In-depth

Battle of Santiago 1962, Laga Terbrutal di Piala Dunia yang Lahirkan Kartu Merah

Jumat, 3 April 2020 16:37 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© The Guardian
Battle of Santiago pada Piala Dunia 1962 di Chile jadi salah satu laga bersejarah dalam gelaran turnamen empat tahunan tersebut Copyright: © The Guardian
Battle of Santiago pada Piala Dunia 1962 di Chile jadi salah satu laga bersejarah dalam gelaran turnamen empat tahunan tersebut

INDOSPORT.COM - Piala Dunia 1962 di Chile jadi salah satu edisi paling bersejarah dalam gelaran turnamen empat tahunan tersebut. Bukan saja persiapan yang compang-camping, namun di edisi ini juga terjadi pertandingan paling dikenang dalam sejarah. 

Piala Dunia 1962 akhirnya kembali ke Amerika Latin setelah terakhir pada 1950 di Brasil. Dalam dua edisi setelah Brasil, Piala Dunia digelar di Eropa, masing-masing di Swiss (1954) dan Swedia (1958). 

Argentina yang sejatinya lebih ideal sebagai tuan rumah justru kalah dalam pencalonan oleh negara tetangganya, Chile. Persiapan matang pun dilakukan Chile yang di antaranya merenovasi stadion nasional untuk menampung 95 ribu penonton. 

Namun, hal tak terduga terjadi. Pada 1969 Chile diguncang gempa terbesar dalam sejarah dunia. Gempa 9,5 skala richter itu menyebabkan tsunami di banyak kota Chile yang juga memakan ribuan korban jiwa. 

Alhasil, saat Piala Dunia tiba, persiapan Chile tidak maksimal. Kekurangan masih terjadi di sana sini. Meski begitu, Chile tetap mendapat pujian sebagai tuan rumah dari negara-negara peserta. 

Italia sebagai salah satu negara peserta mungkin tak menyangka jika keikutsertaannya di Piala Dunia Chile menjadi sebuah mimpi buruk. 

Di awali oleh ulah dua jurnalis asal Italia, Corrado Pizzinelli (La Nazione), dan Antonio Ghirelli (Corriere della Sera), nama Italia tercoreng di mata orang-orang Chile.

Kedua jurnalis itu memuat tulisan yang memojokan kota Santiago dengan menyebut sebagai kota miskin dan dipenuhi pelacur.  Hal ini langsung menyinggung hati warga Santiago. 

Kedua wartawan itu pun jadi sasaran, meski yang bersangkutan sudah pergi dari Chile. Alhasil Timnas Italia yang kebetulan satu grup dengan Chile pun jadi sasaran dari kemarahan ini.  

Battle of Santiago 

Kondisi di Grup 2 membuat Italia terjepit. DI matchday pertama Italia cuma main imbang 0-0  lawan Jerman Barat. 

Sementara Chile sanggup menang 3-1 atas Swiss. Mau tidak mau Italia pun harus menang di laga melawan Chile. 

Namun, Italia sadar warga dan pemain-pemain Chile tengah marah besar terhadap mereka. Tim Italia bahkan sampai harus meminta FIFA mengganti wasit asal Spanyol yang dianggap memiliki kedekatan bahasa. 

FIFA pun menunjuk wasit Ken Aston dari Inggris untuk memimpin laga yang kemudian dikenal dengan sebutan Battle of Santiago tersebut. 

Pertandingan yang disaksikan puluhan ribu penonton di Stadion Nasional Chile itu berlangsung dengan sangat kasar.  

Baru tujuh menit berjalan, pemain Italia, Ferrarini, langsung diusir keluar lapangan karena menendang pemain Chile, Landa. 

Aturan mengeluarkan pemain memang belum diatur dalam FIFA. Ferraini yang protes atas keputusan wasit akhirnya menyerah setelah polisi ikut campur tangan dan membawanya keluar lapangan. 

Memasuki pertengahan babak pertama, L. Sanchez melepaskan tinju keras ke arah pemain Italia, Mario David, tanpa ada bola. David pun sampai harus terjatuh. 

Namun sayang, wasit Ken Aston dan dua penjaga garis tak melihat kejadian ini. David yang membalas perlakuan brutal Sanchez itu justru malah yang harus dikeluarkan dari lapangan. 

Italia pun harus menyerah 2-0 usai bermain hanya dengan hanya sembilan orang pemain. Keberanian Ken Aston untuk mengeluarkan pemain pun mengilhami adanya kartu kuning dan merah dalam pertandingan sepak bola. 

Pertarungan kotor ini akhirnya memaksa FIFA untuk merekam ulang pertandingan. Dari sekian banyak insiden brutal dan keributan yang terjadi di lapangan, FIFA menghukum Ferrini berupa larangan tampil satu kali. 

Sementara L. Sanchez dan Mario David mendapat peringatan keras. Di Piala Dunia 1962, Timnas Brasil yang masih diperkuat Pele sukses keluar sebagai juara.