In-depth

Halo Fanboy Paulo Dybala, Saatnya Kritisi Si Mantan Wonderkid Juventus

Senin, 2 November 2020 16:17 WIB
Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Juventus FC/Juventus FC via Getty Images
Paulo Dybala dari Juventus mengontrol bola selama pertandingan fase Grup G Liga Champions UEFA antara Juventus dan FC Barcelona Copyright: © Juventus FC/Juventus FC via Getty Images
Paulo Dybala dari Juventus mengontrol bola selama pertandingan fase Grup G Liga Champions UEFA antara Juventus dan FC Barcelona
3 Alasan Paulo Dybala Layak Dikritik Saat Ini

1. Mantan Wonderkid dan Salah Satu Terlama di Juventus

Ketika bergabung dari Palermo pada 2015, Paulo Dybala berstatus wonderkid. Baru berusia 21 tahun, bakat dan kualitasnya dengan cepat menginspirasi Juventus dalam meraih kemenangan hingga trofi.

Itu masa lalu. Lima tahun silam, Dybala boleh saja mengharapkan tuntunan para pemain senior Juventus. Sekarang, dia lah semestinya mulai menjadi salah satu teladan di tim, terutama bagi rekannya yang lebih muda dan anggota baru Si Nyonya Tua.

Pada 15 November mendatang, Paulo Dybala genap berusia 27 tahun, umur di mana banyak pesepak bola tengah berada di puncak performa. Jelas, usia itu tak pantas disebut wonderkid.

Selain itu, Paulo Dybala tercatat sebagai salah satu dari lima pemain terlama Juventus setelah Giorgio Chiellini (gabung pada 2005), Carlo Pinsoglio (2014), dan Sami Khedira serta Alex Sandro (2015).

Chiellini dan Alex Sandro tengah dihantam cedera. Pinsoglio kiper ketiga. Sami Khedira dicoret dari daftar pemain Juventus musim ini. Maka, kian pentinglah kehadiran Dybala di tim sebagai pemain senior.

2. Semua Pemain Beradaptasi

Juventus praktik tengah berada pada periode perkenalan ketika menunjuk Andrea Pirlo sebagai pelatih di musim panas 2020. Maka, yang perlu beradaptasi dengan filosofi bermain juru racik anyar adalah semua pemain La Vecchia Signora.

Artinya, bila ingin merebut hati Andrea Pirlo, semua pemain tanpa terkecuali wajib menunjukkan kualitas tiap kali dipercaya bermain. Pun begitu Paulo Dybala yang telah bermain empat kali di semua kompetisi musim ini sejak pertama kali debut di era Pirlo pada 20 Oktober 2020.

Lantas, ketika nama-nama seperti Cristiano Ronaldo dan para pemain baru macam Alvaro Morata, Federico Chiesa, dan Dejan Kulusevski langsung berkontribusi gol dan assist, tak bisa kah Paulo Dybala diharapkan melakukan hal serupa dengan barisan penyerang Juventus lain?

3. Statistik Memang Memprihatinkan

Alasan terakhir mengapa Paulo Dybala perlu mulai dikritisi (bukan dibenci) adalah karena memang statistiknya sebagai penyerang memprihatinkan.

Situs WhoScored mencatat bahwa, meski telah bermain dua kali di Serie A musim ini, Paulo Dybala cuma mampu melepas satu tembakan mengarah ke gawang. Padahal, total tembakannya ada sembilan kali.

Sementara itu di Liga Champions, tak ada satu tembakan akurat pun yang Paulo Dybala berhasil ukir kendati melepas total tiga percobaan musim ini.

Pada akhirnya, Juventus sangat membutuhkan Paulo Dybala bangkit dan kembali ke performa terbaiknya demi bersaing nyata di semua kompetisi musim ini. Apakah ia bisa menjawab keraguan dan kritik atau malah semakin terpojok dan kalah bersaing? Kita nantikan saja.