In-depth

Kiper-kiper Juara Liga Indonesia, Dari Anwar Sanusi hingga Wawan Hendrawan

Selasa, 17 November 2020 14:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© ayobandung.com/dok. Wawan Hendrawan
Anwar Sanusi dan Wawan Hendrawan. Copyright: © ayobandung.com/dok. Wawan Hendrawan
Anwar Sanusi dan Wawan Hendrawan.

INDOSPORT.COM - Tahun 2020 merupakan salah satu periode tersuram dalam lembaran sejarah sepak bola Indonesia. Kompetisi kasta tertinggi, Liga 1, mesti mati suri akibat terdampak pandemi virus corona.

Dinamika sempat terjadi beberapa waktu lalu, di mana para pelaku sepak bola nasional, yaitu PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB), dan klub-klub peserta bersepakat untuk melanjutkan Liga 1 pada 1 Oktober usai cukup lama terhenti sejak pertengahan Maret silam.

Sistem baru coba dirancang. Penonton dilarang menyaksikan langsung tim kesayangan mereka berlaga di stadion dan protokol kesehatan diterapkan secara ketat.

Seluruh pertandingan dipusatkan di Pulau Jawa sehingga klub-klub asal pulau lain seperti Persiraja Banda Aceh (Sumatra), Borneo FC, Barito Putera (Kalimantan), Bali United (Bali), PSM Makassar (Sulawesi), dan Persipura Jayapura (Papua), terpaksa mengungsi ke Pulau Jawa.

Namun, situasi yang semakin parah menjelang kick-off lanjutan Liga 1 2020 memaksa pihak kepolisian bertindak. Izin keramaian tidak turun karena angka kasus positif virus corona kala itu mencapai lebih dari 4.000 orang per hari.

Opsi darurat lantas diambil dengan memundurkan waktu kick-off selama sebulan ke 1 November, tapi kenyataannya Liga 1 2020 dipastikan tidak berlanjut tahun ini. 

Biang keroknya tentu saja upaya pemerintah menanggulangi pandemi virus corona yang mewajibkan masyarakat Tanah Air untuk meminimalkan potensi keramaian. 

Sebuah alasan yang belakangan menuai kontroversi menyusul peristiwa hangat terkini berupa kumpul-kumpul massa ala sekelompok ormas di beberapa tempat secara beruntun, masing-masing Bandara Soekarno-Hatta (10 November), Tebet (13 November), dan Petamburan (14 November).

Apa pun itu, nasi telah menjadi bubur. Liga 1 2020 sudah pasti tidak akan berlanjut tahun ini dan digeser ke awal Februari 2021 berdasarkan pernyataan dari PSSI, meski tak menutup kemungkinan kembali bermasalah nantinya.

Daripada terus berkutat di persoalan kick-off kompetisi, alangkah lebih baik membicarakan topik-topik lain yang bermanfaat sekaligus memperkaya wawasan tentang sepak bola nasional, terutama kisah-kisah para pemenang di masa lalu.

INDOSPORT mencoba bergumul dengan data dan arsip sepak bola nasional untuk menelusuri siapa sajakah kiper, dalam hal ini berstatus penjaga gawang utama, yang pernah mencicipi gelar juara Liga Indonesia era profesional (1994-sekarang).

Kiper juara Liga Indonesia tak selalu menyandang nama beken, bahkan sebagian besar di antaranya bukanlah pengisi posisi inti di bawah mistar gawang timnas Indonesia.

Nama-nama kiper langganan timnas Indonesia seperti Listianto Raharjo, Kurnia Sandy, dan Markus Horison justru belum pernah merasakan sensasi menjuarai Liga Indonesia.

Lantas, siapakah kiper pertama yang mengangkat trofi Liga Indonesia era profesional (dulu bernama Liga Dunhill)? Dialah Anwar Sanusi, legenda Persib Bandung.

Anwar Sanusi berandil mengantarkan Persib merengkuh titel juara Liga Dunhill 1994-1995 usai membungkam Petrokimia Putra di final kompetisi dengan skor tipis 1-0.

Berikutnya ada Hermansyah, kiper andalan timnas Indonesia era 1980-an. Dia menjuarai Liga Dunhill 1995-1996 bersama Bandung Raya usai menekuk PSM Makassar dua gol tanpa balas di final.

Semusim berselang, giliran Agus Murod membawa Persebaya Surabaya naik podium juara bersama Trio Brasil, Carlos De Mello, Justino Pinheiro da Silva, dan Jacksen F. Tiago. Mereka menggasak Bandung Raya 3-1 di final Liga Kansas 1996-1997.

