In-depth

Burak Yilmaz: Bomber Gaek Lille Penghancur Monopoli PSG di Ligue 1 Prancis

Senin, 10 Mei 2021 12:00 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
 Copyright:
Pembuktian Burak Yilmaz

Saat Lille kehilangan Victor Osimhen ke Napoli dan Gabriel Magalhaes ke Arsenal di musim panas 2020, banyak yang menduga kekuatan Les Dogues akan menurun. Terlebih, setelah kepergian Osimhen yang menjadi salah satu lumbung gol Lille di musim 2019/20.

Meski demikian, Lille melakukan langkah cerdik dan membawa Burak Yilmaz dari Besiktas secara cuma-cuma. Kedatangannya sendiri membuat banyak pihak mengernyitkan dahi.

Sebab, Yilmaz tak lagi muda. Usianya sudah 35 tahun. Namun, anggapan miring ini dipatahkan oleh Lille dan juga sang pemain sendiri.

Yilmaz menjadi satu alasan dari apiknya penampilan Lille. Padahal, saat pertama kali datang, ia hanya bertugas untuk men-support Jonathan David yang didatangkan dari Gent di musim panas 2020.

Dalam formasi 4-4-2, pelatih Lille yakni Christope Galtier memasan Yilmaz untuk menjadi penyokong David. Namun faktanya, malah Yilmaz yang banyak berbicara.

Di usia yang sudah uzur dan perannya yang hanya untuk menjadi penyokong David, Yilmaz malah berstatus top skor Lille di Ligue 1 Prancis 2020/21 dengan 15 gol.

Rataan golnya pun terbilang sangat baik dengan rataan satu gol setiap 118 menit. Bahkan, ia terbilan Overperfomed mengingat 15 gol itu ia cetak dari nilai xG (Expected Goals) yang hanya bernilai 8.7 saja.

Bahkan, 15 gol itu ia barengi dengan catatan lima assist bersama Lille di Ligue 1 Prancis. Tentu, dampak yang ia berikan ke penampilan Les Dogues di Ligue 1 musim ini tak main-main.

Jika Lille berhasil menjadi kampiun, maka gelar ini akan menjadi salah satu pencapaian terbaik Yilmaz. Sebab, gelar ini akan menjadi gelar perdananya di lima liga top Eropa.

Yilmaz sendiri memang digadang-gadang sebagai penyerang terbaik sepanjang masa Turki pasca Hakan Sukur. Namun, ia malah banyak menghabiskan kariernya di Liga Turki dan Liga China saja.

Bagi Yilmaz di usianya yang 35 tahun, tak ada yang lebih manis ketimbang gelar Ligue 1 bersama Lille. Apalagi ia berkontribusi penting untuk membawa Les Dogues mengakhiri monopoli PSG di musim ini.