In-depth

Belajar dari Jorginho, 'Kambing Hitam' Bermental Baja di Chelsea

Rabu, 29 September 2021 18:04 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Chris Brunskill/Fantasista/Getty Images
Gelandang tengah klub Liga Inggris, Chelsea, Jorginho. Copyright: © Chris Brunskill/Fantasista/Getty Images
Gelandang tengah klub Liga Inggris, Chelsea, Jorginho.

INDOSPORT.COM - Jorginho mungkin saat ini sedang berbahagia menyambut kariernya yang mulai membaik di klub Liga Inggris, Chelsea.

Seperti diketahui, Jorginho dahulu sangat sering dijadikan sasaran empuk kritik pedas publik ketika permainannya berada di bawah ekspektasi, atau bahkan saat melakuan blunder serta hal fatal di lapangan.

Bukan hanya sebagai pemain yang dikritik semata, ia juga diperlakukan seperti public enemy yang membuat sebal banyak orang.

Didatangkan saat era kepelatihan Maurizio Sarri, Jorginho mengalami musim debut yang terbilang tidak mulus di Chelsea.

Apalagi, ia didatangkan dengan nilai transfer yang cukup mahal dan mendarat tidak lama setelah Chelsea mengumumkan kesepakatan merekrut Maurizio Sarri.

Masa-masa awalnya berseragam The Blues pun dihantui status ‘anak emas’ dan tokoh sentral dalam gaya Sarri-ball, yang memang jadi ciri khas sang pelatih kala itu.

Ditambah lagi, ia harus berkutat dengan omongan orang-orang yang menyebut dirinya masuk line up The Blues karena hubungannya dengan Sarri, yang mana membuatnya benar-benar muak.

“Awal karier saya di Chelsea membuat saya merindukan Napoli. Anda ingat kan apa yang pernah mereka (publik) katakan?” kata Jorginho seperti pernah diwartakan Goal Internasional awal September lalu.

“Saya terlalu lamban, saya terlalu lemah, saya anaknya Sarri. Semua itu membuat saya marah,” kenangnya lagi.

Namun untungnya masa-masa suram itu tidak membuat Jorginho menyerah begitu saja dan mengambil jalan pintas seperti pindah ke klub lain.

Ia bertahan dan berusaha meraih respect dari orang-orang, sama seperti saat di Verona dulu. Di sana, Jorginho juga mengalami periode-periode sulit penuh rasa stres dan frustrasi karena merasa tidak diinginkan.

Menurut pemain kelahiran 20 Desember 1991 itu, terseok-seok saat berada di klub baru bukanlah hal aneh. Ia yakin kebanyakan pesepak bola juga merasakan hal yang sama dengannya.