Berikutnya, Liga Indonesia 1997-1998 sempat berhenti di tengah jalan akibat huru-hara yang terjadi di Tanah Air. Kompetisi baru bergulir kembali pada edisi 1998-1999.

Kali ini, kiper asal Bali, I Komang Putra, berperan besar terhadap kesuksesan PSIS Semarang menjuarai Liga Indonesia 1998-1999. Mereka menyudahi perlawanan Persebaya berkat gol semata wayang Tugiyo.

Memasuki milenium baru, muncullah sosok yang kelak menjelma sebagai kiper paling sukses dalam sejarah Liga Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Hendro Kartiko.

Dia mengantarkan PSM Makassar ke tangga juara Liga Indonesia Bank Mandiri 1999-2000. Hendro Kartiko dkk. harus melewati rintangan berat sebelum akhirnya mengalahkan PKT Bontang di final kompetisi dengan skor 3-2. 

Setahun berselang, Hendro Kartiko kembali menjejak final bersama PSM, namun kali ini terpaksa pulang dengan tangan hampa. Mereka dibungkam Persija Jakarta 2-3 dan Mbeng Jean Mambalou menjadi kiper juara pada musim tersebut.

Berlanjut ke edisi 2002, Mukti Ali Raja secara mengejutan sukses naik podium bareng Petrokimia Putra. Klub berjulukan Kebo Giras itu mampu meredam perlawanan Persita Tangerang dengan skor 2-1.

Memasuki Liga Indonesia Bank Mandiri 2003, format kompetisi dirombak. Sistem turnamen ditinggalkan dan diganti dengan liga seperti negara-negara lain pada umumnya, begitu pula edisi 2004.

Di dua musim 'anomali' ini, dua klub Jawa Timur berjaya. Persik Kediri merengkuh gelar dengan Wahyudi sebagai palang pintu terakhir, sedangkan Persebaya bertumpu kepada kepiawaian Hendro Kartiko di bawah mistar.

Beranjak ke edisi 2005, Liga Indonesia kembali memakai sistem turnamen. Hendro Kartiko lagi-lagi menjejak final, kali ini berseragam Persija, namun harus mengakui kehebatan Persipura Jayapura.

Jendri Pitoy yang mengawal gawang Persipura mencatatkan namanya dalam daftar kiper juara Liga Indonesia setelah membawa timnya menang 3-2 atas Persija Jakarta.

Kemudian, trofi Liga Djarum Indonesia 2006 rupanya kembali ke pelukan Persik Kediri dan Wahyudi masih berdiri tegak mengawal gawang klub berjulukan Macan Putih tersebut. Dia mencatat clean sheet di partai final kontra PSIS Semarang (1-0). 

Beralih ke Liga Djarum Indonesia 2007-2008, muncul klub elite baru asal Sumatra Selatan yang menancapkan kukunya di kancah sepak bola nasional, yakni Sriwijaya FC. Ferry Rotinsulu menjadi kiper juara di musim itu, meredam PSMS Medan 3-1 di final.

Beres edisi 2007-2008, kompetisi sepak bola Tanah Air memasuki era baru bernama Liga Super Indonesia (LSI). Format yang digunakan adalah liga, kecuali musim terakhir sebelum Indonesia kena sanksi FIFA (2014). 

Kiper-kiper juaranya antara lain Jendri Pitoy (Persipura; 2008-2009), Kurnia Meiga (Arema; 2009-2010), Yoo Jae-hoon (Persipura; 2010-2011), Ferry Rotinsulu (Sriwijaya FC; 2011-2012), Yoo Jae-hoon (Persipura; 2013), dan I Made Wirawan (Persib Bandung; 2014).

Usai lepas dari sanksi FIFA pada akhir 2016, PSSI lagi-lagi melakukan terobosan baru dengan nama Liga 1 yang resmi dimulai pada April 2017. Selama tiga edisi, kampiunnya adalah Bhayangkara FC, Persija, dan Bali United.

Ada pun kiper juara Liga 1 periode 2017-2019 antara lain Awan Setho Raharjo (Bhayangkara FC), Andritany Ardhiyasa (Persija Jakarta), dan Wawan Hendrawan.

Bila ditarik kesimpulan, predikat kiper yang paling sering juara Liga Indonesia disandang oleh lima sosok berbeda, yaitu Hendro Kartiko, Wahyudi, Jendri Pitoy, Ferry Rotinsulu, dan Yoo Jae-hoon. Mereka sama-sama mengoleksi dua gelar.