Piala Dunia 2022

Qatar Akhirnya Menyerah! Atribut Pelangi Kini Boleh Warnai Stadion Piala Dunia 2022

Jumat, 25 November 2022 02:46 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© REUTERS/Annegret Hilse
Bentuk aksi protes Timnas Jerman untuk FIFA saat sesi pemotretan jelang lawang Jepang di Piala Dunia 2022 (Foto: REUTERS/Annegret Hilse) Copyright: © REUTERS/Annegret Hilse
Bentuk aksi protes Timnas Jerman untuk FIFA saat sesi pemotretan jelang lawang Jepang di Piala Dunia 2022 (Foto: REUTERS/Annegret Hilse)
Ada Pengecualian?

Dikutip dari The Independent, FIFA dan Qatar dilaporkan akan membahas soal insiden di stadion tempat Amerika Serikat vs Wales tadi.

Masalah atribut pelangi memang jadi salah satu bahasan paling panas di Piala Dunia 2022 hampir-hampir mengalahkan pertunjukan utamanya, sepakbola.

Publik barat menyayangkan kebijakan Qatar yang melarang peredaran pernak-pernik LGBT. Negara minyak tersebut dianggap tidak punya rasa solidaritas terhadap sesama manusia.

Qatar balik menyanggah jika mereka tidak mendiskriminasi siapapun karena orang LGBT sekalipun dipersilahkan datang dan meramaikan Piala Dunia 2022 namun bukan untuk mengkampanyekan pandangan.

Rongrongan pada Qatar juga datang dari kubu pemain. Sejumlah negara bahkan sepertinya akan membiarkan para bintangnya mengenakan ban lengan pelangi meski sudah diancam kartu kuning.

Jerman bahkan sudah terang-terangan menentang Qatar. Para penggawa Der Panzer berfoto sebelum laga kontra Jepang pada Rabu (23/11/22) lalu dengan gestur mulut tertutup.

Mereka yang sesudahnya kalah 1-2 menyebut jika Qatar sudah membungkam kebebasan berekspresi dan Jerman bermaksud untuk menunjukkan rasa simpati.

Sepakbola seharusnya tidak jadi tempat untuk politik. Namun sayangnya di lapangan prakeknya masih sulit.

Akhirnya justru terlihat slogan tersebut hanya berlaku untuk agenda yang tidak diterima oleh para mayoritas.

LGBT adalah salah satu agenda yang sedang naik daun dewasa ini dan seringkali yang menentangnya dicap sebagai orang jahat. Termasuk Piala Dunia 2022 dan Qatar.

Sumber: The Independent