Rasisme di Amerika Serikat dan Kisah Perjuangan Muhammad Ali Melawannya

Sabtu, 30 Mei 2020 20:38 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Rabih Moghrabi/AFP via Getty Images
Muhammad Ali, nama petinju legendaris itu, pernah jadi aktor olahraga yang paling gencar menyuarakan anti rasisme di Amerika Serikat. Copyright: © Rabih Moghrabi/AFP via Getty Images
Muhammad Ali, nama petinju legendaris itu, pernah jadi aktor olahraga yang paling gencar menyuarakan anti rasisme di Amerika Serikat.

INDOSPORT. COM - Muhammad Ali, nama petinju legendaris itu, pernah jadi aktor olahraga yang paling gencar menyuarakan anti rasisme di Amerika Serikat.

Publik belakangan dihebohkan dengan kasus rasisme, yang kembali menggerogoti kehidupan sosial Amerika Serikat. Parahnya tindakan rasisme kali ini dilakukan oleh seorang petugas kepolisian.

Anggota polisi Minneapolis berkulit putih, kedapatan melakukan kekerasan terhadap laki-laki Afro-Amerika. Aksi tersebut kebetulan terekam oleh warga sekitar.

Adegan di dalam video memperlihatkan, sang polisi mencekik dengan bagian lututnya, sampai laki-laki Afro-Amerika tadi kesulitan bernafas. Korban pencekikan yang diidentifikasi bernama George Floyd, akhirnya harus meninggal dunia, dan polisi yang melakukan kekerasan sekaligus rasisme tak lama kemudian dipecat.

Apapun alasannya, tak ada yang bisa membenarkan tindakan rasisme. Ranah olahraga berulang kali menyuarakan agar sika-sikap rasisme disingkirkan dari muka bumi.

Dahulu, petinju kenamaan nan legendaris, terlibat aktif dalam upaya memberantas rasisme di Amerika Serikat. Berdasarkan laporan situs NBC News, Ali pernah melemparkan medali emas Olimpiade miliknya ke sungai, setelah mendapatkan perlakuan rasis.

Ali juga masuk ke dalam Nation of Islam, organisasi yang membuatnya mengenal agama Islam. Organisasi itu juga mengajarkan kepada Ali tentang paham-paham menolak rasisme dan hak-hak sipil. 

Paling mencolok, mungkin ketika Ali menolak ikut wajib militer Angkatan Darat Amerika Serikat untuk perang Vietnam. Selain karena bertentangan dengan ajaran agamanya, Ali enggan membunuh warga Vietnam karena mereka tak pernah berbuat salah kepadanya.

"Mereka tidak pernah memanggilku nigger, mereka tidak pernah menindasku. Aku tidak akan membunuh orang yang lebih miskin, lebih menderita ketimbang Amerika," ujar Ali seperti dikutip dari NBC News.

Penentangannya kepada wajib militer, membuat Ali dipenjara dan dicabut hak ikut pertarungan tinju profesional. Setelah bebas, Ali yang tak langsung bisa kembali bertinju, lebih memilih aktif sebagai pembicara ke kampus-kampus menyuarakan anti rasisme.

Kala menjadi pembicara, Ali berusaha memperjuangkan kesamaan hak antara orang-orang kulit hitam dengan kulit putih. Ali bahkan tak ragu berdebat jika ada orang lain yang tetap ingin melakukan rasisme.

"Musuh saya adalah orang kulit putih, bukan orang Vietnam atau Cina atau Jepang," tutur Ali.

"Kalian (kulit putih) selalu menentangku ketika aku menginginkan kebebasan, kesetaraan," lanjut Ali.

Begitulah kurang lebih cerita soal Ali yang dulu begitu berjuang melawan rasisme di Amerika Serikat. Rasisme harus dilawan!