Bola Internasional

On This Day: Mengenang Jules Rimet, Penggagas Piala Dunia yang Tak Pernah Bermain Sepak Bola

Rabu, 14 Oktober 2020 12:44 WIB
Editor: Yosef Bayu Anangga
© RDB/ullstein bild via Getty Images
Meski menjadi penggagas Piala Dunia hingga namanya diabadikan sebagai nama trofi, Jules Rimet sejatinya bukanlah pemain sepak bola. Seperti apa kisahnya? Copyright: © RDB/ullstein bild via Getty Images
Meski menjadi penggagas Piala Dunia hingga namanya diabadikan sebagai nama trofi, Jules Rimet sejatinya bukanlah pemain sepak bola. Seperti apa kisahnya?

INDOSPORT.COM – Meski menjadi penggagas Piala Dunia hingga namanya diabadikan sebagai nama trofi, Jules Rimet sejatinya bukanlah pemain sepak bola. Seperti apa kisahnya?

Pencetus Piala Dunia sekaligus presiden ketiga FIFA, Jules Rimet, dilahirkan pada 14 Oktober 1873. Pria Prancis ini lahir di desa Theuley-les-Lavoncourt di kawasan Haute Saunte, Franche-Comte, di sebelah timur Prancis.

Berasal dari keluarga pedagang, ia pindah ke Paris pada usia 11 tahun, mengikuti kedua orangtuanya. Ia pun kemudian melanjutkan pendidikannya di ibu kota Prancis tersebut.

Berbekal kedisiplinan dan pendidikan ketat yang ditanamkan kedua orangtuanya, Rimet menjadi siswa cerdas di sekolah. Ia bahkan memenangkan beasiswa masuk ke sekolah hukum, tempat ia melanjutkan studinya dan kemudian menjadi pengacara.

Latar belakang hukum dan kecintaannya terhadap olahraga membuat Rimet pada 1897 mendirikan klub olahraga Red Star Sain-Quen yang bebas dari diskriminasi kelas terhadap para anggotanya. Salah satu olahraga yang dimainkan di klub tersebut adalah sepak bola.

Meski tak pernah menjadi pesepak bola profesional dan lebih menggemari anggar serta lari, pengalaman Rimet  bersama Red Star membuatnya terjun lebih jauh ke dunia sepak bola.

Usai menjalani wajib militer pada Perang Dunia I, Rimet mendapat kehormatan menjadi presiden pertama federasi sepak bola Prancis (FFF) pada 1919. Setahun kemudian, ia mulai menggaungkan idenya untuk menggelar turnamen sepak bola internasional, yang terpisah dari olimpiade.

Mimpi itu pun mendekati kenyataan ketika pada 1 Maret 1921 Rimet  menjadi presiden FIFA. Di bawah kendalinya, pada tahun 1928 ia menyiapkan FIFA untuk menjalankan proyek Piala Dunia impiannya.

Federasi sepak bola Inggris (FA) dan Baron Pierre de Coubertin yang merupakan salah satu penggagas Olimpiade menentang rencana tersebut. Namun, Rimet memutuskan mengabaikan mereka.

Uruguay kemudian ditunjuk menjadi tuan rumah untuk edisi perdana tahun 1930, setelah negara Amerika Selatan tersebut menjanjikan akan menanggung ongkos perjalanan para peserta.

Di sisi lain, pemilihan Uruguay sebagai tuan rumah itu ditentang negara-negara Eropa. Pasalnya, lamanya perjalanan laut yang dibutuhkan membuat para pemain harus absen berbulan-bulan di kompetisi domestik.

Meski demikian, Jules Rimet berhasil meyakinkan empat negara Eropa yakni Prancis, Belgia, Rumania, dan Yugoslavia untuk ikut ke Uruguay. Ia bahkan mendampingi negara-negara tersebut naik kapal ke negara Amerika Selatan itu, sembari membawa sendiri trofi Piala Dunia di dalam tasnya.

Penyelenggaraan Piala Dunia pertama di Uruguay pada 1930 itu pun kemudian terlaksana dengan diikuti 13 peserta (7 dari Amerika Selatan, 2 dari Amerika Utara, dan 4 dari Eropa). Tuan rumah akhirnya menjadi juara perdana, usai mengalahkan Argentina 4-2 di final.

Kesuksesan itu membuat Rimet kemudian dikenal sebagai bapak Piala Dunia. Ia dinilai sukses mengatasi berbagai hambatan untuk menyelenggarakan turnamen internasional dambaannya.

Namanya kemudian diabadikan menjadi nama trofi Piala Dunia, sebelum pada edisi 1974 di Jerman Barat digantikan oleh Trofi Piala Dunia FIFA.

Rimet juga mencatatkan sejarah khusus terkait posisinya sebagai presiden FIFA. Meski bukan pesepak bola profesional, ia menjadi presiden terlama di organisasi tersebut yakni selama 33 tahun, dari 1921-1954.  Istimewanya, ia menjalani jabatan itu sambil tetap menjadi presiden FFF pada 1919-1942.

Jasa besar Rimet terhadap sepak bola sempat membuatnya masuk nominasi Nobel pada 1956. Namun ia gagal memenangkan penghargaan tersebut karena dianggap membiarkan Piala Dunia 1934 di Italia berlangsung dalam aroma fasisme yang kuat.

Jules Rimet meninggal pada 16 Oktober 1956 di Suresnes, Prancis, hanya dua hari setelah ulang tahunnya ke-83. Meski demikian, ia berhasil mewujudkan mimpinya menggelar Piala Dunia, yang pada tahun 2018 lalu memasuki edisi ke-21.