Liga Indonesia

Sepenggal Kisah PSP Padang, Klub Lawas Era Liga Kansas Kini Berjuang di Liga 3

Rabu, 25 Agustus 2021 08:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© Grafis:Yanto/Indosport.com
Logo klub Liga 3, PSP Padang. Copyright: © Grafis:Yanto/Indosport.com
Logo klub Liga 3, PSP Padang.

INDOSPORT.COM - Tak banyak klub asal Pulau Sumatra yang eksistensinya begitu melekat di benak pecinta sepak bola Indonesia. Sebelah tangan sudah cukup untuk menghitung, salah satunya adalah Semen Padang

Alasan Semen Padang, bersama PSMS Medan, Persiraja Banda Aceh, dan Sriwijaya FC, lebih dikenal tentu saja karena prestasinya. Sering mewarnai kompetisi kasta tertinggi, mulai dari era Perserikatan-Galatama, Divisi Utama, ISL, hingga kini Liga 1. 

Tak mengherankan bila Semen Padang menjadi klub kebanggaan publik Kota Gadang, sampai-sampai mengaburkan eksistensi tetangganya, PSP Padang. Nama yang disebut terakhir agak terlupakan lantaran sempat 'menghilang' cukup lama dari jagat sepak bola nasional. 

Padahal, PSP Padang memiliki reputasi bagus dan lumayan disegani di masa lalu, bahkan laga derbi kontra Semen Padang termasuk salah satu yang paling dinantikan oleh para suporter di Liga Indonesia medio 1990-an. 

Sekadar mengingatkan, PSP Padang tercatat pernah menancapkan eksistensi di kompetisi kasta tertinggi pada musim-musim awal era profesional pasca-peleburan Perserikatan dan Galatama. Mereka promosi dari Divisi I ke Liga Kansas 1996-1997. 

Kehadiran PSP Padang menambah kebanggaan suporter asal Kota Gadang yang telah lebih dulu menggandrungi Semen Padang, tapi sayangnya kedua tim mesti terpisah di babak wilayah, satu di Grup Barat dan lainnya di Grup Tengah, sehingga Derbi Padang urung terjadi musim itu. 

Di Liga Kansas 1996-1997, PSP Padang tidak mau kalah gereget dari klub lain yang berlabel raksasa. Mereka diketahui merekrut Trio Brasil eks Semen Padang, yaitu Antonio Claudio, Brazio, dan Claudio Luzardi. 

Hasilnya lumayan. PSP Padang bertengger di anak tangga kelima dalam klasemen akhir Grup Tengah (Liga Kansas 1996-1997 menggunakan format tiga wilayah, Barat, Tengah, dan Timur). 

PSP Padang bahkan nyaris lolos ke Babak 12 Besar. Perolehan poin mereka setara dengan Barito Putera selaku penghuni posisi keempat (29 poin), tapi kalah tipis dalam urusan selisih gol, yaitu 22-25 (-3) berbanding 23-24 (-1). 

Prestasi yang bisa dikatakan bagus mengingat status PSP Padang adalah tim promosi di Liga Kansas 1996-1997. Pijakan awal ini menentukan langkah mereka ke depan. 

Musim berikutnya, prestasi PSP Padang agak menurun, tapi tak sampai degradasi. Liga juga mendadak berhenti di tengah jalan akibat kasus mafia wasit dan situasi dalam negeri Indonesia yang jauh dari kata kondusif pasca-kerusuhan dan Reformasi 1998. 

Duel sarat gengsi melawan rival sekota, Semen Padang, baru kesampaian berselang dua musim kemudian, tepatnya Liga Indonesia 1998-1999. Sebuah derbi yang kabarnya selalu membuat Stadion H. Agus Salim penuh sesak oleh ribuan orang. 

Sejarah itu tercipta pada 15 November 1998. PSP yang kala itu berstatus tuan rumah bisa menahan imbang Semen Padang tanpa gol, namun pertemuan berikutnya ketika gantian menjadi tamu berujung kekalahan telak 0-3 (31 Januari 1999). 

Berdasarkan penelusuran INDOSPORT dari statistik di situs RSSSF, total Derbi Padang di level tertinggi berjumlah enam pertandingan, dengan perincian Semen Padang menang tiga kali, PSP menang sekali, dan sisanya imbang (2). 

"Waktu itu Derbi Padang sangat ditunggu-tunggu penonton. Pertandingan bergengsi yang selalu saja membuat Stadion H. Agus Salim penuh," kata kapten PSP Padang dekade 1990-an, Joni Efendi, kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT, Selasa (24/8/21). 

Liga Indonesia 2001 adalah kali terakhir PSP Padang mejeng di kasta tertinggi. Mereka harus menerima kenyataan terdegradasi di akhir musim lantaran hanya mampu menduduki posisi ke-15 dari 16 klub penghuni Grup Barat. 

PSP Padang turun kasta bersama dua klub lain, yakni Persiraja Banda Aceh (peringkat ke-14) dan Persikabo Bogor (peringkat ke-16). Sebuah momen pahit yang sekaligus menandai akhir perjalanan mereka di level elite. 

Sempat merangkak naik saat promosi dari Divisi I ke Divisi Utama era ISL pada 2007, PSP Padang kembali terpuruk hingga akhirnya vakum selama delapan tahun sebelum bangkit kembali tahun ini. 

"Kami sudah tertidur hampir delapan tahun dan sekarang bermain di Liga 3. Dengan nama besar klub, memang terasa kurang pantas. Padahal, pengemar kami sangat banyak, baik dari Padang sendiri maupun luar daerah," cetus Joni Efendi yang kini menjabat coach-manager PSP Padang.