In-depth

Bersama Andrea Pirlo, Juventus Kembali ke Era Massimiliano Allegri

Minggu, 7 Februari 2021 17:30 WIB
Editor: Yosef Bayu Anangga
© Jonathan Moscrop/Getty Image
Juventus menekuk AS Roma 2-0 lewat penampilan defensif. Si Nyonya Tua pun seolah kembali ke era Massimiliano Allegri di masa kepelatihan Andrea Pirlo. Copyright: © Jonathan Moscrop/Getty Image
Juventus menekuk AS Roma 2-0 lewat penampilan defensif. Si Nyonya Tua pun seolah kembali ke era Massimiliano Allegri di masa kepelatihan Andrea Pirlo.

INDOSPORT.COM – Juventus menekuk AS Roma 2-0 lewat penampilan defensif. Si Nyonya Tua pun seolah kembali ke era Massimiliano Allegri di masa kepelatihan Andrea Pirlo.

Di pekan ke-23 Serie A Italia, Juventus meraih kemenangan penting 2-0 atas AS Roma, Minggu (07/02/21) dini hari WIB. Hasil itu membawa Bianconeri naik ke peringkat 3 klasemen sementara menggusur Giallorossi dengan keunggulan 2 poin dan simpanan 1 laga tunda.

Roma sendiri tampil sedikit lebih dominan dengan melepaskan 12 tembakan berbanding 3 tembakan milik Juventus. Namun, ketatnya pertahanan Si Nyonya Tua yang digawangi duet gaek Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci-lah yang pada akhirnya membawa tuan rumah merebut kemenangan

Hasil ini menunjukkan kokohnya pertahanan Juventus belakangan ini. Dari 6 pertandingan terakhir di semua kompetisi, Chiellini dkk sukses meraih 5 cleansheet dan hanya kebobolan 1 gol yakni dari Inter Milan di leg 1 semifinal Coppa Italia.

Hasil ini juga menunjukkan bahwa meskipun kini menjalani era baru bersama Andrea Pirlo, Juventus seolah kembali identitas yang mereka tunjukkan selama 5 tahun masa kepemimpinan Massimiliano Allegri.

Kembalinya Giorgio Chiellini ke lini belakang mendampingi Leonardo Bonucci dalam 5 dari 6 pertandingan terakhir, membantu Juventus bertahan lebih dalam dan melakukan serangan balik dengan transisi cepat.

Seusai laga, Andrea Pirlo sendiri menyebut keputusan bermain lebih bertahan menghadapi AS Roma merupakan bagian dari strategi.

“Kami sudah bersiap untuk jenis pertandingan seperti ini. Kami tahu AS Roma memainkan sepak bola yang bagus, jadi kami bersiap menunggu di belakang, bertahan, dan melancarkan serangan balik,” katanya kepada Sky Sport Italia.

Situasi ini sangat berbeda dengan era Maurizio Sarri musim lalu. Eks pelatih Chelsea dan Napoli itu datang dengan ide membawa Juventus tampil lebih ofensif.

Namun meski sukses menjuarai Serie A Italia untuk kesembilan kali beruntun, Juventus kandas di babak 16 besar Liga Champions. Para pemain pun tidak menyukai metodenya dan perubahan yang dibawa sehingga Sarri kemudian didepak.

Ketika baru mulai membesut Juventus, Andrea Pirlo sempat menyuarakan keinginannya agar Si Nyonya Tua tampil lebih agresif.

Namun, pada akhirnya skema itu lebih sering berjalan ketika menghadapi tim yang punya level di bawah. Sementara itu, ketika bertemu tim selevel, Juventus-nya Pirlo lebih kerap tampil seperti Juventus-nya Allegri.

Namun, memang justru pola seperti itulah yang membawa Juventus sukses besar setidaknya satu dekade terakhir di Serie A Italia.

Laga melawan AS Roma pun menunjukkan bahwa Si Nyonya Tua memang lebih nyaman bermain menunggu di belakang, sebelum kemudian melancarkan serangan balik cepat. Hal itu seolah sudah tertanam dalam skuat mereka, khususnya dalam duo gaek Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci.

Menghadapi Giallorossi, duet keduanya membuat Juventus hanya menerima 3 tembakan ke gawang dari 12 upaya yang dilepaskan AS Roma.

Secara terpisah, Chiellini pun pernah mengungkapkan bahwa permainan bertahan yang apik mampu membuatnya bersemangat. “Saya sangat senang ketika memenangkan duel. Ketika saya memblok tembakan atau mencegah gol, saya merasa seperti dialiri adrenalin,” katanya dilansir Football Italia.

“Rasanya berbeda dengan kegembiraan saat mencetak gol, dan memang tidak bisa dibandingkan. Tapi saya merasakannya dalam diri saya.”

Dengan kembalinya Juventus besutan Andrea Pirlo ke identitas lama mereka yakni bermain lebih defensif seperti di era Massimiliano Allegri, khususnya ketika menghadapi tim-tim besar, Bianconeri berpotensi menjadi pesaing kuat AC Milan dan Inter Milan dalam perebutan scudetto.

Apalagi, Juventus masih akan bertemu kedua tim tersebut pada akhir musim nanti, yakni pada bulan Mei. Bukan tidak mungkin, pola permainan tersebut akan membantu Si Nyonya Tua menikung kedua rivalnya, dan merebut gelar Serie A Italia untuk kesepuluh kali secara beruntun.