In-depth

Sejarah Barcelona 'Ditabrak' Ferrari, Tak Berdaya Kena Sihir Sao Paulo

Minggu, 13 Desember 2020 08:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Penikmat sepak bola mengenal Pep Guardiola sebagai otak di balik keperkasaan Barcelona mendominasi LaLiga Spanyol, Eropa, serta dunia pada periode 2009-2012 bermodalkan permainan bola-bola pendek nan cepat bernama tiki-taka.

Namun, Guardiola cuma sekadar menyempurnakan taktik pendahulu sekaligus gurunya, Johan Cruyff. Dia pernah merasakan sentuhan magis kepelatihan legenda Belanda itu selama enam tahun pada 1990-1996.

Kala itu, Barcelona juga tengah merajai Spanyol dan Eropa berkat materi mewah berupa gabungan talenta lokal dengan para bintang asing sekaliber Michael Laudrup (Denmark), Hristo Stoichkov (Bulgaria), dan Ronald Koeman (Belanda), ditambah kejeniusan Cruyff dalam meracik strategi.

Barcelona rezim Cruyff menghasilkan 11 trofi bergengsi, antara lain LaLiga Spanyol (4), Supercopa de Espana (3), Copa del Rey (1), Piala Champions (1), Piala Winners (1), dan Piala Super Eropa (1). Satu-satunya titel yang gagal dijuarai adalah Piala Interkontinental.

Permainan Barcelona kala itu boleh saja mengundang decak kagum, tapi mereka tetap saja bertekuk lutut dari jawara Amerika Latin alias Copa Libertadores, Sao Paulo. Duel dua tim terbaik beda benua tersebut berlangsung di Tokyo, Jepang, 13 Desember 1992.

Mengusung strategi ofensif, Barcelona mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Upaya ini berbuah gol melalui aksi Hristo Stoichkov menyelesaikan operan terobosan Pep Guardiola pada menit ke-12.

Gol Barcelona seolah membangunkan Sao Paulo. Sisa waktu pertandingan praktis menjadi milik mereka yang mengandalkan kolaborasi apik Mueller, Toninho Cerezzo, dan Rai Souza, dalam menekan barisan pertahanan lawan.

Hasilnya, Sao Paulo berhasil memukul balik lewat sepasang torehan Rai masing-masing pada menit ke-27 dan 78. Adik kandung legenda Brasil, Socrates, itu benar-benar menjelma sebagai momok bagi kiper Barcelona, Andoni Zubizarreta.

Penonton dibuat terpukau menyaksikan teknik olah bola Rai Souza yang dapat diibaratkan sebuah pedang mengilap khas Jepang, Samurai. Dia begitu cerdas dan tajam sepanjang 90 menit berada di atas lapangan.

Permainan gemilang Rai pula yang membuat Johan Cruyff sampai mengakui kekalahan dan memuji lawan dalam jumpa pers seusai laga. Dia menilai Barcelona seperti baru saja kena tabrak mobil Ferrari.

"Saya pikir semua orang sudah tahu. Sao Paulo bermain jauh lebih baik daripada kami hari ini. Mereka dapat mempertahankan irama permainan sampai bubaran," kata Cruyff sebagaimana dikutip dari Tabloid BOLA edisi 460 (Minggu Ketiga Desember 1992).

"Tak ada rasa kecewa. Untuk apa itu? Di Belanda kami punya istilah. Kalau ditabrak, tak perlu ribut-ribut bila mobil yang menabrak kami adalah Ferrari," cetusnya lagi.

Di lain pihak, keberhasilan Sao Paulo bermakna spesial bagi pelatih Tele Santana yang kala itu baru dua tahun menukangi Do Tricolor (Si Tiga Warna).  

Rentang waktu itu ia maksimalkan dengan menyapu bersih setiap turnamen yang diikuti sejak 1990, mulai dari Campeonato Paulista (regional), Campeonato Brasileiro Serie A (nasional), Copa Libertadores (kontinental), hingga Piala Interkontinental.

Susunan Pemain:

Barcelona (3-5-2): 1-Zubizarreta; 2-Ferrer, 4-Koeman, 10-Witschge; 5-Eusebio, 7-Amor, 3-Guardiola, 6-Bakero (18-Goikoetxea 52'), 11-Begiristain (16-Nadal 81'); 9-Laudrup, 8-Stoichkov
Cadangan: 12-Busquets, 14-Alexanko, 15-Rojo
Pelatih: Cruyff (Bld)

Sao Paulo (4-5-1): 1-Zetti, 2-Vitor, 3-Adilson. 4-Ronaldao, 6-Ronaldo Luiz; 11-Cafu, 8-Toninho Cerezo (14-Dinho 82'), 5-Pintado, 10-Rai, 9-Palhinha; 7-Mueller
Cadangan: 12-Marcos Bonequini, 13-Valber, 15-Cate, 16-Elivelton
Pelatih: Santana

Stadion: National Tokyo (60.000)
Gol: Stoichkov 12'/Rai 27', 78'
Wasit: Loustau (Arg)
Kartu Kuning: Begiristain, Ferrer, Goikoetxea (B)/Ronaldao, Toninho Cerezo (S)
Kartu Merah: -