In-depth

Barcelona Kini: Dibangun dari Kejeniusan Johan Cruyff, Runtuh Akibat Ego Ronald Koeman

Kamis, 23 September 2021 16:52 WIB
Editor: Subhan Wirawan
© REUTERS
Aksi Memphis Depay di laga Barcelona vs Granada dalam lanjutan laLiga. Copyright: © REUTERS
Aksi Memphis Depay di laga Barcelona vs Granada dalam lanjutan laLiga.
Kemunduran Barcelona

Selepas era Pep Guardiola, silih berganti pelatih top dunia masuk dalam jajaran tim Barcelona.

Namun banyak dari mereka yang merubah gaya bermain Barcelona dan berimbas terhadap prestasi tim Catalan.

Bukan tanpa alasan para pelatih yang menjabat di skuat Barcelona ingin merubah gaya main tiki-taka.

Sebab, dengan memainkan taktik yang sama sejak tahun 80-an, sudah banyak tim yang akhirnya mengetahui kelemahan Barcelona. Hal tersebut bahkan diakui oleh pemain mereka sendiri.

Dalam wawancara tahun 2013 dengan La Gazzetta dello Sport, bek Barcelona Gerard Pique mengakui cara bermain El Barca jadi mudah ditebak karena terlalu bergantung pada tiki-taka.

Meski mudah ditebak, namun beberapa era kepelatihan Barcelona berhasil memodifikasi taktik umpan-umpan pendek tersebut jadi lebih dinamis serta agresif.

Khususnya pada masa jabatan Gerardo Martino dan Luis Enrique. Kedua pelatih tersebut tetap memainkan tiki-taka, namun ikut mengandalkan para fullback untuk membantu serangan.

Hasilnya, trofi Liga Spanyol, Copa Del Rey, Liga Champions hingga Piala Dunia antarklub berhasil mendarat di Camp Nou pada era dua pelatih itu.

Di musim 21/22, lagi-lagi pelatih anyar Barcelona, Ronald Koeman ingin merubah gaya main tiki-taka yang dianggap sudah ketinggalan jaman dan mudah dipatahkan tim lawan.

Meski basic formasi Ronald Koeman adalah 4-3-3, serupa dengan tim juara besutan Pep Guardiola dan Luis Enrique, namun pelatih asal Belanda itu enggan memainkan ball possession dan lebih banyak direct attack ke pertahanan lawan.

Terbukti saat pertandingan terakhir di Liga Spanyol musim ini, Barcelona catatkan 639 operan dengan 54 diantaranya adalah crossing ke gawang Granada.

Namun sayangnya, Barca hanya bisa cetak satu gol dan gagal raih kemenangan.

Melansir dari Marca, Ronald Koeman mengakui jika ia memang ogah menggunakan taktik tiki-taka di pertandingan kontra Granada kemarin.

Selain bukan gaya yang cocok buat kepelatihannya, materi pemain Barcelona saat ini juga tidak mumpuni untuk menerapkan ball possession.

"Ini memang bukan Barcelona yang delapan tahun lalu. Itulah yang terjadi,” ucap Koeman.

"Lihat daftar pemain kami. Kami lakukan yang terbaik. Kami tak punya lagi pemain-pemain dari era tiki taka. Kami harus main dengan gaya sendiri," tambahnya.

Namun sayang, niatan Ronald Koeman merubah gaya main Barcelona yang sudah paten sejak era Johan Cruyff tampaknya belum berbuah manis.

Terbukti sepanjang musim 21/22, Barcelona baru raih dua kemenangan dari lima pertandingan di semua ajang.

Lantas dengan performa yang masih belum stabil, mampukah Barcelona bangkit dan kembali berjaya bersama direct attack Ronald Koeman?

Atau malah sebaliknya, Koeman yang harus mengalah dan mundur dari skuad Barcelona musim ini.