In-depth

'Ku Menangis' Milik Rossa dan Kisah Kesabaran Olivier Giroud Bersama Chelsea

Jumat, 9 Oktober 2020 17:11 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© NurPhoto/GettyImages
Olivier Giroud, penyerang Chelsea Copyright: © NurPhoto/GettyImages
Olivier Giroud, penyerang Chelsea

INDOSPORT.COM – “Ku menangis, membayangkan. Betapa kejamnya dirimu atas diriku”. Penggalan kalimat ini merupakan lirik lagu ‘Hati yang Kau Sakiti’ dari Rossa. Lagu yang kerap menjadi soundtrack ‘sinetron azab’ ini nampaknya cocok menggambarkan situasi Olivier Giroud di Chelsea.

Nama Giroud belakangan ini menjadi buah bibir pecinta sepak bola seluruh dunia. Di usianya yang ke-34 tahun, ia masih terbilang prima dan baru saja memecahkan rekor di Timnas Prancis sebagai pencetak gol terbanyak kedua dan tampil sebanyak 100 laga.

Namun sorotan dari rekor yang dipecahkan oleh Giroud tersebut bukan mengarah kepada usianya, melainkan  dedikasi dan kesabarannya di level tertinggi sebagai pemain.

Giroud adalah bukti nyata, bahwa di era sepak bola modern saat ini masih ada pemain dengan kesabaran dan dedikasi besar sepertinya.

Berbicara soal kata sabar, Giroud mulai menunjukkan kesabarannya sejak tahun 2019 silam, saat Frank Lampard didapuk sebagai pelatih Chelsea.

Di musim 2019/20, ia merupakan penghuni bangku cadangan reguler Chelsea. Lampard sejak awal kedatangannya lebih memilih mendapuk Tammy Abraham sebagai penyerang tunggal dalam formasinya.

Tentu secara pengalaman, Giroud lebih unggul dari Abraham. Apalagi saat Lampard datang, ia berstatus sebagai mantan top skor Liga Europa 2018/19 dengan torehan 11 gol.

Kendati kerap ditepikan, Giroud bersabar. Ia memilih bertahan dan menunggu panggilan Lampard dan tak putus asa untuk mendapatkan tempatnya. Sikap yang ditunjukkannya pun senada dengan arti kata ‘sabar’ menurut KBBI yang memiliki arti sebagai tahan terhadap cobaan atau tidak lekas putus asa.

Sikap profesional Giroud selama di Chelsea sendiri bahkan mendapat pujian dari Lampard. Dalam pernyataannya, pelatih berusia 42 tahun ini menyebut mantan rivalnya saat masih aktif bermain itu sebagai cerminan pesepak bola profesional.

Lampard pernah mengungkapkan bahwa Giroud terkadang membantu Abraham yang merupakan pesaingnya di musim 2019/20 untuk menjadi starter. Bahkan di bench saat pertandingan, ia tak segan memberi instruksi ke juniornya tersebut.

Kesabarannya selama musim 2019/20 pun mulai berbuah hasil di paruh kedua. Menurunnya performa Abraham membuat Lampard menunjuk Giroud menjadi juru gedor utama Chelsea.

Hasilnya pun manis. Ia menjadi salah satu aktor di balik keberhasilan The Blues finish empat besar. Dengan torehan 6 gol dari 9 laga di paruh kedua Liga Inggris musim 2019/20 usai restart, sudah sepantasnya Lampard berterima kasih atas jasa Giroud untuk prestasi yang diraih Chelsea masuk ke zona Liga Champions.

Performa gemilang Giroud di akhir musim 2019/20 nyatanya tetap tak memberi garansi bahwa dirinya akan menjadi starter. Hadirnya Timo Werner membuatnya secara otomatis menjadi pilihan ketiga di belakang Abraham.

Pantas jika sepenggal lirik dari lagu Rossa seperti yang ada di atas menggambarkan suasana hati Giroud. Ia harus tersakiti meski menjadi 'pahlawan yang tak dianggap' Chelsea sejak bergabung pada pertengahan musim 2017/18.

Sebagai tambahan, Giroud menjadi pahlawan Chelsea berkat gol pembukanya di semifinal saat The Blues menjuarai Piala FA 2017/18 dan rentetan golnya di Liga Europa 2018/19. Tetapi namanya tertutupi oleh pamor Eden Hazard di 2 ajang tersebut.

Namun Giroud tetap sabar. Ia tak putus asa dan bahkan menunjukkan betapa tegar dirinya kendati menjadi pilihan ketiga Chelsea di belakang Werner dan Abraham.

“Selalu ada persaingan di setiap klub besar. Aku selalu termotivasi bersaing untuk mendapatkan tempat  (di starting line up),” ujar Giroud dilansir dari Sportskeeda.

Bahkan kesabaran yang ia miliki seakan tak memiliki batas, kecuali seperti yang terjadi pada awal tahun 2020 di mana dirinya berpikir untuk pindah pada transfer musim dingin atau di bulan Januari.

“Pada Januari, saya melihat diri saya jauh dari Chelsea,” tutur Giroud dinukil dari Telefoot.

Pada Januari 2020, Giroud berniat hengkang ke Italia di mana Inter Milan dan Lazio menginginkannya. Namun Chelsea layaknya pemeran antagonis di ‘sinetron azab’ memblok kepergiannya.

Giroud tak marah mendapati jalannya untuk mengembangkan kariernya yang mendekati kata habis mendapat halangan dari Chelsea. Malahan rasa sabar ia tunjukkan meski apa yang dilakukan Chelsea terbilang kejam.

“Giroud adalah pemain teladan, seorang profesional yang luar biasa dan tidak pernah mengatakan apa pun yang buruk dari klub maupun pelatihnya,” ungkap agennya, Luca Antonini.

Mungkin kejamnya perlakuan Chelsea dan Lampard kepadanya tak begitu Giroud pikirkan. Namun kondisi ini mengusik pelatihnya di Timnas Prancis, Didier Deschamps yang memintanya untuk hengkang dari Chelsea.

Di usianya yang ke-34, Olivier Giroud belum menunjukkan tanda pensiun. Meski begitu, samar-sama terlihat bahwa musim 2020/21 akan menjadi akhir perjalanannya bersama Chelsea. Bisa jadi reff dari lirik lagu Rossa menutup kisah kesabarannya bersama The Blues selama 3,5 musim.

“Ku menangis, melepaskan
Kepergian dirimu dari sisi hidupku
Harus selalu kau tahu
Akulah hati yang telah kau sakiti”