In-depth

V-League Kembali Bergulir, PSSI Pantas Iri dengan Vietnam

Sabtu, 25 April 2020 18:53 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kembali digelarnya V-League pada pertengahan Mei mendatang sudah sepantasnya memercik rasa iri bagi PSSI terhadap pemerintahan Vietnam. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kembali digelarnya V-League pada pertengahan Mei mendatang sudah sepantasnya memercik rasa iri bagi PSSI terhadap pemerintahan Vietnam.

INDOSPORT.COM - Kembali digelarnya V-League pada pertengahan Mei mendatang sudah sepantasnya memercik rasa iri bagi PSSI terhadap pemerintahan Vietnam. . 

Kabar baik datang dari Vietnam. Kompetisi sepak bola setempat akan kembali bergulir pada 15 Mei 2020 seiring usainya masa lockdown pandemi Corona. 

Asosiasi Sepak Bola Profesional Vietnam (VPF) memutuskan V-League akan kembali bergulir bulan depan dengan izin dari pemerintah. Hal ini juga diumumkan di laman resmi AFF. 

Status bebas Corona didapatkan Vietnam pada 23 April 2020 lalu setelah selama delapan hari beruntun tidak ditemukan kasus baru di negara komunis tersebut. 

Ho Chi Minh City jadi klub V-League One pertama yang kembali menjalani aktivitas latihan. Kota Ho Chi Minh sebagai markas klub telah bebas dari masa lockdown

Hal ini tentu jadi kabar mengejutkan karena belum ada negara-negara lain dalam kawasan ASEAN yang bakal menggelar liga sepak bolanya dalam waktu dekat, termasuk Indonesia. 

Hal ini sepatutnya menimbulkan rasa iri bagi pecinta sepak bola di Tanah Air. Ketika V-League mulai bergulir, di Indonesia justru ada wacana pembatalan Liga 1 2020.

Andai saja pemerintah Indonesia bisa meniru langkah Vietnam lebih cepat, mungkin saja kita bisa menyaksikan Liga 1 2020 bergulir bulan depan atau pertengahan Juni. 

Respons Berbeda

Mirip dengan Indonesia, Liga Vietnam juga baru memainkan dua laga awal mereka di liga musim 2020. V-League harus menghentikan roda kompetisi pada pertengahan bulan lalu, tepatnya pada 16 Maret 2020. 

Hal ini terpaksa dilakukan karena Vietnam jadi salah satu negara yang terdampak COVID-19. Namun, yang membedakan mereka dengan negara Indonesia dan lainnya adalah respons tepat yang ditunjukkan oleh pemerintah setempat. 

Pemerintah Vietnam dipuji karena tindakan cepatnya dalam mencegah penyebaran COVID-19. Pemerintah Vietnam langsung menetapkan virus Corona sebagai epidemi pada 1 Februari.

Satu hari setelah dua kasus pertama terdeteksi di Vietnam semua penerbangan ke Wuhan dari Hanoi dihapuskan. Pemerintah Vietnam juga langsung menutup perbatasan negara mereka sepanjang 1.400 kilometer ke China. Semua perjalanan (kecuali sangat penting) juga ditangguhkan. 

Vietnam memberlakukan isolasi dini bagi penduduknya yang baru saja berpergian dari luar negeri. Pada 13 Februari, kementerian kesehatan memerintahkan 10.600 penduduk Son Loi untuk dikarantina selama 20 hari.

Dilansir dari LA Times, Vietnam menjaga ketat perbatasan mereka dengan mengerahkan polisi dan tentara bersenjata lengkap. Langkah-langkah ini mendapat apresiasi tinggi dari WHO karena dinilai sangat tepat dalam mengatasi krisis di tahap awal. 

Tindakan tak hanya dilakukan di dunia nyata, mereka juga memberlakukan denda bagi para penyebar berita hoax di media sosial. Vietnam sudah memberlakukan lockdown total di hampir seluruh wilayah negaranya pada 1 April 2020 lalu. 

Sampai tanggal 24 April kemarin, cuma ada 270 kasus virus corona yang terdata di Vietnam. Bagi negara yang berbatasan langsung dengan China jumlah ini tentu sangat impresif. 

Sebaliknya, respons cukup berbeda ditunjukkan oleh pemerintahan Indonesia. Berdasarkan pemberitaan media-media nasional, Indonesia sebetulnya memiliki waktu dua bulan sebelum COVID-19 mewabah di 27 provinsi.

Pada akhir Desember 2019, WHO telah membunyikan alarm bahaya. Namun, hal ini masih ditanggapi cukup santai oleh para pejabat Tanah Air. 

Antisipasi terkesan kendor padahal masa inkubasi virus diketahui memakan waktu dua minggu. Belum adanya kasus positif bukan berarti tak ada virus corona di Tanah Air. 

Gugus tugas yang terstruktur tidak langsung terbentuk setelah kasus positif virus corona pertama ditemukan pada 2 Maret 2020. Keputusan lockdown masih menemui pro kontra dalam waktu lama. Hal ini diperparah dengan kelangkaan APD di kalangan petugas medis dan masyarakat. 

Baru pada tanggal 10 sampai akhir April ini Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan secara tak serentak di hampir seluruh wilayah. Pada waktu itu sudah ada sekitar 3500 orang yang terdata positif Corona. 

Alhasil, sampai tanggal 25 April ini jumlah positif COVID-19 belum juga berhenti. Jumlah positif COVID-19 hingga Sabtu, 25 April 2020, menyentuh angka 8.607 orang dengan korban meninggal dunia mencapai 720 jiwa.

Tak Berharap Banyak

Baik para pecinta sepak bola nasional, PSSI, maupun klub-klub sepertinya tidak bisa berharap banyak untuk kembali memutar roda kompetisi. Melihat kondisi yang ada, cukup sulit kompetisi kembali berdetak sebelum lewat bulan Juni.

Masa pemulihan pandemi tentunya membutuhkan waktu cukup lama. Belum lagi persiapan klub-klub yang membutuhkan waktu 3 minggu sampai satu bulan untuk pemulihan kondisi fisik sebelum kompetisi digelar kembali. 

PSSI dan pecinta sepak bola nasional pun patut 'iri' dengan Vietnam dalam masa pandemi ini. Andai saja semua bisa diantisipasi dengan tepat sejak awal, mungkin akhir Mei kita sudah kembali menyaksikan aksi-aksi pemain Liga 1 dan Liga 2 kesayangan kita di televisi.