Piala Dunia 2022

Dukung LGBT di Piala Dunia 2022 namun Diduga Masih Rasis, Postingan Media Inggris Dikecam Netizen

Minggu, 27 November 2022 03:27 WIB
Editor: Izzuddin Faruqi Adi Pratama
© REUTERS/Paul Childs
Laga Piala Dunia 2022 Grup B antara Inggris vs Iran, selebrasi pemain Inggris Bukayo Saka merayakan gol bersama rekannya. (Foto: REUTERS/Paul Childs) Copyright: © REUTERS/Paul Childs
Laga Piala Dunia 2022 Grup B antara Inggris vs Iran, selebrasi pemain Inggris Bukayo Saka merayakan gol bersama rekannya. (Foto: REUTERS/Paul Childs)
Kecurigaan Terbukti

Salah satu warganet berakun @iamjoseh_ kemudian mengutip cuitan BBC berfoto Jack Grealish tersebut dengan kalimat "Nanti saat (Inggris) kalah mereka akan menggunakan gambar Saka sebagai poster. Lihat saja".

Benar saja, ketika Inggris ditahan imbang tanpa gol oleh Amerika Serikat pada Sabtu (25/11/22) kemarin BBC tidak menggunakan foto pemain berkulit putih.

Sesuai prediksi @iamjoseh_, justru giliran gambar Bukayo Saka yang terpampang dan tentunya membuat cuitan yang bersangkutan menjadi viral.

Saat artikel ini ditulis, twit tersebut sudah menjaring nyaris 11 ribu retweet dan 50 ribu like. Netizen lain juga ramai berkomentar di bawahnya.

"Bayangkan Inggris menjadi juara Piala Dunia dengan Saka sebagai top skor namun media Inggris justru menyorot Harry Kane," celoteh salah satunya.

"Man of the match (vs Iran) adalah Saka tapi..." sambung yang lain dengan nada menyindir.

Walau begitu masih ada yang coba menjadi penengah keributan ini. Mereka menunjukkan bukti-bukti BBC juga sempat mengunggah foto pemain kulit puitih saat Inggris kalah di berbagai kesempatan.

Terlepas dari semua kontroversi tadi, Inggris memang jadi salah satu negara dimana tingkat diskriminasi warna kulitnya yang masih tinggi.

Bukayo Saka, Jadon Sancho, dan Marcus Rashford sempat dihujat dengan nada rasis setelah ketiganya gagal menendang penalti di final Piala Eropa 2020 lalu yang membuat Inggris kalah dari Italia.

Semoga saja di Piala Dunia 2022 hal ini tidak terulang lagi. Tentunya akan terdengar ironis apabila Inggris begitu getol mempromosikan kesetaraan hak LGBT namun justru masih hidup berdampingan bersama rasisme.

Sumber: BBC