Bola Internasional

Sepak Bola dan Rasisme: Dibenci Karena Memiliki Nama Mohamed

Selasa, 2 Juni 2020 18:24 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Mengingat kisah sepak bola dan rasisme, saat seorang pemain pernah dibenci suporter lantaran memiliki nama Mohamed.

Isu rasisme sendiri belakangan memang ramai diperbincangkan tepatnya saat George Floyd, salah seorang pemuda asal Amerika Serikat yang mengalami tindakan ketidakadilan hingga membuat nyawanya melayang. 

Seperti diketahui, Floyd, yang merupakan seorang African-American tewas karena lehernya ditindih lutut seorang polisi Minneapolis bernama Derek Chauvin pada Senin (25/5/20) lalu.

Akibat insiden tersebut, warga Amerika dan hampir seluruh tokoh dunia mengecam aksi kurang terpuji itu. Termasuk para pesepakbola ikut menyuarakan atas tindakan yang dianggap merendahkan ras kulit hitam tersebut.

Salah satunya adalah Paul Pogba, melalui akun Instagram pribadinya bintang Manchester United yang baru sembuh dari cedera itu mengirimkan pesan simpati dan mengajak orang-orang untuk menghentikan aksi rasisme. 

“Belakangan ini, saya merenungkan bagaimana cara mengungkapkan perasaan saya terhadap apa yang terjadi di  Minneapolis. Saya merasa marah, kasihan, benci, jengkel, frustasi dan sedih,” tulis Pogba. 

“Saya turut bersedih untuk George (Floyd) dan semua orang berkulit hitam yang mengalami rasisme setiap hari. Entah itu di  sepak bola, di kantor, di sekolah, di mana pun."

Sepak bola dan rasisme sendiri memang satu hal yang sulit dihilangkan sampai saat ini, meski mempunyai slogan 'Say No Racism' namun banyak para suporter bahkan pesepakbola itu sendiri yang melakukan aksi rasisme.

Di sepak bola Inggris akhir 2018 lalu, terjadi ejekan rasis beruntun yang dilakukan suporter. Mulai dari fans Tottenham yang mengejek striker Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang hingga teriakan "monyet" penggemar Chelsea terhadap Raheem Sterling.

Hal yang sama juga terjadi di Italia, gelandang Juventus, Blaise Matuidi mengeluhkan perlakuan suporter tuan rumah Cagliari yang melontarkan suara seperti monyet, saat dirinya mendapat bola ketika kedua tim bertemu pada awal Januari 2018 lalu.

Tidak cuma di Eropa, bahkan hingga kompetisi benua Asia pun tindakan rasisme tetap terjadi. Salah satunya menimpa Demba Ba, mantan pemain Newcastle tersebut naik pitam saat gelandang Changchun Yatai, Zhang Li menghina dirinya

Demba Ba menuduh Zhang telah mengejeknya dengan kata-kata 'you black' berulang kali. Tak terima dengan tindakan tersebut, ia langsung marah dan nyaris terlibat kontak fisik.

Namun dari segala jenis bentuk rasisme, klub Beitar Jerusalem dan para suporter fanatiknya bernama La Familia tampak berada paling atas dalam daftar hitam.

La Familia telah dikenal sebagai kelompok pendukung tim sepakbola dengan aksi kekerasan dan aksi rasisme paling mengerikan, bahkan kelompok ini secara terang-terangan menolak pemain muslim berada di tim.

Salah satu aksi rasis La Familia paling liar adalah melakukan penolakan terhadap pemain yang berbau muslim, pada 2019 lalu. Mereka bahkan melakukan rasis tersebut terhadap salah satu pemain mereka yang bernama Ali Mohamed.

Alasan La Familia membenci dan melakukan rasisme terhadap Ali Mohamed sangatlah sederhana, meski bernama Ali Mohamed, namun pemain kelahiran Niger tersebut adalah seorang penganut Kristiani. 

Namun fakta bahwa nama Muhammad sangat kental dengan islam, membuat para fans menolak keras kehadiran sang pemain dan memaksa Ali mengganti nama atau hengkang dari klub.

"Kami tidak punya masalah apa pun dengan pemain ini, karena ia adalah seorang Kristen yang taat. Tapi kami punya masalah dengan namanya. Kami akan memastikan bahwa namanya diubah, sehingga Mohamed tidak terdengar di Stadion Teddy (Beitar)," ucap salah satu penggemar yang dilansir dari laman CNN.

Dengan terus berulangnya kejadian-kejadian rasis di sepak bola di setiap musimnya di berbagai liga, serta tidak adanya tindakan tegas dari federasi serta FIFA, kampanye 'Say No To Racism' pun hanya menjadi sebuah slogan semata dan mungkin bakal bisa bertambah buruk bagi industri sepak bola dalam beberapa tahun kedepan.