In-depth

On This Day: Terakhir Kali Timnas Indonesia Berpesta di Negeri Orang

Jumat, 4 Desember 2020 14:01 WIB
Editor: Coro Mountana
 Copyright:
Anatoli Polosin dan Cerita Unik Soal Ketegangannya

Menurut penuturan sang kiper Timnas Indonesia di SEA Games 1991, Eddy Harto, pelatih Anatoli Polosin saat itu memang sangat jenius. Ia mengetahui kekurangan Timnas Indonesia ada pada masalah fisik. 

Timnas Indonesia pada dasarnya memiliki kemampuan teknik di atas rata-rata untuk level Asia Tenggara. Namun kerap kedodoran ketika memasuki babak kedua akibat stamina mengendur dan fisik yang sudah lelah. 

Untuk itu, latihan fisik berat pun menjadi menu wajib Polosin untuk anak-anaknya hingga membuat banyak pemain Timnas Indonesia mundur saat itu. Namun di antara banyak yang menyerah itu, Eddy Harto tetap bertahan dan merasakan betul manfaat dari latihan fisik berat Polosin. 

“Latihan fisik itu yang paling sulit kita lawan sebenarnya kan diri sendiri. Di saat kami menerima materi Polosin, bebannya sangat berat dan banyak yang menyerah, akhirnya kabur,” tutur Eddy Harto secara eksklusif kepada INDOSPORT pada 2019 lalu. 

“Siapa yang berani melawan diri sendiri, pasti berhasil. Akhirnya terbukti, Indonesia bisa juara karena mental kami kuat. Saat kami bertahan menjalani program fisik, mental pun ikut terbentuk,” lanjutnya. 

Eddy Harto mengaku kalau latihan fisik berat itu membantu Timnas Indonesia untuk menangi adu penalti lawan Singapura di semifinal dan Thailand pada final. Secara pribadi, Eddy Harto terbantu karena bisa membuatnya mementahkan 5 penalti lawan. 

2 saat lawan Singapura dan sisanya sangat krusial karena terjadi pada laga final dengan Thailand. Anatoli Polosin, pada akhirnya benar, latihan fisik kerasnya berhasil mengubah mentalitas Timnas Indonesia untuk menjadi seorang pemenang. 

Namun di balik sifat kerasnya ketika harus mencoret pemain yang tak sanggup dengan latihan fisiknya, ada sisi emosional dalam dirinya. Terkuak sebuah cerita menarik Anatoli Polosin begitu ketakutan akan ketegangan jelang adu penalti final SEA Games 1991. 

Menurut Sudirman, salah satu bintang Timnas Indonesia saat itu, pelatih Polosin setelah memilih siapa saja yang maju sebagai eksekutor penalti lawan Thailand, memilih untuk meninggalkan lapangan. Tampak Polosin begitu tegang hingga tak sanggup melihat adu penalti langsung. 

Polosin diceritakan masuk ke dalam kamar ganti pemain karena saking tegangnya melihat anak asuhnya penalti lagi di final. Praktis hanya Danurwindo dan Vladimir Urin mendampingi skuad Timnas Indonesia di adu penalti lawan Thailand. 

Siapa sangka di balik kekerasan hati Polosin, ada sisi emosional dalam dirinya yang sangat mencintai Timnas Indonesia hingga tak sanggup melihat mereka tegang di adu penalti. Meski begitu, kerja kerasnya membuahkan pesta (terakhir) Timnas Indonesia di negeri orang.