Liga Indonesia

Polemik Ketum Baru PSMS, Kedua Pihak yang Bertikai Diminta Duduk Bareng

Selasa, 28 Januari 2020 10:55 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Indra Citra Sena
© Grafis: Indosport.com
Logo klub Liga 2, PSMS Medan. Copyright: © Grafis: Indosport.com
Logo klub Liga 2, PSMS Medan.

INDOSPORT.COM - Sebanyak 22 dari 40 klub anggota PSMS Medan menghadiri Rapat Anggota Biasa (RAB) di Medan, Minggu (26/1/20). Hasilnya, Adi Sahputra secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Umum periode 2020-2024.

Padahal, diketahui saat ini roda manajemen PSMS di Liga 2 dijalankan oleh PT Kinantan Medan Indonesia yang kabarnya sudah diakui PSSI dan secara sah secara legal. 

Munculnya RAB dan Ketum baru kembali memperparah polemik yang dialami PSMS Medan. Sebab, belum lama ini prahara hak cipta nama dan logo baru tuntas di meja hijau.

Menanggapi hal itu, Ketua Asosiasi Kota (Askot) PSSI Medan, Iswanda Ramli, angkat bicara. Sebagai pimpinan organisasi yang juga menaungi sejumlah klub anggota PSMS, dia menyarankan ada baiknya kedua belah pihak duduk bersama terlebih dahulu untuk mencari jalan keluar.

"Kalau soal sah atau tidak sah-nya (RAB) saya belum bisa bicara banyak. Pribadi duduk bersama lah. Dalam suasana begini cobalah lebih dingin, jangan panas. Adakan pertemuan dan ajak berkomunikasi," kata Iswanda Ramli Senin (27/1/20).

Menurutnya, jika PSMS tetap dalam polemik, efek dari kondisi itu bisa mengakibatkan kekisruhan yang akan berdampak luas. Ia mengambil contoh konkret soal kesulikan klub dalam mendapatkan sponsor untuk mengarungi Liga 2 2020. 

"Saya cerita dampaknya. Kalau PSMS seperti ini terus, sponsor tak akan mau datang nanti. Masyarakat juga akan bertanya, PSMS mana yang betul? Takutnya nanti malah menjadi kendaraan politik. Susah nanti," cetusnya.

Lebih lanjut, Iswanda Ramli menyebut dengan musyarawah bersama kedua belah pihak nantinya bisa dicari titik temu sehingga kisruh yang kini kembali muncul bisa diredam demi kemajuan PSMS Medan.

"Saya rasa itu saja, duduk bersama. Karena ujung-ujungnya yang rugi juga masyarakat nantinya. Masyarakat tak bisa nonton PSMS bertanding. Kalau nggak ada sponsor sampai kapan bisa tahan? PSMS ini bukan milik individu, tapi milik masyarakat Medan dan Sumatra Utara," pungkasnya.