Liga Indonesia

Ada Fotografer hingga Pengawas TK/SD, Ini Pekerjaan Para Wasit di Liga Indonesia 2003

Sabtu, 8 Agustus 2020 15:30 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Grafis: Indosport.com
Meski memiliki lisensi tinggi hingga FIFA, para wasit tak sepenuhnya menggantungkan pemasukan dari memimpin pertandingan. Copyright: © Grafis: Indosport.com
Meski memiliki lisensi tinggi hingga FIFA, para wasit tak sepenuhnya menggantungkan pemasukan dari memimpin pertandingan.

INDOSPORT.COM - Profesi seorang pengadil lapangan atau wasit memiliki cerita menarik di belakangnya. Meski memiliki lisensi tinggi hingga FIFA, para wasit tak sepenuhnya menggantungkan pemasukan dari memimpin pertandingan. Apalagi, bayaran yang didapat berdasarkan panggilan penugasan yang diberikan.

Sebagian orang bergelut di dunia wasit sebagai sampingan pekerjaan lain. Namun, tak sedikit pula yang menjadikan 'pengadil pertandingan' sebagai pekerjaan utama.

Dalam Buku Program PSSI di Liga Bank Mandiri 2003, INDOSPORT menemukan catatan setidaknya ada 130 pengadil lapangan baik wasit utama maupun asisten yang ditugaskan PSSI, induk organisasi sepak bola tertinggi di Liga Indonesia.`Bahkan dalam profil, buku itu juga mencantumkan pekerjaan di setiap profil para wasit.

Sebut saja Lanturno, wasit kawakan itu memiliki pekerjaan sebagai pengawas Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar (TK/SD). Hingga saat ini, pria asal Tulungagung itu masih aktif di kompetisi resmi namun sebagai pengawas pertandingan.

Lalu, ada Arifin Saad, wasit asal Pengda Banten yang memiliki pekerjaan lain sebagai fotografer. Kemudian wasit asal Surabaya, Arie Jayanto yang memliki pekerjaan sebagai pegawai PT Telkom.

Meski demikian, mayoritas pengadil yang bertugas memiliki background pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/Polri. Sebut saja wasit senior Jawa Tengah, Alil Rienengo merupakan anggota Polri. Hingga wasit berlisensi FIFA asal Mojokerto, M Sueb yang juga anggota TNI Angkatan Laut.

Wasit FIFA asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Dwi Purba Adi Wicaksana mengungkapkan pekerjaan lain saat tidak mendapat tugas memimpin pertandingan. Selain menjadi wasit sepak bola, sosok lulusan FPOK Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu juga seorang guru. Purba merupakan guru olahraga di SMP Bhakti Praja, Kudus.

"Biasanya seminggu tiga kali mengajar olahraga di semua kelas. Namun, saat pandemi corona, aktivitas pembelajaran di sekolah ditiadakan," ujarnya.

Praktis, saat kompetisi berhenti, tidak sumber penghasilan lain. Selain harus membongkar tabungan untuk kebutuhan keluarga, wasit berusia 31 tahun itu mengaku juga membantu usaha sang kakak di bidang service dan penjualan komputer dan laptop.

"Pasti berpengaruh dengan pendapatan. Apalagi, pemasukan utama saya memang dari wasit mas. Kebetulan kakak punya usaha di Kudus ya ikut bantu-bantu jualan dan servis seperti laptop. Ya untuk menambah pemasukkan mas," ujarnya.