In-depth

Luciano Moggi, dari Buruh Kereta Api Jadi Dalang Calciopoli

Jumat, 1 Mei 2020 11:09 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Atomo del Male
Menjadi tokohg sentral dalam pusaran skandal Calciopoli di Italia, Luciano Moggi ternyata memiliki cerita masa lalu yang menarik diikuti. Copyright: © Atomo del Male
Menjadi tokohg sentral dalam pusaran skandal Calciopoli di Italia, Luciano Moggi ternyata memiliki cerita masa lalu yang menarik diikuti.

INDOSPORT.COM - Menjadi tokoh sentral dalam pusaran skandal Calciopoli di Italia, Luciano Moggi ternyata memiliki cerita masa lalu yang menarik diikuti. 

Skandal Calciopoli pernah begitu menggemparkan di sepak bola Italia. Skandal pengaturan skor terbesar di Negeri Pizza setelah Totonero ini telah menyeret banyak tim Serie A dan Serie B serta para elite di dalamnya. 

Lima klub Serie A, yakni Juventus, AC Milan, Lazio, Fiorentina, dan Reggina mendapat sanksi dari FIGC dan pengadilan Italia berupa pengurangan poin. Sementara Juventus harus merelakan dua gelarnya dicabut dan terdegradasi ke Serie B. 

Salah satu nama yang terseret adalah direktur sepak bola Juventus, Luciano Moggi. Skandal ini terungkap setelah kepolisian Italia menemukan bukti transkrip percakapan telepon antara manajer tim dengan organisasi wasit. 

Dari percakapan itu terungkap praktik pengaturan pertandingan yang melibatkan wasit. Sosok Luciano Moggi pun menjadi tokoh sentra dalam pusaran skandal tersebut, 

Berawal dari Buruh Kereta

Luciano Moggi bukanlah nama sembarangan di sepak bola Italia. Namanya begitu melegenda ketika menjadi petinggi Juventus. 

Meski begitu, tak banyak yang tahu masa lalu sulit yang dilalui dirinya. Luciano Moggi awalnya adalah pemuda biasa-biasa saja yang lahir di Moticiano, sebuah kota kecil di dekat Siena. 

Pada masanya, kota tempat Moggi tinggal dipenuhi perbukitan indah serta perkebunan anggur yang menjadi tempat ideal bari para kelas menengah ke atas. 

Namun, hal seindah itu tak dirasakan oleh Moggi. Moggi muda meninggalkan sekolah pada usia 13 tahun, dan bekerja sebagai buruh rel kereta. 

Karena kegigihannya, karier Moggi menanjak setelah dirinya naik pangkat menjadi kepala kantor tiket kereta api. 

Awal karier sepak bola Moggi mulai terlihat ketika di waktu bersamaan ia juga bekerja paruh waktu di ranah pencarian bakat untuk tim-tim sepak bola lokal di area Tuscany. Ia pun akhirnya bekerja freelance sebagai pencari bakat muda bagi sejumlah klub, salah satunya Juventus. 

Melansir dari Guardian, penulis biografi Moggi, Marco Travaglio mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang membuat sosok  top El Mafioso sepak bola Italiapunya kemampuan luar biasa dalam bernegosiasi untuk menggaet talenta-talenta berbakat dengan mudah. 

"Dia tidak hanya tertarik dengan kemampuan dari pemain itu, tapi juga kondisi keluarga (pemain)," kata Travaglio. Di matanya, Moggi adalah sosok ayah kedua bagi para pemain tersebut. Lebih dari sekedar manajer saja. 

Kemampuan Moggi tersebut mendapatkan perhatian dari 'super manager' yang menjalankan bisnis dari Inter Milan. Ia adalah Italo Allodi, yang pada akhirnya membawa Moggi ke Juventus untuk menjadi salah satu staff pencarian bakat muda. 

Peran Sentral di Calciopoli

Lama bergelut di sepak bola ternyata membuat Moggi tergoda untuk memakai jalan pintas. Demi memberi kesuksesan pada Juventus, ia memilih melakukan cara-cara kotor yang lama-lama jadi kebiasaannya. 

Cara kotor yang dilakukan Luciano Moggi dimulai dari pemilihan wasit yang akan bertugas di sebuah pertandingan sampai memengaruhi pemilihan  pemain. Dengan reputasi dan koneksi yang dimilikinya ia bahkan bisa menunda atau membatalkan laga, hingga mempengaruhi pemberitaan sepak bola di Italia. 

Sebelum semuanya terungkap, Moggi mampu bermain cerdas untuk menghindari investigasi. Pihak berwajib bahkan kala itu sempat gagal menemukan bukti kejahatan Moggi sebelum akhirnya memiliki transkrip percakapan. 

Apa yang ia lakukan sebelum terlibat dalam skandal tersebut sejujurnya terbentuk dari bagaimana dirinya membangun jaringan super luas di luar dunia sepak bola. 

Ia menjalin hubungan dengan begitu banyak politikus, hakim, diplomat, petugas militer, hingga selebritis. Tapi yang paling patut mendapatkan perhatian adalah bagaimana dirinya memiliki keintiman dengan para jurnalis. 

"Dia memahami betul nilai dari iklan dan juga media. Media akan turut menjadi pemenang dalam sepak bola, jiwa bisnisnya," ujar Travaglio. 

Pada akhirnya, sebelum semua terungkap, Moggi meraup begitu banyak uang, bersamaan dengan Serie A yang menjadi liga paling kaya dan glamor di akhir 1970-an hingga awal 1980-an. 

Akibat dari keterlibatan dirinya dalam aksi Calciopoli, Luciano Moggi pun dijatuhi hukuman skorsing secara permanen untuk posisi dalam kategori apapun di sepak bola Italia. 

Banyak pihak menilai sanksi yang diberikan Juventus masih terbilang ringan. Pasalnya, kemungkinan besar kejahatan yang dilakukan Luciano Moggi sudah terjadi jauh sebelum pertengahan tahun 2000-an.