In-depth

Reinkarnasi Duet Lampard-Ballack pada Sosok Mason Mount dan Kai Havertz

Minggu, 1 November 2020 12:42 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Getty Images
Frank Lampard dan Michael Ballack Copyright: © Getty Images
Frank Lampard dan Michael Ballack
Mount dan Havert: Pewaris Duet Lampard-Ballack

1 dekade silam, Chelsea di bawah Carlo Ancelotti memiliki trio maut di lini tengah. Trio tersebut adalah Michael Essien, Frank Lampard dan Michael Ballack. Tiga pemain ini saling melengkapi satu sama lain saat menyerang dan bertahan.

Kehebatan ketiganya membawa kestabilan di permainan Chelsea. Alhasil gelar ganda Liga Inggris dan Piala FA mampu diraih Ancelotti di musim perdananya bersama The Blues pada 2009/10.

Peran apik trio ini pun tak lepas dari Lampard dan Ballack. Tanpa mengenyampingkan peran Essien, Lampard dan Ballack seakan berduet membentuk sebuah orkestra yang apik dalam proses menyerang dan bertahan Chelsea kala di bawah Ancelotti.

Duet Lampard-Ballack telah berlangsung selama 4 musim dan menjalani 132 laga di segala ajang dengan hanya menelan 16 kekalahan saja.

Dalam urusan bertahan, ketika keduanya bermain bersama, Chelsea hanya kebobolan 118 gol dan mampu melesakkan 303 gol. Tak pelak, kehadiran keduanya di lini tengah membuat The Blues ditakuti.

Namun pada 2010/11, duet ini hancur seiring perginya Ballack dari Chelsea. Sejak saat itu, klub asal London barat ini tak punya duet gelandang yang ngotot dan apik saat membantu pertahanan dan penyerangan.

Memang ada nama-nama yang muncul seperti Juan Mata, Oscar, Nemanja Matic, Cesc Fabregas, dan N’Golo Kante. Namun, para pemain ini memiliki kriteria berbeda dengan apa yang Lampard dan Ballack miliki.

Barulah di musim 2020/21 ini, para pendukung Chelsea bisa bernostalgia dengan duet Lampard-Ballack kembali. Hal ini bisa dilihat dari Mason Mount dan Kai Havertz.

Kedua pemain ini merupakan pemain dengan tipikal yang sama. Sama-sama kreatif dan sama-sama punya determinasi tinggi. Perbedaannya, Havertz sedikit lebih ke arah pemain bernomor 10 dan pemain versatile

Meski demikian, Mount dan Havertz seakan ditakdirkan akan menjadi penerus Lampard-Ballack dalam waktu dekat. Kemungkinan ini terlihat dari 2 laga terakhir yang dijalani Chelsea dengan formasi 4-3-3, persis saat Lampard berduet dengan Ballack.

Kemiripan duet ini paling mencolok terlihat di laga melawan Burnley. Pada laga ini, Mount dan Havertz bermain sebagai pemain bernomor 8. Keduanya saling melengkapi satu sama lain layaknya era Lampard-Ballack.

Mount yang bermain di posisi naturalnya mampu tampil beringas dan menjadi pemain yang paling sering membuat peluang (3 kali), tembakan (3 kali), dan tekel sukses (3 kali) di laga ini. Ia melakukan segala hal yang dibutuhkan Chelsea saat bertahan dan menyerang.

Sedangkan Havertz mampu melepaskan umpan sebanyak 68 kali dengan tingkat kesuksesan 90 persen (tertinggi kedua di laga ini) disertai dengan 3 dribel sukses (100 persen) dan memenangi 4 dari 7 duel bola.

Pasangan ini bak regenerasi Lampard-Ballack yang andal dalam mematahkan serangan lawan sebelum memasuki area Chelsea dan andal dalam membangun serangan dari belakang. Hanya kurang gol saja sebelum keduanya benar-benar menghidupkan kembali duet maut ini.

Uniknya, duet Mount-Havertz dan Lampard-Ballack memiliki kemiripan dari negara yang diwakili. Baik Mount dan Lampard sendiri merupakan pemain asal Inggris, sedangkan Havertz dan Ballack sama-sama berasal dari Jerman.

Dengan usia Mason Mount dan Kai Havertz yang masih berusia 21 tahun, menarik dinantikan sejauh mana keduanya menciptakan duet apik di lini tengah Chelsea. Bukan tidak mungkin, keduanya akan melampaui pencapaian duet Frank Lampard dan Michael Ballack.