. Kasus ini pun sampai membuat KBRI di Malaysia turun tangan agar sang korban bisa kembali ke Indonesia.

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan - 02 November 2019

Sesaat sebelum insiden yang terjadi di laga away antara Malaysia vs Timnas Indonesia di Stadion Bukit Jalil, kita juga harus mengingat momen penting yang satu ini, yakni resminya Mochamad Iriawan sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019-2023.

Penunjukkan Iwan Bule untuk menduduki kursi tertinggi federasi sepak bola Indonesia tersebut dihasilkan melalui Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel Shangri-La pada hari Sabtu, tepat di tanggal 02 November 2019.

Iwan Bule terpilih secara sah usai mendapat total 82 suara. Menariknya, suara tersebut diraih dari total 85 voter yang hadir di KLB tersebut.

Sementara tiga voter lainnya, dihitung sebagai abstain karena salah dalam melakukan pengisian. Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu kandidat Calon Ketua Umum PSSI lainnya, Arif Putra Wicaksono.

“Iwan Bule raih 82 suara dari 85 suara. Yang tiga abstain karena salah isi,” tukasnya.

Usai terpilihnya Iwan Bule sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019-2023, sudah sepatutnya kita mengawal janji-janji yang pernah diucapkan olehnya sebelum mengisi jabatan krusial di sepak bola Indonesia itu.

Delapan janji tersebut nyatanya ia ucapkan, salah satunya dalam wawancara eksklusif bersama portal berita olahraga Indonesia INDOSPORT.

“Kita akan memperbaiki pembinaan usia muda. Kemudian digitalisasi data sepak bola, soccer camp, PSSI saja tidak ada kantornya maksudnya dalam artian kantor sendiri, lapangan sepak bola sendiri saja tidak ada itu menjadi salah satu rencana saya,” ujarnya.

Dan tidak lupa, Iwan Bule juga mencermati masalah match fixing yang sempat mendera di tubuh PSSI. Dengan keyakinan match fixing sudah tidak boleh ada lagi di sepak bola Indonesia.

“Juga, masalah match fixing, pengaturan skor dan pengaturan wasit itu harus sudah tidak ada lagi,” tegas Iwan Bule.

“Lalu, tahun 2020, Indonesia menggapai juara Asia Tenggara, tahun 2022 juara Asia dan lolos ke Piala Dunia 2026,” lanjutnya.

Sebenarnya bagi pecinta sepak bola nasional, nama pria yang lebih dikenal dengan sebutan Iwan Bule itu mungkin sangat asing karena jarang terdengar.

Namun manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar, pernah  membeberkan bahwa Iwan Bule sudah terlibat lama di dunia sepak bola Indonesia, sebagai Dewan Pembina Persib sejak 2009 sekaligus pernah terlibat dalam Asprov PSSI Jawa Barat.

Sebagai seorang penggila bola, rekam jejak Iwan Bule di dunia bal-balan tak hanya sampai di situ. Sewaktu muda sekitar tahun 1970-an, ia mengaku pernah menjadi pesepakbola.

Bergabung dengan tim junior Persib dan pernah memperkuat beberapa tim lainnya sebelum akhirnya membanting stir menjadi anggota kepolisian dengan masuk AKPOL pada tahun 1984.

Menjabat sebagai anggota aparat, tidak membuat Iwan Bule berpisah dengan sepak bola. Tercatat ada klub lain yang pernah ia urus sebagai dewan pembina selain Persib yakni Bhayangkara FC.

Bali United Juara Liga 1

Kompetisi Liga 1 2019 yang bergulir sejak 15 Mei 2019 akhirnya resmi berakhir pada 22 Desember 2019 lalu. Sebanyak 18 klub peserta yang tersebar dari Pulau Jawa sampai Papua masing-masing sudah melakoni 34 pertandingan yang panjang dan tentunya melelahkan.

Bila di musim 2018 Persija Jakarta berhasil meraih gelar juara, di tahun 2019 ini Liga 1 melahirkan juara baru, yakni Bali United. Ya, satu-satunya wakil Pulau Dewata tersebut berhasil merengkuh gelar juara setelah berada di puncak klasemen dengan torehan 64 poin.

Perolehan poin klub berjuluk Serdadu Tridatu tersebut jauh mengungguli Persebaya Surabaya di posisi runner up yang hanya mengoleksi 54 poin.

Bicara soal statistik, Bali United memang layak meraih gelar juara. Dari total 34 pertandingan yang dijalani, mereka tercatat meraih 19 kemenangan, tujuh kali imbang, dan hanya delapan kali kalah.

Kondisi ini berbanding 180 derajat dengan catatan yang mereka torehkan musim lalu. Saat itu, Bali United finis di peringkat 11 setelah hanya meraih 12 kemenangan, 9 hasil imbang, dan 13 kekalahan.

Sedikit rekap, langkah awal Bali United di Liga 1 2019 sendiri memang manis. Menjamu Persebaya Surabaya pada 16 Mei 2019, Bali United berhasil meraih kemenangan 2-1 di laga perdananya di Liga 1 2019.

Setelahnya secara berturut-turut mereka sukses melibat klub-klub besar seperti Bhayangkara FC, Persija Jakarta, PSIS Semarang.

Kekalahan pertama Bali United di Liga 1 2019 sendiri terjadi pada 14 Juli 2019. Datang sebagai tim tamu, mereka kalah 0-1 dari Barito Putera.

Borneo FC sendiri menjadi salah satu tim Liga 1 2019 yang paling memberi luka dalam bagi Bali United. Bagaimana tidak, Irfan Bachdim dkk pernah dibuat tertunduk malu usai kalah telak 0-6.

Terlepas dari itu semua, dengan semangat pantang menyerah, tim yang bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta itu pada akhirnya meraih gelar juara Liga 1 untuk kali pertama.