Liga Inggris

Tetap Bisa Juara, Nasib Liverpool Bergantung pada Kebaikan Rival Liga Inggris

Sabtu, 14 Maret 2020 13:32 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Nasib Liverpool sebagai juara Liga Inggris musim 2020 masih harus bergantung pada kebaikan hati para rivalnya setelah bertemu dengan Dewan Liga Inggris. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Nasib Liverpool sebagai juara Liga Inggris musim 2020 masih harus bergantung pada kebaikan hati para rivalnya setelah bertemu dengan Dewan Liga Inggris.

INDOSPORT.COM – Nasib Liverpool sebagai juara Liga Inggris musim 2020 masih harus bergantung pada kebaikan hati para rivalnya setelah bertemu dengan Dewan Liga Inggris.

Liverpool hampir memastikan gelar juara Liga Inggris untuk pertama kali dalam 30 tahun terakhir. Posisinya saat ini berada di puncak klasemen, unggul 25 poin dari posisi runner-up Manchester City.

Untuk meraih gelar ini, tim asuhan Jurgen Klopp ini hanya membutuhkan dua kemenangan, yakni saat melawan Everton dan Crystal Palace. Sayang, dua laga tersebut tertunda usai Liga Inggris ditangguhkan selama tiga pekan ke depan karena wabah virus corona.

Penangguhan ini rupanya membuat Liverpool berada di ambang kegagalan meraih gelar. Pasalnya, FA Inggris masih akan mempertimbangkan apakah Liga Inggris ditunda, diakhiri lebih cepat atau dihapuskan sama sekali.

Dilansir dari Sun Sport, semua keputusan FA Inggris ini nantinya akan tergantung dari hasil pertemuan dewan Liga Inggris dengan klub-klub yang berkompetisi.

Apabila, para klub sepakat untuk menunda maupun mengakhiri turnamen lebih cepat, maka Liverpool dipastikan meraih gelar juara mereka tanpa mengeluarkan keringat lebih banyak.

Namun, bila mereka memutuskan menghapuskan sama sekali turnamen Liga Inggris musim ini, maka The Reds akan kehilangan peluang meraih gelar pertama mereka.

Liverpool sendiri tentunya berharap nasibnya akan sama dengan Universidad Catolica yang menjadi pemenang di Divisi Primera Chile setelah federasi sepak bola di negara itu membatalkan enam laga penutup musim.

Saat itu, Chile tengah diguncang dengan kerusuhan politik dan protes yang menyerukan layanan sosial yang lebih baik serta kesetaraan sosial. Hal ini membuat otoritas sepak bola harus membatalkan sisa pertandingan.

Universidad kemudian dinobatkan sebagai pemenang, sedangkan tidak ada satu pun tim yang dipromosikan maupun didegradasi.