Liga Indonesia

Tak Ada Piala Presiden, 3 Tim Promosi Liga 1 Bebas dari Kutukan Degradasi?

Jumat, 21 Februari 2020 13:56 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Ilustrasi/INDOSPORT
Tak digelarnya Piala Presiden pada tahun 2020 ini bisa jadi sebuah berkah tersembunyi bagi klub-klub promosi di Liga 1 2020. Copyright: © Ilustrasi/INDOSPORT
Tak digelarnya Piala Presiden pada tahun 2020 ini bisa jadi sebuah berkah tersembunyi bagi klub-klub promosi di Liga 1 2020.

INDOSPORT.COM - Tak digelarnya Piala Presiden pada tahun 2020 ini bisa jadi sebuah berkah tersembunyi bagi klub-klub promosi di Liga 1 2020

PSSI akhirnya memutuskan untuk tidak menggelar turnamen pramusim Piala Presiden di awal tahun 2020 ini. Jadwal kick off Liga 1 2020 yang dipercepat (29 Februari) serta persiapan Piala Dunia U-21 jadi alasan utamanya. 

Piala Presiden sendiri sejatinya rutin digelar di paruh kedua dekade ini. Tercatat sudah ada empat edisi Piala Presiden dimainkan, yakni pada 2015, 2017, 2018, dan 2019. 

Tak digelarnya Piala Presiden pada tahun 2020 ini bisa jadi sebuah berkah tersendiri bagi klub-klub promosi. Seperti 'kutukan', ada kaitan erat antara Piala Presiden dengan nasib tim-tim promosi. 

Bagaimana hal ini bisa saling terkait? Ya, era Liga 1, tim-tim promosi yang sanggup tembus semifinal Piala Presiden harus degradasi di klasemen liga akhir musim. 

Pada Piala Presiden 2017, Semen Padang jadi 'korban' pertama. Di turnamen tahun itu tim Kabau Sirah berhasil tampil impresif dan tembus babak semifinal menantang Arema FC. 

Walau harus kalah dari Arema, Semen Padang mendapat apresiasi dan dianggap mampu bersaing di Liga 1 2017. Akan tetapi, hasilnya justru berkebalikan. 

Semen Padang justru harus terdegradasi di akhir musim. Marcel Sacramento dkk cuma mampu finis di posisi ke-16 klasemen dengan raihan 35 poin. Semen Padang ditemani oleh Persiba dan Persegres turun ke kasta kedua tahun itu. 

Kejadian ini berulang di tahun 2018. Pada Piala Presiden 2018, dua tim yakni PSMS Medan dan Sriwijaya FC mampu tampil impresif dan tembus ke babak semifinal. 

Banyak pihak menganggap PSMS Medan asuhan Djadjang Nurdjaman kala itu cukup kompetitif untuk mengarungi liga. Begitu juga dengan Sriwijaya yang belanja banyak pemain bagus. 

Namun kenyataannya dua tim ini harus tampil melempem. Djanur harus pergi di tengah musim menyusul hasil buruk. Begitu juga dengan Sriwijaya FC yang mengalami eksodus bintang besar-besaran karena terlilit masalah finansial. 

Dua tim besar ini harus terdegradasi di akhir musim setelah hanya menduduki peringkat 19 dan 20 klasemen akhir Liga 1 2018. 

Degradasinya kedua tim ini memang cukup disayangkan karena PSMS dan Sriwijaya memiliki reputasi yang bagus di sepak bola Indonesia. Apalagi PSMS Medan juga baru saja kembali setelah promosi dari Liga 2 tahun sebelumnya. 

Berlanjut ke Kalteng Putra

Tak berhenti di dua edisi, 'kutukan' Piala Presiden untuk tim promosi pun juga eksis di gelaran edisi 2019. Kali ini Kalteng Putra yang menjadi korbannya. 

Kalteng Putra berhasil promosi ke Liga 1 2019 setelah tembus semifinal Liga 2 musim 2018. Walau sebagai tim debutan, mereka mempersiapkan diri dengan cukup baik di musim itu. 

Hasilnya, Enggang Borneo sanggup tampil mencuri perhatian di Piala Presiden 2019. Tak diunggulkan, Kalteng Putra justru berhasil tembus ke semifinal setelah menyingkirkan Persija lewat adu penalti di babak perempatfinal. 

Sayang, menghadapi Arema FC, Kalteng Putra tak bisa berkutik berkat dua kekalahan di kandang. Namun, Kalteng tetap dianggap mampu berbicara banyak di kompetisi Liga. 

Akan tetapi, lagi-lagi anggapan itu keliru. Di Liga 1 2019 Kalteng Putra babak belur dengan terus berkutat di papan bawah. Patrich Wanggai dkk pun mengakhiri kompetisi dengan finis di posisi juru kunci dengan 31 poin.