In-depth

Ketika Frank Lampard Hanya Jadi Korban di Balik Investasi Bodong Chelsea

Rabu, 27 Januari 2021 20:44 WIB
Editor: Coro Mountana
© Darren Walsh/Chelsea FC via Getty Images
Marina Granovskaia, direktur di Chelsea F.C. Copyright: © Darren Walsh/Chelsea FC via Getty Images
Marina Granovskaia, direktur di Chelsea F.C.
Lampard vs Granovskaia

Di bursa transfer awal musim ini, Chelsea memang melakukan tindakan yang di luar nalar sejumlah klub-klub Eropa. Soalnya di masa pandemi virus corona seperti sekarang, banyak klub top Eropa lebih memilih untuk mengencangkan ikat pinggang.

Lihat saja bagaimana Manchester United tidak jadi membeli Jadon Sancho karena terlalu mahal atau bahkan kasus Liverpool yang enggan membayar pada Bayern Munchen terkait Thiago Alcantara. Semua klub memilih berhemat di bursa transfer, kecuali Chelsea.

Setidaknya dalam membeli 4 pemain saja, Chelsea sudah menghabiskan dana setidaknya hingga 200 juta euro.  Pemain termahal yang dibeli Chelsea awal musim ini adalah Kai Havertz, Timo Werner, Ben Chilwell dan Hakim Ziyech.

Chelsea sengaja membeli banyak pemain sebagai tindakan balas dendam telah diembargo untuk membeli pemain pada bursa transfer sebelumnya. Selain itu, Chelsea pun sengaja melakukan investasi gila-gilaan dalam membeli pemain, sebagai hadiah untuk Lampard.

Hadiah karena sudah membawa Chelsea tetap ke Liga Champions, makanya diberi uang banyak untuk beli pemain awal musim ini. Akan tetapi, menurut The Athletic, hal sebenarnya yang mengerikan tersimpan di balik aktivitas belanja gila-gilaan Chelsea.

Ternyata ada perselisihan serius antara direktur Chelsea, Marina Granovskaia dengan Lampard sebagai pelatih. Perselisihan itu dipicu adanya tidak kesepahaman visi dan misi saat membeli pemain baru antara Lampard dengan Granovskaia.

Laporan tersebut mengklaim jika keempat pemain mahal yang dibeli Chelsea, tak semuanya merupakan permintaan Lampard. Sebaliknya, Lampard sebenarnya hanya meminta Granovskaia untuk mendatangkan 3 pemain incarannya saja.

Yaitu Pierre-Emerick Aubameyang, Declan Rice dan James Tarkowski. Akan tetapi, Granovskaia tidak mengindahkan permintaan Lampard dan malah justru membeli pemain mahal yang diklaim bukanlah pilihan Lampard.

Di sisi lain, Granovskaia juga disebut telah menggagalkan upaya Lampard dalam usaha menjual Kepa Arrizabalaga. Situasi semakin diperparah dengan ketidakmampuan Lampard dalam memaksimalkan potensi para pemain mahal Chelsea itu.

Akibatnya yang bisa kita lihat sekarang, Chelsea malah seakan seperti melakukan investasi bodong dalam membeli Timo Werner hingga Kai Havertz. Sedangkan direksi Chelsea yang tentu tak mau disalahkan jadi terkesan seperti mengorbankan Lampard.

Sang pelatih dianggap bersalah karena tak mampu memanfaatkan pemain yang sudah dibeli mahal oleh direksi yang dipimpin Granovskaia. Pada akhirnya, Lampard pun dipecat dan sepertinya ia hanya jadi korban di balik investasi bodong Chelsea, sungguh tragis.