In-depth

Sejarah Brasil 'Kesurupan' Italia Saat Juara Copa America 2007, Messi Babak Belur

Kamis, 15 Juli 2021 12:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© CBF
Segenap pemain dan ofisial Brasil bersuka cita saat menjuarai Copa America usai mengalahkan Argentina di final, 15 Juli 2007. Copyright: © CBF
Segenap pemain dan ofisial Brasil bersuka cita saat menjuarai Copa America usai mengalahkan Argentina di final, 15 Juli 2007.

INDOSPORT.COM - Dunia mengenali permainan sepak bola Brasil dengan istilah jogo bonito yang dapat diterjemahkan sebagai keindahan di lapangan hijau. Menonton pertandingan Tim Samba berarti memperoleh hiburan berupa teknik-teknik olah bola brilian para pemainnya.

Jogo bonito luntur begitu Carlos Dunga menduduki kursi pelatih tim nasional pada dua termin, yakni 2006-2010 dan 2014-2016. Pendekatan otot lebih dikedepankan daripada otak mengingat ia menempati posisi gelandang bertahan saat masih aktif bermain (1980-2000).

Pada 2016, Dunga kehilangan jabatan pelatih Brasil. Asosiasi Sepak bola Brasil (CBF) memecatnya akibat gagal membawa Tim Samba berprestasi di dua turnamen akbar secara beruntun, yakni Copa America 2015 dan Copa America Centenario.

Publik juga ikut-ikutan memberikan sanksi sosial kepada Dunga dengan menyebutnya pembunuh identitas Brasil. Jogo bonito mati suri selama ia menukangi Neymar Jr. dkk.

Meski begitu, rekam jejak kepelatihan Dunga di Brasil tidak seluruhnya buruk. Mengandalkan gaya bermain menyerupai catenaccio alias pertahanan gerendel ala Italia, dia mengantarkan Tim Samba menjuarai Copa America 2007.

Taktik anti-jogo bonito Carlos Dunga paling terlihat di partai final kontra Argentina, 15 Juli 2007. Skor akhir terbilang telak, tapi setiap gol yang dicetak berasal dari serangan balik cepat dan akurat, persis seperti taktik catenaccio.

Gol pertama Brasil yang dicetak Julio Baptista tercipta beberapa detik setelah serangan Argentina mentah. Eks striker Real Madrid dan Arsenal itu memanfaatkan operan jauh Elano Blumer dari tengah lapangan pada menit ke-4.

Selanjutnya, gol kedua Brasil merupakan buah dari kesalahan Roberto Ayala dalam memotong umpan silang Dani Alves pada menit ke-40. Kapten Argentina itu justru membelokkan bola ke gawang sendiri.

Gol pamungkas Brasil hampir menyerupai gol pembuka. Vagner Love melancarkan serangan balik dan melepas operan terobosan kepada Dani Alves yang lantas mengirimkan tendangan rendah ke pojok kanan gawang kiper Argentina, Roberto Abbondanzieri.

Argentina, yang sampai semifinal menyajikan permainan jauh lebih impresif ketimbang Brasil, dibuat tak berkutik. Dunga barangkali mempersilakan para pemainnya berlaku kasar demi memuluskan ambisi juara.

Terbukti, Brasil melakukan 37 pelanggaran sepanjang laga. Total lima pemain, yaitu Alex, Doni, Gilberto, Julio Baptista, dan Josue menerima kartu kuning. Permainan semacam ini rupanya ampuh meredam kreativitas serangan Argentina yang bertumpu kepada Juan Roman Riquelme.

“Kunci keberhasilan Brasil menekuk Argentina di final Copa America 2007 tak lain adalah mematikan Riquelme,” cetus Julio Baptista selepas laga.