Liga Inggris

Apes, Upaya Pangeran Salman Akuisisi Newcastle Dijegal Aktivis HAM

Sabtu, 25 April 2020 14:25 WIB
Penulis: Yosef Bayu Anangga | Editor: Indra Citra Sena
© Raj K Raj/Hindustan Times via Getty Images
Upaya Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, mengakuisisi Newcastle United belakangan mendapatkan tekanan dari kelompok di luar dunia sepak bola. Copyright: © Raj K Raj/Hindustan Times via Getty Images
Upaya Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, mengakuisisi Newcastle United belakangan mendapatkan tekanan dari kelompok di luar dunia sepak bola.

INDOSPORT.COM - Upaya Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, mengakuisisi Newcastle United kini justru mendapat hambatan dari kelompok di luar dunia sepak bola.

Klub Liga Inggris, Newcastle United, kini menjadi topik perbincangan panas penggemar sepak bola. Pasalnya, rival sekota Sunderland itu diprediksi akan segera menjadi klub kaya bar menyusul upaya akuisisi yang dilancarkan putra makhota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.

Sejumlah pemain papan atas seperti Mauro Icardi, Gareth Bale, dan Edinson Cavani langsung dikait-kaitkan dengan Newcastle. Tak cuma pemain, manajer beken sekelas Mauricio Pochettino dan Massimiliano Alegri pun gencar disebut akan memimpin klub tersebut musim depan.

Namun, belakangan upaya Pangeran Salman mengakuisisi Newcastle dari tangan pemilik sebelumnya, Mike Ashley, menemui sejumlah sandungan. Uniknya, kerikil justru berasal dari kelompok di luar sepak bola, yakni Human Rights Foundation atau yayasan hak asasi manusia.

“Kesepakatan (pembelian Newcastle) ini akan mengecilkan dukungan Liga Primer Inggris terhadap hak asasi manusia dan menimbulkan kerusakan parah pada citra kompetisi ini,” kata CEO HRF, Garry Kasparov, seperti dikutip Daily Mail.

Kasparov yang juga dikenal sebagai legenda catur dunia bahkan dengan tegas menyebut calon pembeli Newcastle itu sebagai diktator brutal.

“HRF mendorong Liga Inggris membatalkan pembelian ini mengingat besarnya konsekuensi yang mungkin saja timbul. Olahraga itu bukan sekadar bisnis, melainkan juga media berpengaruh yang tidak boleh dirusak oleh diktator brutal,” cetusnya.

Pembelian Newcastle sendiri sebenarnya tidak langsung dilakukan oleh pihak Pangeran Salman, melainkan via dana investasi publik Arab Saudi. Namun, besarnya kendali sang pangeran disebut menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak.

Pangeran Salman sendiri sebelumnya sempat dituduh memerintahkan pembunuhan terhadap jurnalis Jamal Khashoggi, meski ia membantah tuduhan tersebut. Kekasih Khashoggi telah mengajukan permohonan kepada Liga Inggris untuk menggagalkan rencana pembelian Newcastle.

Newcastle United kini masih terdampar di peringkat ke-13 klasemen sementara Liga Inggris, berjarak delapan poin dari zona degradasi. Kehadiran pemilik baru dalam diri Pangeran Salman diharapkan mampu membangkitkan The Magpies ke level elite seperti era 2000-an.