In-depth

PSPS Pekanbaru Tinggalkan Jejak Getir Jelang Degradasi dari ISL

Rabu, 15 April 2020 15:28 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Grafis: Yanto/INDOSPORT
Jagat sepak bola nasional pernah heboh dengan keberadaan PSPS Pekanbaru, yang pernah meledak di Liga Indonesia 2003 Copyright: © Grafis: Yanto/INDOSPORT
Jagat sepak bola nasional pernah heboh dengan keberadaan PSPS Pekanbaru, yang pernah meledak di Liga Indonesia 2003

INDOSPORT.COM - Jagat sepak bola nasional pernah heboh dengan keberadaan PSPS Pekanbaru. Tim asal Riau yang tak terdengar namanya, lalu menggebrak dengan skuat Los Galacticos pada Liga Indonesia edisi 2003 silam.

Promosi dari Divisi Satu, PSPS lalu mencoba prestasi instan melalui skuat bintangnya. Tak tanggung-tanggung, rombongan kelas tim nasional mereka borong demi bisa bersaing dengan klub-klub tenar macam Persija Jakarta, Persib Bandung, hingga PSM Makassar.

Namun, cerita keindahan dari skuat bintang macam Bima Sakti, Bejo Sugiantoro, Uston Nawawi, Aples Tecuari hingga Kurniawan Dwi Yulianto, hanya satu kali terjadi. Tim Asykar Bertuah kembali ke habitatnya, setelah remuk redam mempertahankan eksistensi selama satu dekade.

Ya, tepat 10 tahun setelah era Galacticos itu, PSPS harus menerima kenyataan pahit dengan degradasi ke Divisi Utama, kasta kedua setelah Indonesia Super League. Mereka tak berdaya turun kasta setelah dihantam beragam masalah sepanjang musim kompetisi.

Berikut INDOSPORT merangkum peninggalan jejak getir yang ditinggalkan PSPS, jelang terbuang dari kompetisi kasta tertinggi musim 2013 silam.

1. Krisis Finansial Akut

Krisis finansial menjadi awal dari runtuhnya tim kebanggaan publik Stadion Kaharudin Nasution Pekanbaru tersebut. Manajemen menjalankan roda tim dengan kembang kempis perihal anggaran gaji maupun operasional.

Hal ini lah yang kemudian membuat PSPS "menggadaikan" diri ke Kabupaten Kampar, dengan memasang logo pemerintah daerah hanya demi aliran dana. Meski pada putaran kedua, tim Asykar Bertuah harus kelimpungan lagi lantaran kontrak kerja sama berhenti di tengah jalan.

Seretnya sektor finansial itu pula yang membuat sejumlah penggawa pergi akibat haknya tak terpenuhi. Dimulai dengan mundurnya sang pelatih, Mundari Karya dan disusul sejumlah pemain senior andalan pada paruh kompetisi.

Mereka di antaranya Ambrizal, Ade Suhendra, Glen Paloukan, Muhammad Ilham, Slamet Riyadi, hingga pilar asing macam Shin Hyun Joon (Korea Selatan) dan Rohit Chan (Nepal). Kepergian mereka pun jelas, setelah gaji beberapa bulan terakhir tersendat, meski sudah dipenuhi uang muka kontrak 15 persen.

"Sebenarnya saya betah di PSPS. Tapi tidak ada uang untuk biaya persalinan istri, salah satu jalan adalah pindah tim," ujar Ade Suhendra yang hengkang ke Persiba Balikpapan, seperti dilansir GoRiau pada Senin (06/05/13) silam.

2. Jadi Bulan-Bulanan

Deretan rekor buruk tim kemudian terhampar jelas sepanjang paruh kedua kompetisi. Waktu itu, tim tuan rumah ISL sudah hampir pasti yakin meraih kemenangan telak ketika menjamu PSPS, yang bermateri pemain seadanya.

Rekor kekalahan dengan skor sensasional pun dicatat PSPS sepanjang Bulan Juni-Juli. Dalam periode itu, sebanyak 21 gol mereka alami dari tiga laga, sekaligus mencatatkan rataan kebobolan 7 gol per laga.

Episode menyediakan itu dimulai saat luluh lantak di hadapan Persela Lamongan. PSPS menyerah dengan skor 1-9 pada (12/06/13) lalu, sekaligus menjadi rekor kekalahan terbesar kompetisi.

Bermain home pun tak mengubah keadaan kronis tersebut. PSPS kembali menelan kekalahan telak 0-5 menjamu Persita Tangerang pada (22/06/13), sebelum kembali hancur lewat kekalahan 1-7 saat away ke markas Arema Indonesia.

Secara total, Muhammad Isnaini dkk mengalami 25 Kekalahan sepanjang musim. Mereka terdegradasi setelah finis sebagai juru kunci klasemen ISL dengan hanya memetik 17 poin, hasil dari 4 kemenangan dan 5 imbang dari 34 pekan kompetisi.

Tiga laga itu menjadi contoh bobroknya performa PSPS dengan materi pemain seadanya. Setidaknya ada tiga kekalahan telak lain yang cukup menggetarkan yaitu saat takluk 0-6 dari Persija, 2-8 di markas Mitra Kukar, maupun 1-6 dijamu Persisam Samarinda.

3. Rekor Kebobolan Dengan Tiga Digit

Tak hanya mencatat rekor dalam hal skor pertandingan, PSPS juga memungkasi kiprahnya di ISL dengan rekor paling buruk. Yaitu mencatat tiga digit angka dari segi kebobolan sepanjang 34 pekan kompetisi.

Total ada 107 gol yang bersarang ke gawang PSPS, dengan rataan 3,14 gol per laga. Jumlah agregat mereka pun miris, dengan hanya mencetak 26 gol alias defisit 81 gol !

Deretan Maslaah itu diakui sendiri oleh Afrizal Tanjung. Dari sudut mana pun, jelas PSPS tidak bisa untuk setidaknya bersaing mempertahankan eksistensi klub dalam 10 musim terakhir di kasta tertinggi.

"Kami harus menerima kenyataan ini karena krisis finansial menjadi masalah utama," tutur Afrizal seperti diberitakan GoRiau, Rabu (31/07/13).

"Dengan materi pemain seadanya, sulit bagi kami untuk bertahan di kompetisi ini. Saya tidak bermaksud mengecilkan pemain, tapi pemain kami memang belum layak bersaing di ISL,” sambung pengganti Mundari karya tersebut.

Head to Head PSPS di ISL 2013:

PSPS vs Sriwijaya FC   1-3 & 0-0
PSPS vs Pelita Bandung Raya   0-4 & 1-1
PSPS vs Persib Bandung   0-4 & 1-4
PSPS vs Persija Jakarta   0-6 & 0-1
PSPS vs Persita Tangerang   0-5 & 0-0
PSPS vs Persegres Gresik   2-0 & 1-5
PSPS vs Arema Cronus   1-0 & 1-7
PSPS vs Persela Lamongan   4-2 & 1-9
PSPS vs Persepam Madura   0-1 & 0-3
PSPS vs Barito Putera   1-3 & 2-5
PSPS vs Mitra Kukar   0-1 & 2-8
PSPS vs Persiba Balikpapan.  1-2 & 1-4
PSPS vs Persisam Samarinda   1-1 & 1-6
PSPS vs Persiwa Wamena    1-0 & 0-3
PSPS vs Persidafon Dafonsoro   1-2 & 1-3
PSPS vs Persiram raja Ampat   1-1 & 0-5
PSPS vs Persipura Jayapura.  1-5 & 0-5