In-depth

Deret Panjang Kekecewaan Persipura kepada PSSI dan PT LIB

Rabu, 10 Maret 2021 17:05 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Media Officer Persipura
Skuac Persipura Jayapura saat menjalani latihan. Copyright: © Media Officer Persipura
Skuac Persipura Jayapura saat menjalani latihan.
Deret Panjang Kekecewaan Persipura

Dalam satu dekade lalu saja terdapat setidaknya tiga kekecewaan besar Persipura kepada federasi sepak bola Indonesia. Dimulai dari tahun 2011, ketika manajemen Tim Mutiara Hitam kecewa terhadap keputusan PSSI yang tak memberi mereka jatah bermain di Liga Champions Asia. 

Pada akhir 2011 silam PSSI memutuskan untuk memberikan jatah partisipasi Liga Champions Asia 2012 kepada Arema Malang. Arema dipilih oleh PSSI dengan alasan Persipura ikut berpartisipasi di kompetisi 'ilegal' yakni Liga Super Indonesia.

Hal itu dimintakan langsung oleh PSSI kepada AFC. Padahal Persipura merupakan juara bertahan di kompetisi resmi nasional tahun 2011. 

Tindakan yang dilakukan PSSI tersebut kuat diyakini sebagai respons atas masalah diualisme di sepak bola nasional. Saat itu, persoalan pelik memang tengah menimpa sepak bola Tanah Air ketika terjadi dualisme kompetisi yakni munculnya kompetisi LPI dan LSI. Persipura adalah salah satu tim yang memilih bertahan di Liga Super Indonesia yang belakangan dianggap ilegal. 

Lalu pada 2019 Persipura juga pernah melontarkan kekecewaan besar terhadap PSSI. Saat itu, PSSI memutuskan untuk mendiskualifikasi tim putri Persipura Jayapura pada babak semifinal Liga 1 Putri 2019. 

Insiden tersebut bermula ketika Persipura sukses mengalahkan Tira-Persikabo dengan skor 5-4 di leg pertama. Pada pertandingan kedua yang digelar di Stadion Cendrawasih, Persipura takluk dari PS Tira dengan skor 1-2. 

Skor agregat kedua tim pun menjadi 6-6. Berdasarkan aturan umum turnamen klub sepak bola profesional di dunia dan Indonesia, Persipura semestinya bisa lolos lewat keunggulan gol tandang. 

Namun entah bagaimana PSSI dalam membuat aturan, produktivitas gol tandang tidak diberlakukan. Ironisnya, baik Persipura maupun Tira Persikabo tak mengetahui soal hal tersebut.  

Persipura pun berang dengan aturan aneh dari PSSI ini dan menganggap pihaknya telah dizolimi. Mereka pun memutuskan walk out alias mundur dari permainan dan dinyatakan tidak lolos. 

Tak cukup sampai di situ, persis pada 2020, Persipura juga kembali melontarkan kekecewaan terhadap PSSI. Pada Desember 2020, PSSI resmi memutuskan Bali United dan Persija Jakarta sebagai wakil kompetisi Piala AFC tahun 2021 ini. 

Pemilihan Bali United tidak dipersoalkan lantaran mereka merupakan juara bertahan Liga 1 2019. Namun, penunjukkan Persija oleh PSSI mengundang tanda tanya. 

Sebab berdasarkan aturan dari AFC, Persija semestinya tidak berhak atas jatah ke Piala AFC. Berdasarkan aturan, ada tiga jatah yang diberikan oleh AFC, yakni juara liga, juara Piala Indonesia, dan runner-up liga (diikuti oleh peringkat di bawahnya). 

Pada 2019 lalu Persipura di finis di posisi ketiga tepat di bawah Persebaya di posisi kedua. Namun, karena Persebaya tidak lolos verifikasi, maka semestinya jatah diberikan ke peringkat ketiga, seperti yang tercantum dalam entry manual AFC. 

Namun, PSSI lebih memilih Persija Jakarta yang hanya berstatus runner-up Piala Indonesia. PSSI berdalih naiknya Persija ke prioritas utama lantaran PSM tidak lolos verifikasi. 

Padahal dalam aturan AFC dengan jelas-jelas terpampang bahwa prioritas nomor tiga di bawah juara Piala Indonesia adalah tim peringkat kedua liga, ketiga liga, dan begitu seterusnya. 

Tak ada satu kata pun yang menuliskan bahwa runner-up piala liga (Piala Indonesia) masuk dalam daftar prioritas. Beruntung, AFC menyadari hal ini dan bersikap adil. 

AFC menolak keikutsertaan Persija Jakarta dan meminta PSSI harus mematuhi entry manual AFC Club Competition 2021 terkait Sporting Criteria. Hak Persipura Jayapura pun akhirnya terselamatkan dan tidak jadi direnggut oleh kekeliruan PSSI.